Makan malam hanya terisi suara denting sendok yang bersahut juga suara Dika yang berisik memasalahkan rasa masakan Dela yang kurang asin. Bocah 7 tahun itu memang peka jika terhadap makanan, kalau kurang bumbu sedikit saja ia bisa tahu. Arin yang berada di tengah keluarga kecil itu hanya bisa diam makan tanpa bersuara, bersuara pun ingin bilang apa.
Pikirannya masih terpaku pada sosok perempuan yang datang tadi sore, ya walaupun jika mengira atau menebak kalau perempuan itu suka mungkin dengan Arsyad. Memikirkan jika Arsyad disukai perempuan berumur lebih tua dari lelaki itu saja Arin ingin tertawa. Pantas saja Arsyad terlihat risi, mungkin juga bukan tipenya.
Namun, dilihat sosok perempuan tadi benar-benar cantik, Arin yang sesama perempuan saja mengakui apalagi lelaki dan juga Arsyad. Harusnya, kalau Arsyad normal. Memang normal, kalau tidak normal tidak akan ia menikah dengan Arsyad.
"Lo gila?" Suara Arsyad membuyarkan lamunan Arin perihal tadi sore. Ia menoleh bingung.
"Kenapa?"
"Senyum sendiri," ujar Arsyad.
Arin mengaruk rambutnya menyadari tingkahnya terlihat aneh, hingga menimbulkan tatapan heran pula bagi semua mata diruang makan.
"Kakak makan yang banyak tapi, kurang garam makanannya," celetuk Dika tiba-tiba yang langsung dihadiahi pelototan maut Dela.
Arin tersenyum. "Udah enak kok," ujarnya lirih.
"Iya enak karena gratis," celetuk Dela.
"Dela!" Suara Arsyad terdengar keras menegur adiknya. Arin menunduk enggan berucap.
Perkataan Dela benar-benar membuat Arin semakin yakin jika perempuan yang kini duduk di bangku kelas 8 SMP itu sungguh tak menyukainya.
"Yang sopan sama Kak Arin, dia kakak kamu juga sekarang."
Dela hanya diam, dan detik setelahnya perempuan itu bangkit pergi meninggalkan ruang makan tanpa pamit.
****
"Ar ...," panggil Arin begitu selesai makan semuanya membubarkan diri. Arin mengikuti kemana Arsyad pergi yaitu masuk ke dalam kamar lelaki itu.
"Hm," gumam Arsyad sebagai jawaban. Lelaki yang kini mengenakan kaos oblong warna abu juga celana selutut itu enggan menoleh menghadap Arin yang berada di belakang tubuhnya.
Arsyad sedang sibuk, mengambil sesuatu dari dalam lemari di sudut kamar.
"Gue tidur di mana?" Arin bertanya. Setelah berkeliling berbagai sudut rumah ini Arin jadi tahu kalau rumah kecil ini hanya memiliki 3 kamar. 2 kamar yang di pakai oleh Dela, Dika juga Arsyad. Sedangkan kamar yang satunya dialihkan sebagai gudang.
Maka dari itu Arin jadi bingung, apa iya nanti ia harus berbagai ranjang dengan Arsyad. Ok, membayangkannya saja ia takut.
"Di sini lah," jawab Arsyad dibarengi dengan tubuhnya yang berbalik menghadap Arin.
Kedua tangan Arsyad terlihat membawa selimut juga beberapa sarung bantal. Lelaki itu melangkah melewati Arin begitu saja.
"Di sini? Berdua?" Arin syok bukan main.
Mendengar nada tanya juga iringan seolah tak percaya Arsyad yang semula hendak mengambil bantal menghentikan aktivitas, ia menoleh ke belakang.
"Kenapa emang?"
Arin menggeleng. "Gue ... Enggak mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Romance [END] (TERBIT)
Romance[Part lengkap tersedia di Karya karsa] Sebagai anak Sulung Arsyad mempunyai beban berat yang harus ia pikul untuk adik-adiknya. Hidup hanya bermodal kerja paruh waktu di salah satu restoran cepat saji bukanlah hal yang mudah. Arsyad itu nakal, namu...