<bekal>

60 2 1
                                    

"Hoosh-hoosh, adu-huh maap yeh gue telat". Ucap Sabit dengan nafas tak teratur akibat ia berlari.

"Kamu ini Sabit, darimana sih?". Tanya Pak Herlambang selaku pelatih Silat.

"Hehe maap Pak, tadi saya ada urusan".

"Ya sudah kamu berlatih dengan saya karena sebentar dua hari lagi kamu akan berlomba".

"Baik Pak". Sabit langsung memakai pakaian silatnya.

Sabit pun berlatih sampai jam setengah tujuh, lebih lama dari teman-temannya karena ini persiapan untuk lomba.

"Sabit kamu boleh pulang, jaga kesehatan jangan sampai drop".  Ucap Pak Herlambang.

Sabit pun langsung berpamitan dan tak lupa memesan mobil online yang sudah menunggunya di depan sekolah.

....

"Darimana aja?". Suara Bintang membuat ia menoleh.

"Sekolah". Jawabnya.

"Alasan lo ga masuk akal". Cibirnya.

"Terserah kamu deh". Sabit langsung memasuki kamar karena ia lelah harus bicara dengan Bintang yang ujung-ujungnya ia yang akan terkena bentakan atau ucapan pedas dari Bintang.

Bintang yang melihat perubahan sikap Sabit hanya acuh dan melanjutkan mengerjakan tugas sekolahnya di laptop miliknya.

Bintang meregangkan otot-otot nya setelah berkutat dengan laptop miliknya. Ia pun mengambil ponsel miliknya, tak menyadari jika Sabit menghampirinya.

"Bintang, Em aku masakin kamu omelet. Mau makan ga?". Tanya Sabit lembut.

"Gue makan pizza". Jawabnya ketus.

"Yaudah". Sabit menghela nafas pelan lalu memasuki  kamar.

Tak lama ketukan di pintu kamarnya membuat ia membukakan pintu dan terpampanglah Bintang sedang membawa pizza.

"Besok ke rumah Omah gue, katanya pengen ketemu". Setelah mengucapkan itu, Bintang pun beranjak pergi menuju lantai bawah tapi sebelum itu Sabit menahan pergelangan tangannya.

Bintang menaikkan alisnya seolah bertanya 'kenapa?'.

"Sebelum makan baca doa biar kenyang, takutnya nanti malam kamu lapar lagi dan stok makanan sudah menipis".

"Tinggal pesen". Angkuhnya.

"Jangan boros Bintang". Nasihat Sabit.

"Lo ga berhak ngelarang gue! Gue peringatan buat lo jangan pernah ikut campur masalah gue sekecil apapun". Ucap Bintang dengan nada dingin dan menusuk.

"Yaudah kalo itu mau kamu". Sabit langsung menuju kamar mandi untuk mendinginkan emosinya yang selalu ia pendam ketika Bintang membentaknya.

Pagi-pagi sekali Sabit sudah terbangun dalam tidurnya, ia melirik jam di atas nakas menunjukkan pukul empat pagi kemudian ia melihat ranjang yang terdapat Bintang tertidur dengan sangat nyenyak.

Ia pun turun kebawah untuk menyiapkan sarapan, juga bekal untuk Bintang. Sudah tiga hari ia selalu menyiapkan bekal kepada Bintang yang selalu di masukkan nya di dalam tas Bintang. Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa bekalnya akan di bawa Bintang karena setiap pulang sekolah tidak ada pertanyaan mengenai bekal itu dan hari ini ia akan mencari tau jika bekalnya benar-benar di makan oleh Bintang atau di apa kan.

Tak terasa ia memasak membutuhkan waktu setengah jam dan ia kembali ke atas untuk menunaikan sholat subuh tak lupa bersiap-siap untuk sekolah.

Bintang mulai mengerjapkan matanya, ia mengedarkan pandangannya menuju sofa yang biasa terdapat Sabit tetapi cewek itu tidak ada di sana. Ia pun tak memperdulikan itu ia langsung beranjak menuju kamar mandi.

"Bin-". Ucapan Sabit tertahan karena niatnya ingin membangunkan cowok itu namun sudah tidak ada mungkin udah mandi pikirnya.

Ia langsung menyiapkan segala keperluan Bintang untuk sekolah tak lupa ia menyiapkan sepatu yang biasa Bintang pakai untuk sekolah juga memasukkan kota bekal yang ia buat ke dalam tas Bintang.

"Ngapain lo!". Kaget Bintang.

"Cuma nyiapin biasa". Jawab Sabit santai toh ia sudah tidak terkejut lagi ketika melihat Bintang tidak mengenakan anduk di bagian perut dan atasnya tapi malah mengenakan di bawahnya yang selalu nampak perut sixpack.

"Keluar". Usirnya.

"Oh iya, asisten rumah tangga yang mamah kirimin ga bisa datang katanya sakit". Untungnya Bintang ingat, karena selalu lupa untuk membicarakan soal ini begitupun Sabit ia baru sadar bahwa asisten rumah tangganya belum datang.

"Ga usah deh kayanya, lagian aku masih bisa ngerjain semuanya ko".

"Nanti jam tujuh malem kerumah oma ". Setelah itu Bintang menutup pintu kamarnya dengan sangat kencang membuat Sabit tersentak kaget.

....

"Eh Bit, kemarin lo ngapain gue liat di lab sendirian?". Tanya Gara.

"Itu gue disuruh periksa alat-alat lab takut ada yang rusak soalnya mau di pake tempat praktik".

"Nanti pulsek mau ikut gue ga?". Tanya Gara.

"Kemana?".

"Nongki-nongki, sekalian ajak Diba".

"Liat nanti deh ya gue kabarin kalo bisa". Ucapny bingung sebab ia pulang sekolah harus membersihkan kembali lab juga berlatih untuk perlombaannya.

"Duluan Gar".

Setelah itu Sabit pun kembali menuju kelasnya mengingat  sebentar lagi bel masuk pertanda pelajaran telah di mulai ia pun memutuskan untuk kembali ke kelas.

"Heh, abis darimana lo?". Tanya Diba.

"Ketemuan sama Gara". Jawabnya.

"Cie, pepet teros".

"Apansi".

"Eh nanti lo di ajak pulsek nongki-nongki mau ga?". Tanya Sabit.

"Gabisa, gue mau di rumah maraton draspa".

"Yeu, yaudah".

Sabit merasa ada yang mengganjal di otaknya, ia pun terus memikirkan sampai mengetuk meja dengan keras menggunakan tangannya hingga Diba yang di samping nya pun menoyor kepala Sabit.

"Berisik ba a".

Ia tak memperdulikan ocehan-ocehan Diba yang memaki dirinya hingga ia pun teringat sesuatu

Ia harus menelusuri bekelnya!





Vote dan komen!
Btw akuuu h-jam lohh bentar lagi ultah
Ga di ucapin gitu:))

Aku berharap semoga di umur yang ke 15 tahun bisa lebih baik lagiii Aamiin..
Semoga cerita aku baca yang bacaa Aamiin..

Terimakasih buat kalian yang setia baca lovyu🖤

HurtedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang