16

3.1K 132 2
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤ Saat memasuki garasi rumah, Davi memarkirkan motornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤㅤ
ㅤㅤ
Saat memasuki garasi rumah, Davi memarkirkan motornya. Davi melirik jam tangan yang menunjukkan pukul setengah tiga dan sore ini masih mendung, meski hujan sudah berhenti turun.

Nasib baik Davi dibangunkan Bibinya Dalla, jadi ia bisa pulang tak terlalu sore. Ya, Davi ketiduran. Ia pun tak menyangka. Dan saat bangun tadi, Dalla masih tertidur pulas.

PYARRR!

BRAK!

Langkah kaki Davi terhenti di depan pintu, tangannya yang menyentuh kenop pintu bergetar hebat.

"Pa-Papah," lirihnya. Ia sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi di dalam rumahnya.

Saat pintu dibuka, tubuh Davi melemas seketika. Kedua matanya memanas melihat kacaunya isi rumah dengan sang Papah yang terus berteriak ke sang Ibu. Lagi.

"Dasar istri nggak tahu diuntung! Kamu itu udah saya nikahi, harusnya kamu berterima kasih. Keluargamu jadi nggak nanggung malu karena sikap murahan mu itu!"

Kedua tangan Davi mengepal. Ia tak peduli dengan air mata yang sudah membasahi pipinya entah sejak kapan, kedua kakinya melangkah lebar menghampiri mereka.

"Dasar pelacur!"

Sang Papah hendak menampar sang Ibu, namun dengan cepat Davi menahannya. Hingga kini lengan sang Papah berhasil ia cengkram dengan sangat kuat.

"Cukup, Pah!" Davi berujar dengan suara sangat tegas. Ia melepaskan cengkeramannya cukup kasar. "Jangan sakiti Ibuku lagi."

Diusapnya bekas cengkraman Davi, sang Papah tersenyum miring.

"Kamu masih bocah nggak usah ikut campur urusan orang dewasa," balas sang Papah tak kalah tajam.

"Papah udah nyakitin Ibu, itu bakal jadi urusanku."

Sang Papah malah tertawa, tawa yang sangat mengerikan.

Davi dengan menahan air matanya agar tak jatuh lagi mulai memeluk sang Ibu di sudut ruangan, Ibunya menangis.

Davi menghapus air mata ibunya, Davi menggeleng. "Ibu jangan nangis. Udah ada Davi, Ibu jangan takut. Davi bakal lindungi Ibu."

"Kalian berdua ini sama saja. Sama-sama menyusahkan hidup saya!"

BRAK!

Papah Davi menendang kursi ke arah Davi dan Ibu, untung saja Davi berhasil memeluk dan menarik Ibunya untuk menghindar, jadi kursi itu malah menghantam tembok.

"Kalian harusnya bayar saya! Saya yang membiayai seluruh kehidupan kalian, kebutuhan kalian! Tapi kalian malah merepotkan saya! Terlebih kamu anak haram!" Tunjuknya pada Davi.

"Mas, cukup!" Dengan suara lirihnya, Ibu berteriak. Batinnya sakit mendengar anaknya dihina seperti itu.

"Apanya yang cukup? Itu fakta! Sejak kamu mengandung dia hidup saya jadi hancur! Saya bukan papahnya tapi saya harus merawatnya!"

DALLA || The Cheerful Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang