7

4.7K 218 0
                                    

 ㅤ    Hanya ada hangat senja yang terasa diiringi oleh suara dari gemerisik daun yang tertiup angin. Dua orang yang duduk di bawah pohon itu nampak masih tak bersuara. Sejak kejadian tadi, mereka berdua terlihat canggung.

Sekarang kedua orang itu duduk dengan saling mendiami. Satunya bingung mau ngomong apa dan yang satu sedang menunggu orang di sampingnya berbicara.

"Cepet ngomong, waktu gue nggak banyak." Akhirnya suara Davi memecah keheningan di antara keduanya, membuat Dalla tersentak.

Kini Dalla memainkan jemarinya, ia jadi gugup.

"Dalla mau nanya," cicitnya lemah.

"Ya udah."

"Boleh emang?"

Davi mendengus kesal. "Lah itu lo udah nanya, bego."

Sabar!
Memang kalau ngomong sama Davi itu harus siapin mental dulu. Untung kuping Dalla udah biasa di-smash seperti itu.

Dalla menghembuskan nafas berat, kemudian menarik nafas sedalam mungkin.

"Cara bisa jadi temennya Davi itu gimana, sih?" Akhirnya Dalla mengutarakan pertanyaannya, terdengar sangat kaku atau lebih tepatnya Dalla berhati-hati agar tak salah bicara. "Dalla bingung harus gimana lagi."

"Hal itu lagi?" Davi menegakkan tubuhnya, ia menoleh ke arah Dalla yang kini menunduk. Ada rasa penasaran dalam dirinya. "Kenapa lo pengen banget jadi temen gue?"

Dalla melirik sekitarnya, ia bingung mau jawab apa.

"Lagian kan lo udah dapet jawaban dari gue dua minggu lalu." Davi kembali mengingatkan kejadian itu pada Dalla. "Di sini, di tempat ini, kalau gue nggak mau kita temenan."

Davi memperhatikan gadis itu baik-baik, ingin melihat responnya.

"Gue maunya kita pacaran."

Tiba-tiba Dalla menelan susah salivanya. Kata-kata itu lagi, terdengar sangat horor di telinga Dalla.

Tapi kemudian, Dalla mengangkat wajahnya. Dengan berani ia menatap Davi yang juga sedang menatapnya.

"Kenapa pacaran? Emang Davi suka sama Dalla? Davi sayang bahkan cinta sama Dalla?"

Davi membulatkan matanya, cewek di depannya ini benar-benar berani.

"Atau Davi cuma mau mainin perasaanya Dalla?"

Davi terdiam.

Dan Dalla malah tersenyum. "Tapi Dalla tau kok alasan sebenarnya Davi ngomong kayak gitu. Karena Davi tau kelemahan Dalla."

Bersama angin yang berhembus mengenai sisi wajahnya, Dalla tetap menatap Davi tepat di ketua mata cowok itu. Membuat Davi kesusahan menjaga raut wajahnya agar tetap biasa saja.

"Davi nggak mau temenan sama Dalla, jadi pake alasan ngajak pacaran biar Dalla takut, terus nggak ganggu dan nggak maksa Davi buat jadi temen Dalla lagi. Iya, kan?"

Sepertinya Davi tak usah menjawab, karena semua itu memang benar. Lagi-lagi Dalla hanya bisa tersenyum, ia sendiri pun sebenarnya lelah terus memaksa cowok itu, tapi karena pesan itulah yang membuatnya jadi seperti ini.

Davi menatap ke arah lain, ia berdehem. "Kemarin lo bilang mau temenan sama gue karena pengen bantu gue. Emang lo mau bantu apa?" Davi merubah arah pembicaraan.

"Dalla pengen jadi temen curhatnya Davi, temen buat bagi kisah sedih ataupun senang buat Davi. Dalla siap jadi temen yang dengerin semua masalah Davi."

Tapi posisi itu dulu sudah ada yang menempati. Iya, dulu.

DALLA || The Cheerful Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang