Tanggung Jawab [7]

619 40 2
                                    

Satu minggu telah berlalu setelah Yusuf pergi menemui orang tua Elang. Sekarang mereka semua sedang berada di rumah Ainaz untuk menyaksikan akad nikah dari Cinta dan Elang.

Pernikahan Cinta dan Elang sangat sederhana, hanya akad dan tak ada resepsi. Bahkan yang hadir pun hanya keluarga dekat. "Cin." Panggil Selin yang juga menghadiri akad nikah Cinta.

Cinta menoleh pada Selin. "Ya Sel?" Tanya Cinta berusaha tetap tenang walau pun hatinya masih ter selimuti dengan berbagai penyesalan. "Maafin gue. Karena gue lo-"

"Ini bukan salah lo. Gue yang salah di sini. Gue tau lo bermaksud baik ke gue, tapi guenya aja yang terlalu bodoh. Sekarang lo jangan merasa bersalah lagi ya, Elang juga udah bertanggung jawab kok. Lo yakin sama gue kalau lo itu nggak salah, lo itu cuma berniat buat bantu gue." Ujar Cinta berusaha meyakinkan.

Selin menghela napasnya lalu memeluk Cinta. "Makasih ya Cin. Gue janji nggak akan ajak lo ke hal yang negatif lagi. Dan gue janji akan berusaha berubah, jadi gue harap lo kaya dulu lagi ya Cin. Lagi pula kita udah terlalu lama pura-pura di depan Syifa. Lambat laun dia juga pasti akan sadar sama semua ini." Cinta tersenyum lalu mengangguk.

"Iya. Kita mulai semuanya dari nol. Demi Syifa dan masa depan kita." Ujar Cinta menyetujui. "Kalian lagi pada ngomongin aku ya?" Tanya Syifa tiba-tiba.

Cinta dan Selin terkekeh lalu membantu Syifa agar berada di tengah mereka. "Kamu ke-pd-an banget sih Fa. Malas banget aku ngomongin kamu." Ujar Selin jahil. "Selin." Yang dipanggil malah terkekeh lalu memeluk Syifa.

"Iya sayang. Ada apa?" Balas Selin membuat Syifa semakin kesal. Cinta ikut terkekeh lalu memeluk Syifa. "Aku nggak menyangka deh Cinta bakal nikah secepat ini. Bahkan seminggu setelah aku nikah. Padahal kamu nggak pernah kenalin suami kamu ke aku deh sebelum nikah." Ujar Syifa membuat Selin dan Cinta seketika terdiam.

"Em... iya. Aku juga nggak menyangka bakal nikah secepat ini." Ujar Cinta ragu. "Terus kamu kapan mau nikah Sel? Aku sama Cinta kan udah nikah, kamu kapan mau menyusul kita?" Tanya Syifa girang.

"Loh, kok aku sih?" Tanya Selin balik. "Iya lah, kan dari kita bertiga cuma kamu yang belum nikah." Ujar Syifa. "Iya deh, iya. Doa in aja ya semoga aku cepat menyusul kalian."

"Aamiin."

Obrolan mereka terus berlangsung hingga waktu zuhur. Sudah sangat lama mereka tak seakrab saat ini. Banyak kerinduan di hati mereka untuk suasana saat ini.

***

Sekarang Cinta sudah berada di rumah Elang. Untuk beberapa waktu ia akan tinggal di sana, lalu kembali ke rumahnya bersama Elang. Ia tak tega meninggalkan Ainaz sendirian lagi, ini pun hanya karena Zeline dan Yusuf yang masih berada di sini hingga ia masih tenang untuk meninggalkan Ainaz.

"Sayang kamu langsung ke kamar ya, nanti mamah bawain kamu makan ke kamar." Ujar Windi. "Nggak usah Mah. Biar Cinta aja yang ambil makan sendiri nanti." Tolak Cinta dengan halus.

"Ya udah, sekarang kamu bersih-bersih dulu aja. Nanti mamah suruh Putra yang bawain makan buat kamu ke kamar, kamu nggak boleh tolak." Cinta terkekeh lalu mengangguk.

Cinta sudah diberi tau oleh Burhan tentang Windi yang memiliki gangguan jiwa, lebih tepatnya hanya pada Elang. Kematian saudara kembar Elang membuat Windi terpuruk hingga selalu menganggap Elang adalah Elsu, dan menganggap Elang yang telah tiada.

Cinta pun pergi menuju kamar Elang. Kamarnya sangat rapi, sepertinya baru Windi rapikan. Cinta langsung pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket.

Setelah selesai bersih-bersih Cinta mendapatkan Elang yang sudah berada di dalam kamar. Ia membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat sepiring nasi dan segelas air. "Makan. Mamah suruh aku bawain ini buat kamu." Ujar Elang begitu dingin.

Ia menyimpan nampannya di atas nakas lalu melangkah keluar dari kamar. "Kamu mau ke mana?" Tanya Cinta. Elang menghentikan langkahnya membalikkan badannya. "Klub. Memang kenapa?"

"Tapi-"

"Tapi apa? Jangan pikir karena sekarang kita udah menikah aku akan turut sama kamu ya. Aku nikahi kamu cuma gara-gara mamah dan papah, bukan karena kamu. Dulu aku memang cinta sama kamu, tapi sekarang bahkan kamu nggak bisa puas in nafsu aku karena bayi yang ada di kandungan kamu itu." Ujar Elang kembali melangkah keluar kamar.

Cinta tercengang mendengar ucapan Elang. Iblis. Itulah definisi Elang sekarang bagi Cinta. Ia hanya mencintai tubuhnya untuk memenuhi nafsu, bukan tulus dari hati. Sekarang ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menurut sebagai seorang istri, demi janjinya untuk berubah seperti dulu lagi.

***

Di klub Elang dan Malik dengan senangnya bermain dengan wanita-wanita yang berada di sana. Mereka minum dan menari dengan begitu bahagianya. "Lo tinggalin Cinta sendirian di malam pertama kalian?" Tanya Malik memastikan.

"Iya, lagian kita udah biasa kok melakukan itu. Udah lah gue malas ngomongin si Cinta, sekarang dia udah nggak bisa penuhi nafsu gue lagi gara-gara tuh bayi." Ujar Elang begitu santainya.

"Gila lo Bro. Dasar play boy." Ujar Malik disambut tawa dari Elang. "Lo juga kali."

Pak... Sebuah tamparan mulus mengenai pipi Elang. Selin menahan emosinya mendengar ucapan Elang tadi tentang sahabatnya. "Lo apa-apaan sih tampar gue? Lo gila ya?" Tanya Elang marah.

"Lo yang gila! Lo udah rusak masa depan sahabat gue, dan sekarang lo telantari dia gitu aja?! Dasar iblis!" Teriak Selin. "Lo yang udah rusak masa depan sahabat lo sendiri. Lo yang dulu ajak dia ke sini dan kenalin dia ke gue. Gue cuma nikmatin dia karena dia pacar gue, apa salah?"

Selin tercengang mendengar balasan dari Elang. Ia tak akan menyalahkan ucapan Elang tentang dirinya yang dulu membawa Cinta ke sini, bahkan ia menyesal makannya ia ke sini untuk minta putus dari Malik dan berusaha berubah seperti yang Syifa dan Cinta mau saat dulu mereka masih SMA.

"Dasar Iblis!" Selin kembali mengangkat tangannya untuk menampar Elang lagi, tapi tiba-tiba saja tangannya langsung di genggam oleh Malik. "Lepasi tangan gue!" Teriak Selin.

Malik langsung melepaskan genggamannya pada Selin dengan kasar. "Jangan pernah lo sakiti sahabat gue lagi! Sekarang mending lo urus sahabat lo yang lagi bunting itu!" Teriak malik membela Elang.

Selin semakin emosi, benar saja kedua sahabat itu tak ada bedanya. Sama-sama berhati iblis. "Sekarang gue minta kita putus!" Teriak Selin menahan tangisnya. Malik tersenyum mendekat pada Selin.

"Oke, sekarang kita putus. Lagi pula gue udah nggak butuh lo lagi, masih banyak cewek yang bisa puas in nafsu gue selain lo." Pak... Sebuah tamparan mulus mengenai pipi Malik. "Iblis!"

Selin langsung pergi keluar dari klub. Ia berjanji tidak akan pernah masuk lagi ke dalam klub.

***

Assalamualaikum semua. Maaf ya autor baru bisa update lagi. Maaf juga ya kalau ceritanya nggak jelas. Jangan lupa vote dan komen ceritanya supaya autor semangat buat lanjutin cerita ini. Makasih semuanya, wassalamualaikum.

-Nissa-

Minggu, 22 Desember 2019

Cerita Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang