HAPPY READING
.
.****
Suara berisik memekakkan telinga langsung menyambut siapa saja yang masuk ke dalam club malam dan juga hentakan musik keras DJ dengan para manusia liar yang menari penuh gairah di bawah sana. Ada Arsyad, salah satu manusia yang berada di dalam club tengah duduk di atas kursi bar dengan rokok yang terjepit di antara jemari.
Kepulan asap nikotin itu terhembus seiring dengan hilangnya bar tender yang tadi datang membawakan segelas minuman beralkohol, Arsyad bukan seorang yang akan dengan mudah mengeluarkan sepeser uang hanya demi kenikmatan vodca atau Wiskey kalau bukan sosok laki-laki yang kini berada di dance floor sana tengah menari menjijikkan bersama para wanita, tak akan pernah Arsyad ada di tempat ini. Buang-buang waktu, bukannya munafik tapi jauh dari hal yang ia lakukan kini hanya duduk tak berguna ada pekerjaan menumpuk menanti melambai tangan padanya minta dijamah dan menghasilkan pundi uang, tapi Arsyad juga tak mudah menolak rejeki yang Reza berikan, kapan lagi ia akan seperti ini anggap saja sebagai pengalihan rasa lelah setelah beberapa hari bekerja demi menghidupi kedua adik kecilnya.
"Udah jogetnya?"
Reza datang dan duduk di sebelah Arsyad dibarengi dengan gelas milik Arsyad yang sudah mendarat di atas meja bar.
"Ah capek, lo kenapa duduk aja si. Ikutan joget sana apa cari cewek kek."
Arsyad terlalu malas untuk itu, ia bukanlah tipe laki-laki yang dengan senang hati menawarkan tubuhnya secara tidak langsung untuk bersentuhan dengan para wanita menjijikkan di sana. Membayangkan saja ia bergindik ngeri.
Kepala Arsyad menggeleng tak minat, kedua netra kelamnnya menatap ngeri para makhluk berlainan jenis yang tengah bercumbu.
"Cemen lo, kemana Arsyad yang dulu gue kenal." Bahu Arsyad terguncang ketika telapak tangan Reza menepuknya keras. "Gak, gue males aja. Gue ke kamar mandi dulu."
Arsyad berdiri dan berlalu pergi tanpa menunggu persetujuan dari Reza. Lelaki yang kini mengenakan jaket hitam itu lantas tak benar-benar pergi ke kamar mandi, itu hanya alasannya saja agar dapat menghindari topik pembicaraan Reza.
Ia akui semenjak ibunya pergi, ia sendiri banyak perubahan yang terjadi padanya. Dulu ia yang sering membangkang pada sang Ibu dan juga menjadi sosok yang nakal tanpa tau berfikir bahwa hal yang ia lakukan salah. Kehilangan sosok Ibunda membuat Arsyad perlahan menyadari jika hidup nya selama ini sudah tak terarah, dulu harusnya ia yang menjadi sosok pelindung setelah Ayahnya pergi.
Namun, justru ia tak mampu menjaga amanah sang Ayah, ia malah menjadi sebuah luka tak kasat mata bagi Ibunya.Penyesalan memang datang di akhir, ia menyesal dengan semuanya setelah wanita yang paling berharga di dunia ini sudah tiada, tak ada lagi waktu baginya untuk mengabdi dan meminta maaf.
Tanpa sadar bulir air mata keluar mengucur pelan tanpa permintaan dari kedua mata Arsyad, laki-laki itu menyerkanya dengan punggung tangan.
Langit malam terasa pekat dan bertambah kian gelap ketika mendung mengisi hati Arsyad, kini Arsyad sedang berada di rooftop club. Ia butuh ketenangan, harusnya. Namun, suara hentakan musik di bawah sana masih saja terdengar walau sedikit samar.
Hingga dering ponsel miliknya memecah ketenangannya. Arsyad merogoh saku dan mengambil benda pipih tersebut. Nama Dela langsung muncul. Tanpa basa-basi jari Arsyad bergerak mengangkat.
"Kak adek panas, gimana ini?" Baru di dekatkan suara Dela menyambut gendang telinganya nyaring.
Nada khawatir terdengar mendominasi membuat Arsyad yang berjarak puluhan kilometer mau tak mau ikut terundung cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Romance [END] (TERBIT)
عاطفية[Part lengkap tersedia di Karya karsa] Sebagai anak Sulung Arsyad mempunyai beban berat yang harus ia pikul untuk adik-adiknya. Hidup hanya bermodal kerja paruh waktu di salah satu restoran cepat saji bukanlah hal yang mudah. Arsyad itu nakal, namu...