6

4.8K 235 1
                                    

     TEET! TEEET! TEEETT!!

Bel pulang sudah berbunyi, seluruh antusias warga sekolah timbul ke permukaan. Bahagia tak terbendung.

Apalagi para murid di kelas 11 MIPA 1, yang tadi sibuk menahan kantuk pun langsung seger. Meski kelas mereka dikenal kelas bintang karena banyak murid berprestasinya, tapi tetap saja mereka itu manusia biasa yang akan girang ketika mendengar bel pulang.

"Yeeay ... akhirnya bisa balik, kangen kasur!" celetuk salah satu murid.

Guru yang baru mengajar di kelas itu mulai keluar kelas yang disusul satu persatu muridnya. Hingga kelas kini menyisakan seorang cowok yang duduk di bangku barisan depan.

Cowok itu bersender pada tembok, lalu memejamkan mata dengan menyumpal kedua telinga dengan earphone putih kesayangannya. Lagu In My Blood dari Shawn Mendes bermain indah di telinganya.

Tanpa disadari, bibirnya yang cukup tebal itu bergerak. Bahkan secara perlahan Davi mulai bernyanyi. Dan saat memasuki part favoritnya, ia tak bisa menahan suaranya lagi.

Help me, it's like the walls are caving in
Sometimes I feel like giving up
No medicine is strong enough
Someone help me

Matanya perlahan terbuka, dadanya seketika sesak.

"Agatha," panggilnya pada angin yang baru saja menyapu wajahnya yang terlihat lelah saat ini.

Untung hari ini tak ada rapat OSIS. Davi bisa bernafas sedikit lega. Bahkan dirinya mencoba tidur sejenak, mungkin ada setengah jam.

Davi, Dalla tunggu pulang sekolah di bawah pohon pinggir lapangan basket!

Tiba-tiba saja ucapan Dalla dan wajah gadis itu datang masuk ke dalam mimpinya, membuat kedua matanya mulai terbuka lagi, beberapa menit mengumpulkan nyawa. Lalu, Davi berdecak kesal.

Dengan langkah lebar ia mulai meninggalkan kelas. Lorong sekolah kini sudah sangat sepi. Dan saat dilirik jam tangannya, sudah hampir jam 5 sore, dirinya tidak sadar terdiam begitu lama di kelas tadi. Pantas aja!

Davi akan belok ke kanan untuk ke arah parkiran, tapi lagi-lagi perkataan Dalla mengganggunya. Kali ini perkataan Dalla yang kemarin benar-benar mengusiknya, bahkan tadi malam ia hampir tak bisa tidur karena perkataan cewek itu.

Bener kata Agatha, kalau ... DAVI NGGAK PERNAH BISA NGEHARGAIN PERASAAN ORANG LAIN. DAVI ITU COWOK JAHAT!

Ya, perkataan Dalla mengenai Agatha.

"Sial!" Davi mengumpat, dengan terpaksa ia mengambil arah belok ke kiri, yang akan membawanya ke arah lapangan basket.

Ini bukan untuk Dalla. Ini untuk Agatha.

Davi baru saja akan sampai ketika ia melihat di bawah pohon tepi lapangan itu sudah ada dua orang. Davi mengenalnya, itu Dalla dan Argo.

Terlihat di mata Davi, Argo sedang melucu untuk Dalla dan beberapa kali Dalla akan tertawa karenanya, bahkan Dalla sampai mencubit pipi Argo dengan gemas.

Pemandangan najis!

Davi mendengus. "Gue harus selesaikan ini sekarang."

Dengan langkah lebar Davi mendekati keduanya. Dan ketika sudah sampai di sana, Dalla dengan semangat menyambut kedatangan Davi. Berbeda dengan Argo yang menyambutnya dengan tatapan sinis.

"Tuh, kan, Argo. Apa Dalla bilang, Davi bakal dateng." Dalla terlihat senang sekali, ia tersenyum lebar dan sangat ceria. "Nih, buktinya."

Tapi bukan Davi namanya kalau tak menghancurkan kesenangan Dalla. Dengan nada ketusnya Davi mulai berbicara.

"Lo cuma bilang bakal nungguin gue di sini." Davi maju beberapa langkah, kemudian membalas tatapan tak kalah sinis ke arah Argo. "Lo nggak bilang kalau cowok ini juga ikut nungguin gue."

Melihat keadaan itu, Dalla mengambil tempat di antara keduanya berdiri, senyumnya tiba-tiba berubah canggung.

"Oh, itu. Argo di siniㅡ"

"Lo pikir gue nungguin lo? Kurang kerjaan apa gue sampai ngelakuin hal bodoh itu."

Argo juga mau beberapa langkah, menarik bahu Dalla pelan ke belakangnya, seperti ingin menyembunyikan Dalla dari Davi. Hingga matanya langsung beradu dengan Davi.

"Gue tau jalan pikiran cowok kayak lo, yang diajak ketemuan malah pergi ngilang. Cowok yang nggak ada tanggung jawabnya. Cih!" Argo benar-benar menyindir Davi. Dan itu tepat mengenai sasaran.

Rahang Davi langsung mengeras. Tapi sebaik mungkin ia tetap menjernihkan pikirannya.

"Gue cuma ada urusan sama Dalla. Jadi, lo mending pergi."

Argo mendengus, ia lebih memilih untuk berbalik badan dan menatap Dalla yang terlihat ketakutan.

Iya lah Dalla ketakutan! Kalau ada baku hantam di depannya bagaimana? Apalagi Argo dan Davi terlihat ingin menyerang satu sama lain. Kan, Dalla ngeri.

"Jangan lama-lama, ini udah sore, Dal."

Dalla mengangguk. "Iya. Makasih Argo udah temenin Dalla."

Argo tersenyum, kemudian mengacak gemas rambut Dalla. Cewek itu terlihat terkejut.

"Gue tunggu di parkiran," lanjutnya.

Grep!

Tapi tangan Davi tiba-tiba meraih tangan Argo yang berada di atas kepala Dalla.

Hal itu membuat Dalla dan Argo kompak terkejut. Apalagi saat Davi mengenyahkan cukup kasar tangan itu dari atas kepala Dalla. Keduanya hanya bisa terpekur menatap Davi.

"Nggak usah repot-repot." Setelah melepas tangan Argo, Davi meraih lengan Dalla agar mendekat ke arahnya. "Dia balik bareng gue."

ㅤㅤ
ㅤㅤ

💧 To be continue 💧
ㅤㅤ
ㅤㅤ


#Annyeong
Acieee ... Dalla dikelilingi dua cogan utama di cerita ini 😃
Kapan aku gitu juga di dunia nyata :')

Jangan lupa tinggalin jejak yaa 🤗🧡
#Gumawo

Penuh bahagia, masa depannya Lino 💓Herlinawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penuh bahagia, masa depannya Lino 💓
Herlinawa

DALLA || The Cheerful Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang