Pilihan [12]

587 42 4
                                    

Satu minggu sudah Cinta berada di rumahnya lagi bersama sang malaikat kecil, Habibie. Ia senang mendengar perubahan Elang semenjak dirinya melahirkan, tapi itu tidak membuat dirinya membatalkan perceraian antara dirinya dan juga Elang.

Bukannya ia egois, hanya saja ia tak ingin melakukan hal bodoh kembali. Bukan berarti juga ia tak percaya jika Elang telah benar-benar berubah, hanya saja ada hati yang masih ingin bangkit dan masih harus dilindungi.

"Cinta." Panggil Ainaz dari ambang pintu. Cinta yang sedang menggantikan popok Habibie pun menoleh. "Iya Bun, ada apa?" Tanya Cinta. Ainaz mendorong kursi rodanya memasuki kamar Cinta. "Ada Elang di luar, kamu temui dulu gih. Habibie biar bunda yang jagain di sini."

Cinta mengangguk menurut. Ia menuruni kasur melangkah menuju ruang tamu. "Assalamualaikum." Sapa Cinta membuat Elang menoleh padanya. "Waalaikumsalam." Balas Elang dengan sebuah senyuman.

"Ada apa? Kamu mau ketemu sama Habibie?" Tanya Cinta to the point. Elang menggelengkan kepalanya. "Lalu?" Tanya Cinta lagi.

Elang menghela napasnya sejenak. "Apa kamu udah memikirkan matang-matang tentang keputusan kamu?" Tanya Elang yang sudah bisa Cinta tebak alur pembicaraannya.

Cinta tersenyum dibalik niqabnya dengan sebuah anggukan. "Maaf, tapi itu keputusan aku." Ujar Cinta. Elang menghela napasnya lagi lalu mengangguk. "Baiklah." Elang mengeluarkan surat yang beberapa hari lalu Windi berikan. Ia menandatanganinya lalu memberikannya pada Cinta.

"Tanda tanganilah." Ujar Elang. Cinta menerima surat dari Elang lalu menandatanganinya. Elang tersenyum menatapi Cinta menandatangani surat perceraian mereka. Ada rasa penyesalan di hatinya yang sudah tak bisa ia perbaiki lagi.

"Kalau gitu aku pulang dulu. Aku titip Habibie ya, assalamualaikum." Elang langsung berdiri membawa surat yang telah ditandatangani dengan seulas senyum. "Waalaikumsalam." Jawab Cinta mengantar Elang sampai ambang pintu.

Setelah Elang pergi dengan motornya Cinta menghela napasnya lalu menutup pintu rumah. Maaf, bukannya aku egois, hanya saja masih ada hati yang harus aku lindungi. Batin Cinta memejamkan matanya.

Cinta kembali menuju kamarnya menghampiri sang buah hati yang sekarang sedang bersama Ainaz. "Kamu susui dulu Habibie. Kasihan dia udah lapar dari tadi." Ujar Ainaz yang langsung diangguki oleh Cinta.

***

Elang menghentikan motornya saat lampu berubah menjadi merah. Ia menghela napasnya mengingat ucapan Cinta barusan. "Apa kamu udah memikirkan matang-matang tentang keputusan kamu?" Tanya Elang yang sudah bisa Cinta tebak alur pembicaraannya.

Cinta tersenyum dibalik niqabnya dengan sebuah anggukan. "Maaf, tapi itu keputusan aku." Ujar Cinta. Lagi-lagi Elang menghela napasnya. Betapa bodohnya ia dulu menelantarkan wanita yang mencintainya dengan tulus.

Aku tau semua itu karena aku. Maaf jika dulu aku yang egois tak mementingkan perasaanmu. Aku tak akan pernah mengusik kehidupanmu lagi setelah ini. Aku janji. Batin Elang. Ia pun kembali menjalankan motornya karena lampu yang telah berubah menjadi hijau kembali.

***

Hari-hari berlalu begitu cepat, sekarang Cinta dan Elang telah resmi berpisah. Tak ada lagi hubungan antara keduanya, selain orang tua dari anak mereka.

Windi mengecup kening Cinta. "Mamah pasti kangen banget sama kamu." Ujar Windi menggenggam tangan Cinta. Cinta tersenyum walau di balik niqabnya. "Cinta akan sering berkunjung ke rumah Mamah kok. Habibie juga pasti mau ketemu sama omanya."

Windi mengangguk dengan sebuah senyum. "Makasih untuk selama ini." Ujar Windi memeluk Cinta. Cinta tak menolaknya, ia menyambut pelukan hangat tersebut. Windi melepaskan pelukannya lalu menghela napasnya.

"Mamah tunggu kamu main ke rumah ya." Ujar Windi, Cinta pun mengangguk. Windi pun pergi bersama Burhan terlebih dahulu menyisakan dirinya, Elang, Ainaz, Dian, Rafa, dan juga sang anak, Habibie.

"Boleh aku bicara berdua sama kamu?" Tanya Elang. Cinta menatapi keluarganya lalu mengangguk. "Bunda duluan aja ke mobil. Cinta mau mengobrol sama Elang sebentar." Mereka pun mengangguk lalu pergi menuju mobil terlebih dahulu.

Sekarang tinggal Cinta dan Elang berdua. Tak sepenuhnya berdua, karena masih ada orang-orang yang hilir mudik di gedung pengadilan tersebut. "Ada apa?" Tanya Cinta to the point.

"Apa setelah ini aku masih boleh menemui Habibie?" Tanya Elang baik. Cinta tersenyum lalu mengangguk. "Ya, pasti. Bagaimana pun kamu tetap ayahnya. Habibie juga membutuhkan cinta dari seorang ayah, bukan hanya ibunya saja." Ujar Cinta membuat seulas senyum di wajah Elang.

"Datanglah kapan pun kamu ingin bertemu dengan Habibie. Kalau begitu aku permisi dulu, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Cinta melangkah meninggalkan Elang sendirian.

Suatu hari nanti Allah pasti akan mempertemukanmu dengan orang yang bisa mengubahmu menjadi lebih baik. Kamu tunggu saja waktunya, nanti juga akan tiba. Tapi selama kamu menunggunya dekatkanlah dirimu terlebih dahulu pada Sang Maha Kuasa.

Kutipan yang selalu Cinta terapkan pada dirinya saat ini. Kutipan yang sangat bermakna bagi dirinya saat ini.

Ini pilihanku, keputusanku. Aku harap ini yang terbaik untukku, dan juga anakku. Batin Cinta menatap sang buah hati yang tertidur lelap.

Sekarang semuanya telah selesai. Tak ada isak tangis lagi di setiap malamnya. Tak ada hati yang tersakiti karena orang yang dicintai. Yang ada sekarang hanyalah kebebasan untuk melanjutkan hidup masing-masing. Kenikmatan hijrah, dan kehadiran malaikat kecil yang akan selalu mengobati hati yang sedang terluka.

Hai dunia, aku sekarang telah berubah. Aku telah memilih jalanku sendiri, jalan yang akan membawaku menjadi lebih baik lagi. Beribu sakit telahku lalui, beribu duka pun telahku lalui. Sekarang yang ku mau hanyalah sebuah senyuman dari malaikat kecilku. Walau pun dunia tak akan membiarkanku selalu bahagia, tapi aku harap dunia akan membiarkanku menikmati kebahagiaan yang hanya sementara itu.

Ada waktu yang telah berlalu menjadi bukti sebuah perjuangan, dan ada pula hati yang rapuh menjadi bukti sebuah kecintaan. Maaf jika hati ini telah salah mencintai. Tapi hati ini tak pernah berbohong, ia selalu tulus walau belum tentu menghasilkan hal yang mulus.

Terima kasih atas semua skenariomu selama ini. Skenario yang memberikanku sebuah pelajaran baru. Skenario yang mengubahku menjadi seperti dulu bahkan lebih. Ku akhiri perjalananku sampai sini, dan ku awali perjalananku kembali dari sini.

Cinta Suci Putri Anggara.

Cinta menutup buku hariannya menyimpannya di dalam laci nakas. Ia tatapi malaikat kecilnya yang sedang tertidur pulas tanpa adanya sebuah beban. Dikecup olehnya kening Habibie sekilas lalu ia elus pipinya yang sangat lembut.

"Jika kamu dewasa nanti, umi harap kamu akan menjadi pria yang cinta akan agama dan Tuhannya, bertanggung jawab, dewasa, dan bijaksana. Jangan pernah kamu ikuti langkah abi dan umimu ini yang dulu. Kamu harus menjadi perubah dari segalanya." Ujar Cinta dengan sebuah senyuman tulus.

***

Assalamualaikum semua, selamat malam ahad. Untuk menemani malam ahad kalian autor udah update nih part selanjutnya. Jangan lupa vote dan komen ceritanya ya. Btw ini belum ending kok, tenang aja, nggak usah panik. Bye semua, wassalamualaikum.

-Nissa-

Sabtu, 28 Desember 2019

Cerita Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang