7 - [WR] : Kamar Mandi

25.5K 1.9K 46
                                    

Rumah kediaman Arsyad kini tampak ramai, bukan karena kedatangan tamu melainkan lantaran Dika yang terus berteriak bermain mobil-mobilan. Dela dengan kesibukan memasak menu makan malam dan Arsyad yang baru saja menginjakan kakinya masuk berbarengan dengan bunyi benturan yang di
timbulkan oleh Dika.

Arsyad melangkah setelah meletakan sepatu yang ia kenakan di atas rak depan, wajahnya terlihat lelah pun rambutnya juga yang berantakan.

"Kakak!" Dika yang semula fokus pada mainan beralih atensi begitu netra miliknya menjangkau jika ada Arsyad di depannya.

Bocah berusia 7 tahun itu menghambur pada sang kakak. "Adek dapat mobil baru Kak!" tunjuk Dika, sebelah tangannya terangkat menujukan mobil mainan berwarna merah.

Arsyad mengusap pelan kepala adik bungsunya. "Dari siapa itu?"

"Dari Mbak Fifi," ucap Dika.

Arsyad menghentikan usapan di kepala sang adik. Fifi—tetangga sebelah yang gencar mengejarnya—padahal perempuan itu jauh 2 tahun lebih tua darinya Arsyad juga sudah berulang kali menolak pernyataan cinta perempuan itu, tapi sama saja seolah apa yang Arsyad pernah katakan dulu hanyalah angin lalu.

"Nyogok itu kali mbk Fifi," ujar Dela menyahut sembari tertawa.

Arsyad berjalan mendekati Dela lalu menarik kursi dan mendudukinya. "Bisa jadi," gumam Arsyad.

Tangan laki-laki berbalut seragam yang masih tertimbun jaket hitam itu terulur hendak mengambil makanan. Namun, sebuah tepukan keras kembali menarik sang tangan mundur.

"Cuci tangan kakak." Dela memerintah dengan kedua mata melotot menatap kakaknya.

Arsyad berdecak, dengan malas ia bangkit dan berjalan menuju kamarnya. Lebih baik sekalian mandi, pikirnya.

Suara derita pintu diikuti tertutupnya pintu kembali menarik Arsyad dalam keheningan. Laki-laki itu lantas menghempaskan tubuhnya di atas kasur yang keras kedua matanya menatap langit-langit kamar yang mulai dihinggapi sarang laba-laba. Sudah berapa lama ia tak membersihkan atap kamarnya? Entahlah ia lupa.

Pikiran Arsyad jauh melalang buana pada kejadian kemarin. Jujur awalnya Arsyad bingung, ia hanya ragu. Jiwanya tak siap jika diusia muda harus menanggung beban berat ini. Ia sendiri, untuk menghidupi kedua adiknya saja ia kesusahan dan tiba-tiba Arin sosok baru di hidupnya datang meminta tanggung jawab padanya. Sebagai manusia ber otak ada kalanya ia lelah dan ingin lari dari masalah begitu pula Arsyad.

Kabur selama 3 hari dari Arin adalah salah satu upaya agar dirinya terbebas juga menenangkan diri. 3 hari ia hanya merenung di rumah tanpa berbuat apa-apa bahkan panggilan dari Fandi yang minta tukar siftpun ia abaikan.

Ia hanya ingin sendiri. Awalnya Arsyad berfikir jika sekali berhubungan dengan Arin tak akan menyebabkan perempuan itu hamil, tapi Arsyad sadar jika pola pikirnya begitu kecil hingga tanpa sadar menjajikan sebuah ikatan di awal yang mana justru telak menghunus Arsyad pada kenyataan.

Tapi, itu pemikiran lama, hingga saat Arsyad harus melihat tayangan berita di ponsel miliknya pasal bayi yang dibuang
berhasil mengubah pemikiran Arsyad, segala pikiran buruk mampir mulai dari jika nanti ia tidak menikahi Arin lalu Arin akan tega membuang anaknya atau lebih parahnya Arin akan bunuh diri atau depresi. Terlalu berlebihan, tapi yakinlah pikiran itu yang tertanam di otak Arsyad kala itu.

Terlalu bajingan jika ia tega meninggalkan Arin sendirian berjuang merawat anaknya, anak ku juga.

Bagaimanapun sosok baru yang hadir dalam perut Arin mengalir pula darah miliknya ingin ditolak pun tak akan bisa menampik takdir. Setelah mempertimbangkan akhirnya Arsyad mantap, apapun yang terjadi ia harus bertanggungjawab. Ia laki-laki tak sepantasnya meninggalkan perempuan berjuang sendirian.

Wedding Romance [END] (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang