Cemburu [16]

529 36 5
                                    

Nesa terus menekuk wajahnya karena menurutnya Cinta terlalu cepat pulang dari liburannya. Walau pun Cinta sudah berlibur selama 2 minggu di sini, tapi Nesa masih saja merasa jika Cinta belum lama berlibur. "Apa nggak bisa nanti aja pulangnya?" Tanya Nesa memeluk Cinta.

Cinta terkekeh melihat perilaku Nesa, ia seperti memiliki anak perempuan yang manja. "Tante harus pulang. Lagi pula minggu depan Habibie harus kembali ke pesantren, tante juga masih ada kerjaan yang harus di tangani." Ujar Cinta menjelaskan.

"Suruh aja manusia es kutub pulang, tapi Tante tetap di sini." Ujar Nesa mendapatkan tatapan tak suka dari Habibie. "Tante nggak mungkin suruh Habibie pulang sendiri."

"Ayolah Tante, aku masih mau sama Tante di sini." Ujar Nesa cemberut. Cinta terkekeh sambil mengelus kepala Nesa yang tertutup oleh hijabnya. "In Shaa Allah nanti kalau ada waktu tante ke sini lagi. Atau kalau nggak mungkin kamu yang ke Indonesia." Ujar Cinta menghasilkan sebuah senyuman di bibir Nesa.

"Tante janji ya. Tapi kalau nanti Tante ke sini lagi jangan bawa Habibie, dia nggak seru." Ujar Nesa mengejek pada Habibie yang sedari tadi menatapnya tak suka. "Lagi pula siapa yang mau ke sini lagi?" Tanya Habibie kesal.

"Ya tentu aja Tante Cinta, ya kan?" Tanya Nesa pada Cinta. "Nggak, aku nggak akan izini Umi ke sini lagi." Ujar Habibie membuat Nesa cemberut.

"Tapi Tante Cinta juga Umi aku." Ujar Nesa tak mau kalah. "Nggak dia cuma Umi aku. Dan sejak kapan Umi jadi Umi kamu." Balas Habibie tak mau kalah. "Sejak kita bertemu di masjid, iya kan Tante." Cinta terkekeh melihat kedua remaja tersebut yang bertingkah seperti anak-anak.

"Iya, kalian berdua anak Umi." Ujar Cinta membuat sebuah senyuman kemenangan di wajah Nesa. "Nggak, Umi cuma punya aku." Balas Habibie. "Tapi Tante bilang aku juga anak Tante." Ujar Nesa menjulurkan lidahnya mengejek Habibie.

"Umi." Panggil Habibie tak suka. Cinta terkekeh. "Apa nggak boleh Nesa anggap umi sebagai uminya?" Tanya Cinta. "Bukan begitu, tapi-"

"Iya umi tau. Aku tetap anak manja umi." Ujar Cinta membuat pipi Habibie memerah karena malu, ya siapa lagi kalau bukan Nesa yang terkekeh membuat Habibie malu.

Cinta melepaskan pelukannya pada Nesa lalu mengecup keningnya. "Tante pulang ya. Nanti tante pasti kangen banget sama kamu." Ujar Cinta. "Nesa juga pasti kangen banget sama Tante." Ujar Nesa kembali memeluk Cinta.

Cinta menatap Kahfi sekilas. "Makasih udah ajak kita keliling selama di sini." Ujar Cinta. "Sama-sama. Makasih juga udah sayang sama Nesa." Cinta mengangguk.

"Assalamualaikum." Salam Cinta dan Habibie bersama. "Waalaikumsalam."

***

Selama di pesawat Habibie terus cemberut mengingat Nesa yang selalu manja pada Cinta. Bukannya ia egois hanya saja sedari dulu ia selalu mendapatkan perhatian penuh dari keluarga membuatnya tak terbiasa jika ada orang lain yang merenggut perhatian tersebut.

"Kamu kenapa cemberut aja sih dari tadi?" Tanya Cinta menyadari perubahan sikap Habibie. "Gapapa kok Mi." Ujarnya berbohong. Cinta menghela napasnya lalu menepuk tangan Habibie. "Kamu cemburu sama Nesa karena dia manja ke umi?" Tanya Cinta tepat sasaran.

"Nggak." Ujar Habibie berbohong. Cinta tersenyum di balik niqabnya. "Umi sayang sama Nesa karena dia memang butuh kasih sayang dari seorang ibu. Kasihan dia udah lama nggak dapat kasih sayang seorang ibu, cuma dari abinya aja. Sedangkan kamu? Walau pun umi sama abi nggak bersama tapi kamu masih bisa mendapatkan kasih sayang dari umi sama abi. Jadi kamu harus maklum kalau Nesa manja." Ujar Cinta menjelaskan.

"Tapi Habibie nggak suka." Ujar Habibie menyenderkan kepalanya pada bahu Cinta. "Kamu tenang aja, umi tetap punya kamu. Kamu jangan berpikir umi nggak sayang lagi sama kamu cuma gara-gara umi kasih perhatian ke Nesa."

"Pokonya Habibie nggak suka. Habibie akan berubah jadi manja kalau Umi tetap kasih perhatian ke Nesa." Ujar Habibie membuat Cinta terkekeh.

"Nesa kan di Korea sedangkan kita di Indonesia, terus kenapa kamu harus cemburu lagi sama Nesa?" Tanya Cinta. "Pokonya Habibie nggak suka Umi dekat-dekat sama Nesa. Habibie nggak peduli kalau Habibie kaya anak kecil, pokonya Habibie nggak suka."

"Iya sayang, iya. Kamu anak kesayangan umi." Ujar Cinta mengelus kepala Habibie. "Habibie nggak akan pernah rela harus berbagi Umi sama siapa pun." Ujar Habibie sebelum terlelap dalam tidurnya.

***

Nesa kembali pulang ke apartemennya bersama Kahfi. Jujur saja Nesa merasakan kehilangan seorang ibu walau pun Cinta bukanlah ibunya. "Bi Nesa jadi kangen sama Umi." Ujar Nesa di tengah perjalanan pulang.

"Nesa merasa kehadiran umi lagi di dalam Tante Cinta." Lanjutnya. Kahfi tersenyum mendengar ucapan Nesa. "Ya udah nanti kita ke Indonesia, kunjungi makam umi sambil bertemu Tante Cinta. Mau?" Tanya Kahfi.

Nesa mengangguk cepat. "Bahkan kalau Abi mau nikah lagi juga Nesa setuju. Apa lagu kalau sama Tante Cinta." Ujar Nesa melantur.

"Hus, kamu apaan sih. Abi nggak mungkin nikah lagi, apa lagi sama Tante Cinta." Ujar Kahfi. "Kenapa nggak mungkin? Abi sama Tante Cinta kan udah kenal lama, pasti udah saling mengenal satu sama lain. Lagi pula kalau Abi sama Tante Cinta menikah Nesa pasti bisa dapat kasih sayang seorang ibu lagi." Ujar Nesa menjelaskan.

"Udah ah, masih kecil udah ngomongin nikah-nikahan aja." Ujar Kahfi mengakhiri obrolan tersebut. "Nesa udah besar Bi. Umur Nesa udah 17 tahun. Nesa juga mau merasakan kasih sayang seorang ibu lagi." Ujar Nesa lirih.

Kahfi menghela napasnya menggenggam tangan Nesa. "Maaf kalau Abi belum bisa kasih kamu kasih sayang sepenuhnya."

***

Elang sudah menunggu kedatangan Cinta dan Habibie sejak 30 menit yang lalu. Ia membantu memasukkan koper mereka ke dalam bagasi lalu mengantarkan mereka pulang.

"Gimana liburan kamu? Seru?" Tanya Elang membuka topik pembicaraan. "Nggak." Ujar Habibie masih cemberut. Cinta terkekeh sedangkan Elang bingung tak mengerti.

"Kenapa?" Tanya Elang lagi. "Aku nggak suka lihat Nesa dekat-dekat sama Umi selama di sana." Ujar Habibie singkat. "Nesa?"

"Dia anak Kahfi. Teman aku dulu." Ujar Cinta menjelaskan. Elang mengangguk mengerti. "Kayanya pulang dari sama kamu berubah jadi anak-anak ya. Nggak ada Habibie yang dewasa lagi." Goda Elang.

"Abi." Ujar Habibie tak suka. "Makannya jangan cemberut begitu dong, kaya anak kecil tau. Masa udah 18 tahun masih kekanak-kanakan." Bujuk Elang.

"Iya, ini Habibie udah nggak cemberut. Nih." Ujar Habibie sambil menunjukkan senyum termanisnya. "Nah gitu dong. Masa cuma gara-gara cewek jadi cemberut."

"Abi jangan salah sangka ya. Habibie nggak suka sama Nesa." Ujar Habibie membenarkan. "Abi kan nggak bilang kamu suka sama anaknya teman Umi. Abi cuma bilang gara-gara cewek terus kamu jadi cemberut kaya begini." Ujar Elang menjelaskan.

"Udah jangan digoda terus, kasihan Habibie." Ujar Cinta melerai dari bangku belakang.

***

Assalamualaikum semua. Jangan lupa mengawali tahun baru ini dengan hal-hal yang baik ya. Jangan lupa vote dan komen ceritanya, tambahin juga ceritanya ke perpustakaan kalian. Selamat datang 2020, wassalamualaikum.

-Nissa-

Rabu, 1 Januari 2020

Cerita Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang