Sederhana [23]

957 48 12
                                    

Bagi banyak orang mungkin memiliki banyak uang itulah kebahagiaan, namun bagi Cinta mendapatkan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya pun sudah cukup untuk dibilang sebuah kebahagiaan.

Kehadiran Bilal di tengah-tengah keluarga kecil mereka menambah kebahagiaan di dalam keluarga Cinta. Belum kehadiran Rania, istri Habibie yang sekarang sedang mengandung cucunya.

"Umi! Es kutub jahil!" Teriak Nesa berusaha mengambil kembali ponselnya yang berada di tangan Habibie. "Ambil sendiri dong, jangan mengadu terus." Ujar Habibie mengejek Nesa karena tak sampai mengambil ponselnya yang Habibie angkat tinggi-tinggi.

"Habibie jangan jahil. Malu sama istri kamu." Ujar Cinta dari arah dapur. "Nesa pacaran di WA Mi." Teriak Habibie membuat Nesa langsung memelototinya. "Apaan sih, siapa juga yang pacaran!" Teriak Nesa membela diri.

"Mbak Ran, es kutubnya nih urusi. Masa HP aku diambil sih, udah fitnah aku lagi." Adu Nesa pada Rania yang sedari tadi melihati tingkah kedua kakak beradik di depannya itu. Rania tersenyum lalu menepuk sofa di sebelahnya agar Nesa duduk terlebih dahulu.

"Mbak punya banyak aib Bang Habi, mau lihat nggak." Ujar Rania membuka kunci ponselnya. "Yang benar?! Mau, mau." Ujar Nesa sangat antusias. Habibie yang mendengarnya langsung cemberut duduk di sebelah istrinya.

"Jangan dilihati dong aibnya, kan seorang istri harus menutupi aib suaminya sayang." Ujar Habibie membujuk Rania. "Jangan didengar Mbak, anggap aja radio rusak. Mana aku mau lihat fotonya." Ujar Nesa tak ingin kalah.

"Diam deh beo, nggak boleh jadi perusak rumah tangga orang." Ujar Habibie kesal. "Tadi kamu yang duluan bilang aku pacaran, apa loh." Ujar Nesa membela diri. Rania memutar bola matanya malas. "Kalian kenapa sih berantem terus? Nggak cape apa? Aku aja yang dengar cape tau. Kalau kalian seumur Bilal sih gapapa mau berantem, wajar. Lah ini udah pada gede juga."

"Nah benar tuh kata Rania. Kalian nggak malu apa sama Bilal? Bilal aja nggak pernah berantem tuh kaya kalian." Lanjut Cinta membawa minuman untuk mereka. "Umi mah sekarang gitu, bela Rania terus." Ujar Habibie cemberut.

"Udah deh jangan manja kaya begitu, udah mau jadi ayah juga masih aja manja. Kasihan nantinya istri kamu kalau harus urus dua bayi sekaligus, udah yang satu bayinya udah gede lagi." Ujar Cinta membuat gelak tawa seisi ruangan.

"Umi!" Teriak Bilal yang baru saja datang bersama Kahfi dari taman. "Assalamualaikum." Salam Kahfi menyusul dari belakang. "Waalaikumsalam. Dari mana aja kamu, pagi-pagi udah pergi aja." Ujar Cinta menciumi pipi anak bungsunya itu.

"Tadi abi ajak Bilal jalan-jalan ke taman." Ujar Bilal menjelaskan. "Umi kok nggak diajak?" Tanya Cinta. "Uminya sibuk terus di dapur sih tadi, jadi Bilal tinggal deh di rumah." Ujar Bilal membuat semua yang di ruangan tersebut tertawa.

"Kamu bisa aja deh. Udah sana mandi dulu, bau asem." Titah Cinta. "Siap bos. Ayo Kak kita mandi." Ajak Bilal pada Habibie. "Loh kok kakak di ajak mandi sih? Kan yang disuruh mandi kamu." Ujar Habibie.

"Kakak juga bau asem, sama kaya Bilal." Ujar Bilal kembali membuat mereka semua tertawa. "Udah sana mandi, bau tau." Titah Rania. "Kamu mah suami nggak dibela terus." Ujar Habibie manja.

"Area dilarang bermesraan, ada jomlo dan anak kecil." Ujar Nesa pura-pura tak peduli akan sekitar. "Dasar jomlo." Ujar Habibie lalu pergi bersama Bilal. "Biarin." Balas Nesa menjulurkan lidahnya.

"Udah-udah. Ayo kita siapin makan aja." Ajak Cinta pada Nesa. "Ayo Mi." Ujar Nesa setuju. "Rania boleh bantu kan Mi? Rania bosan duduk terus." Pintar Rania. Cinta mengangguk dengan sebuah senyuman. "Boleh dong. Ayo." Ajak Cinta.

Mereka pun pergi menuju dapur namun Cinta masih di ruang tengah karena Kahfi menahannya. "Ada apa?" Tanya Cinta. "Nggak ada apa-apa. Kangen aja berdua kaya begini." Ujar Kahfi mendapatkan sebuah cubitan kecil di lengannya.

"Aw! Kok dicubit sih?" Tanya Kahfi mengusap-usap lengannya. "Udah tua, udah mau cucu juga masih aja kaya ABG." Ujar Cinta terkekeh. "Kita kan memang ABG, tapi beberapa tahun yang lalu." Ujar Kahfi mencuit hidung Cinta lalu meninggalkannya menuju kamar.

"Dasar." Ujar Cinta lalu menyusul Nesa dan Rania ke dapur. "Cie, cie. Jomlo baper." Ujar Nesa menggoda. "Apaan sih kamu." Ujar Cinta salah tingkah. "Tenang sebentar lagi juga kan kamu bisa romantis-romantisan kaya Umi." Ujar Rania ikut menggoda.

"Ya Allah kuatkan lah hati hamba yang jomlo ini saat melihat mereka pacaran halal terang-terangan. Datangkanlah pangeran berkuda hamba jomlo-Mu ini agar bisa pacaran halal seperti mereka. Aamiin." Ujar Nesa berdoa membuat Cinta dan Rania terkekeh.

"Aamiin." Ujar Cinta dan Rania ikut mengaminkan. "Semoga tahun ini kamu nggak jomlo lagi." Ujar Cinta menggoda. "Nesa nggak jomlo sih, cuma belum ketemu sama pangeran berkuda aja." Ujar Nesa membenarkan.

"Sama aja kali." Timpal Rania. "Mbak nggak boleh julid sama adik ipar tau, nanti aku pecat jadi kakak ipar." Ujar Nesa membuat mereka kembali terkekeh. "Udah-udah ayo siapin makan." Ujar Cinta memberhentikan obrolan tidak jelas mereka.

"Kita masak nasi goreng aja." Lanjut Cinta menyiapkan bahan-bahannya.

***

"Umi ayo, cepat." Ujar Nesa begitu bersemangat. "Sabar Nesa. Ini umi nggak bisa lihat, kamu juga hati-hati jalannya." Ujar Cinta yang masih dituntun oleh Rania dan juga Nesa.

"Pelan-pelan aja kali Sa. Ini kejutan buat umi, bukan buat kamu." Ujar Rania ikut mengingatkan. "Mbak sama aja kaya umi." Ujar Nesa cemberut.

"Udah-udah. Kalian mau ajak umi kemana sih? Kok lama banget dari tadi kita jalannya." Tanya Cinta penasaran. "Ada deh Mi. Sebentar lagi juga sampai kok." Ujar Nesa masih setia menuntun Cinta.

Tiba-tiba saja genggaman tangan Nesa dan Rania lepas tangan Cinta. Tak ada suara dari keduanya lagi. "Nesa kita udah sampai?" Tanya Cinta. Tak ada yang menjawab sama sekali. "Nesa, Rania kalian kok nggak jawab umi." Ujar Cinta lagi.

Cinta meraba-raba ke sekitar hingga akhirnya dia mendapatkan genggaman tangan lagi. "Nesa kamu kok tinggali umi sendiri sih? Umi buka ya penutup matanya." Ujar Cinta membuka penutup matanya yang Nesa pasangkan saat di dalam mobil tadi.

"Happy anniversary yang ke 7 tahun sayang." Ujar Kahfi yang sedari tadi tangannya Cinta genggam. Cinta langsung menutup mulutnya dengan tangannya yang ditutupi oleh niqab.

"Masya Allah, kamu ingat?" Tanya Cinta tak percaya. "Aku pasti selalu ingat hari di mana setelah penantian lama aku. Walau pun kamu bukan yang pertama untuk aku tapi kamu tetap yang terakhir dan takan pernah tergantikan."

Cinta langsung memeluk Kahfi menumpahkan semua tangisan kebahagiaannya. "Shukraan lak ya Zawji." Bisik Cinta.

***

Assalamualaikum semua. Alhamdulillah 'Cerita Cinta' udah tamat. Makasih untuk yang udah selalu dukung ceritanya selama ini. Selamat bertemu di cerita selanjutnya semua. Wassalamualaikum.

-Nissa-

Selasa, 14 Januari 2020

Cerita Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang