Kelas XII IPS 3 seakan tidak ada habisnya saling berteriak membuat kegaduhan juga dengan Arsyad yang dari awal pelajaran hingga mendekati akhir masih bisa bertahan duduk manis di mejanya.
Kelas yang rata-rata berisi kaum adam ini sungguh mengalahkan berisiknya para kaum hawa. Membuat Arsyad gemas untuk tidak menimpuki satu persatu para manusia bedebah yang berbicara tanpa tau intonasi.
"Arsyad," panggil Reza. Lelaki itu duduk di samping Arsyad yang sibuk mencoret-coret buku bagian belakangnya.
Buku kosong tanpa ada isi sama sekali, nasib murid jarang masuk kelas.
"Hm?" Arsyad hanya membalas dengan gumaman.
"Lo ada apa sama si Arin?" Pertanyaan yang di ucapkan Reza menghentikan kinerja Arsyad. Ia menoleh.
"Kenapa emang?" Arsyad tak mau menduga jadi ia lebih dulu bertanya.
"Gue kemarin lihat lo nganterin dia."
Arsyad mengutuki dirinya yang tak terfikir jika saja kemarin apa yang dilakukannya dapat diketahui oleh temannya. Sekarang ia tinggal menghadapi rentetan pertanyaan yang mungkin akan terlontar.
"Ya, itu gue," balas Arsyad lalu kembali pada kegiatan.
Kedua bola mata Reza hampir keluar mendengar penuturan Arsyad. "Demi apa lo sama dia." Tahan Reza menarik paksa bahu Arsyad agar berbalik melihatnya.
"Apaan sih lo," kesal Arsyad karena gambarannya tercoreng.
"Anjir lah, kenapa bisa lo sama dia?"
"Ya bisa lah," ketus Arsyad.
"Gue curiga ni, selama ini lo enggak pernah cerita sama gue dan Guntur. Lo anggap kita apaan bro!"
Arsyad menoleh menatap Reza yang memasang wajah ternistakan. Decihan keluar dari bibir Arsyad melihat dramanya Reza.
"Alay," ucap Arsyad sarkas. Reza kembali memasang wajah sok coolnya.
"Pst dari kapan lo sama Arin?" Intonasi heboh Reza seketika berubah menjadi berbisik.
Dari lo ajak gue ke club
"Terus udah ngapain aja lo sama Arin?"
Udah grepe-grepe
"Anjir jawab woy!"
"Ogah!"
****
"Rin lo enggak papa?" Yuni bertanya pada Arin yang terlihat lebih pucat hari ini. Entah, perempuan itu sepertinya sakit namun sudah berulang kali Yuni bertanya hanya jawaban yang sama yang terlontar.
"Enggak papa." Nah kan, sudah 1263 kali Arin berkata hingga membuat telinga Yuni hafal dengan kalimat itu.
"Ke UKS ya," suruh Yuni namun Arin masih sama kekeh pendirian. Ia tak tau waktu, perempuan itu masih saja melanjutkan tugas yang di berikan pak Bambang selagi jam kosong.
"Ngeyel ya lo Rin, tubuh juga udah jelas enggak sehat masih aja di paksain."
Arin mendongak menatap wajah Yuni yang sudah memerah menahan marah. "Bisa minta tolong aja?" lirih Arin.
Raut wajah Yuni seketika berubah melunak. "Apa?"
"Beliin makanan sama ... Panggil Arsyad." Di akhir kalimat 'Arsyad' intonasi Arin merendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Romance [END] (TERBIT)
Romance[Part lengkap tersedia di Karya karsa] Sebagai anak Sulung Arsyad mempunyai beban berat yang harus ia pikul untuk adik-adiknya. Hidup hanya bermodal kerja paruh waktu di salah satu restoran cepat saji bukanlah hal yang mudah. Arsyad itu nakal, namu...