Sabit menatap pantulan dirinya di cermin, ia menghela nafas pelan. Mungkin ini sudah takdir yang di berikan untuknya, ia tidak tau kedepannya seperti apa yang pasti ia berharap semoga kedepannya lebih baik lagi.
"Sayang ayo turun kebawah, sebentar lagi akad akan di mulai". Ucap Mamahnya sambil menarik pelan tangannya.
"Jadi istri yang patuh sama suami ya nak, Mamah selalu ada buat mu jika ingin menumpahkan keluh kesah mu". Mamahnya memeluknya, Sabit pun meneteskan air matanya.
"Jangan nangis nak, nanti luntur".
Ia pun menurunkan tangga dan melihat Bintang sudah duduk di hadapan penghulu dan Papanya juga banyak orang-orang yang menunggunya mungkin rekan bisnis orang tuanya atau mertuanya.
Bintang terlihat tampan menggunakan gaun pengantin yang senada dengannya, Bintang menatapnya dengan tatapan datar tidak ada senyum sedikitpun di bibir nya.
"Baik sudah siap?". Tanya Penghulu.
"Siap". Jawab.
....
"Saya nikahkan Sabit Andara binti Deon Darmawan dengan separangkat Emas delapan puluh gram di bayar tunai". Bintang mengucapkan secara lantang tanpa keraguan sedikitpun.
"Bagaimana para saksi sah?". Para saksi pun mengucapkan sah.
Sabit pun dengan ragu-ragu menyalimi tangan Bintang, setelah itu ia pun mulai bertukar cincin dan memakaikan di jari masing-masing.
Jika di tanya bagaimana perasaan Sabit, terbesit rasa senang dan terbesit rasa keraguan karena ia takut jika sewaktu-waktu Bintang akan meninggalkannya.
"Bintang, jaga putri saya ya. Ini pernikahan tidak bisa putus nyambung, dan jika kalian mempunyai masalah apapun itu di selesaikan secara baik-baik bukan dengan berpisah jalannya". Nasihat Papahnya di anggukin Sabit dan Bintang.
Kedua orang tuanya juga kedua mertuanya mengucapkan selamat kepada ia dan Bintang, tak lupa rekan kerja mereka yang juga mengucapkan selamat.
Berhubung pernikahannya di laksanakan di rumah Sabit, jadi tidak terlalu banyak tamu undangan mungkin yang diundang hanya teman dekatnya mereka.
"Woi, selamat si cantik udeh nikah aje". Diba pun memeluk sahabatnya.
"Makasi Ba, btw sama siapa?".
"Sendiri lah, yakali gue ajak satu sekolahan". Sabit hanya mendengus kesal mendengar penuturan sahabatnya.
....
"Em- Bintang kamar aku dimana?". Tanya Diba."Kamarnya cuma satu-".
"Terus aku tidur di ruang tamu?". Potong Sabit.
"Dengerin gue ngomong dulu, Kita tidur barengan kalo lo ga mau terserah". Bintang langsung memasuki kamar.
"Bintang, aku tidur di sofa aja ya".
"Terserah".
Merekapun tertidur dengan tempat berbeda, Sabit di sofa yang berada di kamar, Bintang di Kasur.
Waktu saat ini menunjukkan pukul satu malam, Bintang terbangun karena merasa haus.
Ketika ia ingin membuka pintu kamar, ia melihat Sabit tidur meringkuk dengan tangan memeluk tubuhnya. Terbesit rasa kasihan, ia pun mengambil selimut di kasurnya lalu menyelimuti tubuh Sabit.
"Gabisa kek gini setiap hari". Frustasinya. Lalu mulai meninggalkan kamar menuju dapur.
"Anjir gue laper, tapi mau makan apa ya". Gumamnya.
"Kamu laper?". Bintang terlonjak kaget ketika mendengar suara Sabit tiba-tiba muncul entah dari mana.
"Bukan urusan lo". Ketus Bintang.
"Em yaudah aku masakin nasi goreng ya". Bintang tak menyahuti perkataan Sabit dan lebih memilih duduk di meja makan sambil memainkan ponselnya.
Sabit pun langsung memasak nasi goreng untuk Bintang juga untukny kebetulan dia pun merasa lapar.
Setelah jadi, Sabit langsung menghampiri Bintang yang berada di meja makan.
"Nih, kalo ga enak maaf ya".Bintang langsung menyuapkan satu suapan tak lupa ia meniupinya, Sabit yang melihat itu sempat takut jika rasanya tidak enak.
"Gimana enak?". Tanya Sabit ketika melihat Bintang mengunyah masakannya.
"Biasa aja". Sabit menghela nafas pelan ia memaklumi memang ia tak terlalu pandai memasak.
Bintang berbohong, sebenernya masakan Sabit enak sekali dan ia pun mengakui baru pertama kali mencoba nasi goreng seenak ini. Ia hanya terlalu gengsi mengatakan kepada Sabit.
Setelah selesai memakan nasi goreng, mereka memutuskan kembali ke kamar. Mengingat besok mereka masih bersekolah dan harus bangun pagi.
Sabit masih tidur di sofa, karena melihat nyenyaknya tidur Bintang jadi tak tega membangunkannya lebih baik ia yang mengalah.
Haiiii gimana gimanaaaa?
Next ga?
Vote and komen guys
Jangan lupa cover di tunggu!Vote sepuluh baru up
Sepuluh doang ko:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurted
Novela Juvenil"Ngapain lo". Suara datar Bintang membuat Sabit menoleh. "Nyiapin baj-". "Ga perlu!". Bentaknya. Sabit menghela nafas pelan dan memejamkan mata sekejap. "Aku kan istr-". "GUE GA NGANGGEP LO SAMA SEKALI SABIT! DISINI KITA DI JODOHKAN DAN LO JANGAN B...