Bimbang [17]

487 40 6
                                    

Cinta sibuk menggusur butik seharian ini. Hari yang semakin mendekat dengan Idul Fitri membuat butik Cinta menjadi lebih sibuk dari biasanya. Pesanan yang banyak masuk membuat Cinta sangat bersyukur di bulan Ramadhan kali ini.

Tok. Tok. Tok. "Masuk." Ujar Cinta menghentikan kegiatannya. "Habibie, kamu kenapa ke sini?" Tanya Cinta heran. Habibie hanya menyengir sambil menyalami Cinta. "Assalamualaikum Umi. Habibie di sini mau ajak Umi buka bersama sama abi."

"Waalaikumsalam. Kapan?" Tanya Cinta. "Hari ini. Umi bisa kan?" Tanya Habibie balik. Cinta pun mengangguk. "Bisa kok. Kalau gitu umi beres-beres dulu ya, sesudahnya kita berangkat." Ujar Cinta beranjak dari kursinya.

"Nggak usah Umi. Kan ada mbak Farah yang bisa beresin nanti." Ujar Habibie menghalangi. Cinta menghela napasnya. "Sayang cuma sedikit kok. Farah juga lagi sibuk sama pesanan di butik." Ujar Cinta menjelaskan.

"Ya udah biar Habibie bantu." Habibie pun membantu membereskan ruang kerja Cinta. Untung saja ruangan tersebut tidak terlalu berantakan membuat mereka cepat selesai membereskannya.

"Ayo Umi, abi udah tunggu kita di sana." Ujar Habibie. Cinta terkekeh membuntuti Habibie keluar dari butik. "Farah saya keluar dulu ya. Kalau ada masalah kamu telepon saya aja." Ujar Cinta saat melewati Farah. "Iya Bu."

"Assalamualaikum." Salam Cinta. "Waalaikumsalam." Balas Farah.

Cinta pun masuk ke dalam mobil menuju restoran yang sudah Habibie pesan dengan Elang. Cinta tak aneh jika Habibie sangat bersemangat kali ini, karena mungkin saja tahun depan mereka tidak bisa buka bersama seperti ini karena Habibie yang harus melanjutkan kuliahnya di Kairo.

Sesampainya di restoran Habibie langsung mengajak Cinta menuju meja mereka. Benar saja Elang sudah berada di sana dengan pakaian yang rapi. "Assalamualaikum." Salam Cinta dan Habibie bersamaan.

"Waalaikumsalam." Jawab Elang lalu mempersilakan mereka duduk. "Apa kabar? Kata Habibie akhir-akhir ini kamu sibuk di butik." Tanya Elang membuka topik pembicaraan.

"Alhamdulillah baik. Pesanan di butik lagi banyak, jadi aku lebih sering berada di butik." Ujar Cinta menjelaskan. Elang pun mengangguk mengerti.

Tak lama azan berkumandang, semua pengunjung yang juga puasa langsung mengucapkan hamdalah dan membatalkan puasa mereka.

"Umi mau pesan makan apa?" Tanya Habibie setelah mereka membatalkan puasa mereka. "Samain aja kaya kamu." Ujar Cinta. Habibie pun mengangguk.

Setelah memesan makanan Habibie dan Elang izin untuk pergi ke musala terlebih dahulu sedangkan Cinta menunggu di meja mereka karena ia memang sedang tak salat.

Drit... Drit... Drit... Ponsel Cinta berdering. Cinta mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya lalu mengangkat telepon tersebut. "Assalamualaikum Nesa. Ada apa? Tumben kamu telepon Tante." Ujar Cinta.

"Hehehe. Waalaikumsalam, Tante Nesa kangen banget sama Tante." Ujar Nesa membuat Cinta terkekeh. "Tante juga kangen banget sama kamu. Kamu kapan mau ke Indonesia?" Tanya Cinta.

"Ini Nesa telepon Tante karena Nesa mau ke Indonesia." Ujar Nesa membuat Cinta terkejut. "Oh ya? Kalau begitu nanti tante bisa ajak kamu jalan-jalan lagi di sini." Ujar Cinta mengingat saat mereka di Seoul.

"Iya Tante. Nesa juga kangen jalan-jalan sama Tante. Nanti pas lebaran Nesa sama abi mau silaturahmi ke rumah Tante. Sekalian minta izin ke Tante buat Tante jadi umi aku." Cinta terdiam mendengar kata-kata yang terakhir Nesa ucapkan.

Minta izin buat aku jadi uminya? Apa maksud Nesa Kahfi akan lamar aku? Batin Cinta. "Tante, Tante masih di sana kan?" Tanya Nesa membuyarkan lamunan Cinta. "Eh, iya tante masih di sini." Ujar Cinta gugup.

Cerita Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang