45

1.8K 89 26
                                    

            Ada sebuah kabar bagus. Dalla sudah sadar dari masa komanya. Sore ini hampir semua orang yang Dalla kenal sudah memenuhi ruangan Dalla. Ya, hampir.

Davi belum datang.

Padahal Dalla ingin sekali menatap wajah cowok itu, ia rindu pada Davi. Papahnya yang tahu pun sudah berkali-kali menelpon Davi namun tak ada jawaban, bukan hanya Bayu bahkan semua teman Dalla pun melakukan hal yang sama.

"Dalla, mending lo makan dulu, deh. Laper, kan?"

Dalla dengan bibir pucatnya itu tersenyum kecil lalu menerima suapan bubur dari Nadya, sesekali mereka melempar tawa dan cerita ringan.

"Tuh anak kemana sih?!" Argo mendengus, bolak-balik ia menempelkan ponselnya pada telinga namun masih tak ada sahutan. "Kurang ajar emang, berani banget dia bohongi kita."

Galih menepuk pundak Argo pelan. "Dia kayak beda sekarang."

Argo menepis tangan Galih, lalu keluar dari ruangan yang terasa sangat panas baginya. Ia berniat membeli air minum, sesekali umpatannya terdengar di sepanjang lorong.

"Brengsek! Gue nggak akan biarin Dalla sedih karena lo, Davi. Gue udah berkorban harusnya lo sadar, bukannya malah ngelunjak kayak gini!"

Argo kesal karena Davi telah membohonginya. Apa kalian ingat Argo pernah bertanya apakah Davi sering ke rumah sakit? Davi menjawab sering, kan?

Tapi yang Argo dengar dari Om Bayu malah jauh berbeda, Davi terakhir kali menjenguk Dalla saat setelah prosesi pemakaman Papah Davi, setelah itu Davi tak pernah ke sana lagi. Bahkan Bayu tak melihat lagi wajah Davi setelah hari itu.

"Sialan lo, Dav!"

Argo pun masih tak menyerah untuk menghubungi Davi, meski berulangkali tak ada jawaban. Hal itu membuatnya mengerang keras sampai harus meninju dinding untuk menyalurkan emosinya.

Sedangkan di ruangan Dalla tinggal ada Nadya, Sisil, Putra, Galih dan Ozan. Sang Papah sedang keluar untuk bertemu dokter, Bibinya sedang pergi ke toilet. Namun ada seseorang yang tak bisa Dalla abaikan, yaitu Sisil. Cewek dengan rambut sebahu itu tampak gelisah.

"Sisil kenapa?" tanya Dalla, terdengar masih lirih.

Sisil tersentak, ia menggeleng dengan kaku. Lalu terdengar decakan keras dari Galih dan Ozan.

"Gue selalu berdoa agar lo dijauhi dari orang-orang munafik, Dal!" ujar Ozan dengan suara cukup keras, seperti sedang menyindir seseorang.

Dalla tak mengerti maksudnya, namun ia tetap tersenyum kecil.

"Galih, mau nyanyiin Dalla lagu nggak?"

Galih dengan sigap memetik senar gitarnya. "Dengan senang hati, Nona. Mau lagu apa?"

"Geli, dih!" ejek Nadya yang masih mengaduk bubur untuk Dalla, "biasa aja, dong. Kuping gue nanti budeg dengerin lo begitu."

"Berisik lo Nyai Ronggeng, diem sih, gue ngomong sama Dalla!"

Dalla tertawa. "Dalla mau lagu yang pernah Davi nyanyiin waktu acara ulang tahun sekolah."

Suasana sedikit berubah hening, lalu Galih mengerjap saat Putra menyenggol bahunya cukup keras, lalu tak lama Galih pun memetik sinar gitarnya dengan rasa canggung. Namun suara dari cowok itu masih tetap merdu.

"Davi kapan ke sini?" tanya Dalla pada siapapun, "Dalla mau ketemu. Kangen. Apa Davi nggak kangen sama Dalla?"

Nadya menggeleng untuk menepis pikiran temannya itu. "Dia juga pasti kangen sama lo, Dal. Sabar, ya?"

Dalla hanya bisa mengangguk, lalu menatap Putra yang sedari tadi hanya diam. "Putra, Davi bakal dateng, kan?"

Putra tak langsung menjawab, ia berdehem sebentar.

"Sabar, bentar lagi paling dateng, dia sibuk sama tugas OSIS, mungkin." Itu hanya alibi Putra saja. Ia pun sebenarnya tak tahu Davi akan ke sini atau tidak.

"Sisil nggak sibuk juga?" tanya Dalla beralih. Jika Davi sibuk dengan tugas OSIS harusnya Sisil pun sama. Tapi Sisil malah bisa hadir di sini.

Sisil hanya memberikan gelengan kepala sebagai jawaban dan berusaha melarikan mata dari Putra yang sedang menatapnya terang-terangan.

"Tapi Davi tau kan kalau Dalla udah sadar?"

"Tau kok, kita semua udah hubungi dia, Dal," jawab Ozan.

Namun itu tidak membuat Dalla merasa lega. Ia semakin diam meski sesekali tersenyum kecil. Ozan bersama Galih tak henti membuatnya terhibur, Nadya juga selalu sigap menyuapi bubur untuknya.

Tapi tiba-tiba saja Sisil izin untuk keluar dari ruangan yang disusul oleh Putra.

Putra mencekal lengan mungil Sisil, mereka terhenti tak jauh dari ruangan Dalla. Suasananya pun tampak sepi, hanya beberapa suster yang berlalu lalang.

"Gue tau kejadian kemarin malam saat acara bakar-bakaran di rumah Galih itu di luar kendali lo," ucap Putra tiba-tiba.

"Putㅡ"

"Tapi apa lo nggak bisa cerita ke Dalla? Dia pacarnya dan lo sahabatnya Dalla!"

"Nggak segampang itu."

Putra tertawa renyah. "Nggak segampang itu lo bilang? Tapi ngelakuinnya gampang banget. Gue sampai nggak nyangka kenapa bisa gue suka sama lo, Sil."

Sisil terhenyak. "A-Apa maksud lo?"

"Apa selama ini gue salah?" ujar Putra sembari meraih pipi Sisil lalu ia tersenyum kecil, tampak dipaksakan, "gue sampai sini berjuangnya. Selamat, lo menang!"

DEG!!

Dan Putra kembali masuk ke ruangan Dalla, meninggalkan Sisil yang terkejut tanpa bisa bersuara sedikitpun. Sisil sampai harus duduk di bangku besi, ucapan Putra barusan sangat mengenai perasaanya dan terus berulang-ulang di pikirannya.

Tanpa ia sangka air matanya perlahan luruh, Sisil menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangan agar suara isak tangisnya tak terdengar.

Kenapa ia harus sedih mendengar perkataan Putra tadi? Harusnya ia senang karena orang yang selama ini mengganggu dan berharap padanya sudah sadar dan memilih pergi? Iya, kan?

Tapi sekarang, Sisil malah menangis.

"Gue nggak mau ngerasa bersalah terus kayak gini," gumam Sisil, ia mulai menyalakan ponselnya.

Sisil menghubungi nomor seseorang, tak perlu melakukan panggilan untuk kedua kalinya, orang tersebut sudah mengangkat panggilan darinya.

"Davi, kita perlu kelarin ini sekarang juga!"







💧 𝕋𝕠 𝕓𝕖 𝕔𝕠𝕟𝕥𝕚𝕟𝕦𝕖 💧



#Annyeong
Horee Dalla udah sadar, ayo kasih banyak cinta buat Dalla biar tambah semangat ❣️
Dan Putra beneran lepasin Sisil nih, tapi kenapa yaa 🧐

Oiya makasih juga buat kalian yang udah mampir ke sini, aku kirimin lope lope sebanyak-banyaknya ❤️🧡💛💚💙💜💗😅
Dan jangan lupa terus ninggalin jejak yaa 🤗🧡
#Gumawo

Oiya makasih juga buat kalian yang udah mampir ke sini, aku kirimin lope lope sebanyak-banyaknya ❤️🧡💛💚💙💜💗😅Dan jangan lupa terus ninggalin jejak yaa 🤗🧡#Gumawo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penuh bahagia, masa depannya Lino 💓
Herlinawa

DALLA || The Cheerful Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang