48

1.9K 99 39
                                    

Kepala Dalla tertunduk, tak berani menatap orang-orang di dekatnya yang selalu membicarakan dirinya sekarang. Meski tidak nyaman Dalla terus mencoba untuk tidak mendengarkan kata-kata menyakitkan itu, ia sekarang hanya perlu terus berjalan sampai kantin, membeli air minum lalu kembali memakan bekalnya di kelas.

"Kasihan banget ya, dia cuma dijadiin mainan sama Davi."

"Cewek menye-menye sih."

"Lagian dia juga ganjen kan dulu, sering banget maksa buat deketin Davi. Cewek kegatelan, rasain akibatnya, hahaha ...."

"Cewek kegatelan sekaligus penyakitan!"

Suara tawa dari orang di sepanjang lorong semakin terdengar menyakitkan di telinga Dalla, terlebih perkataan menusuk itu tak juga berhenti. Rasanya kali ini lorong seakan panjang sekali sampai Dalla terasa lelah untuk terus berjalan, tak ada yang menopang dirinya lagi.

"WOY! PUNYA MULUT TUH JAGA, BACOT DOANG BISANYA! GUE JAHIT TUH MULUT SATU-SATU KELAR HIDUP LO!"

Dalla tertegun mendengar suara itu, ia mengangkat kepalanya perlahan dan menemukan Putra sudah berdiri di sampingnya. Cowok itu merangkul Dalla dan menariknya pelan untuk pergi dari orang-orang yang mulai mendumel dengan suara pelan.

"Putra, makasih."

Cowok itu berdecak. "Lo kalau mau ke kantin tuh bilang, tunggu gue balik dari toilet tadi atau tunggu Nadya yang lagi dipanggil guru. Jangan pergi sendirian."

"Putra khawatir sama Dalla?"

"Iyalah! Pake nanya."

Dalla mengulum senyum, lalu Putra malah menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.

"Ma-Maksud gue ... Argo yang khawatir. Dia kan ngga bisa nemenin lo di jam istirahat ini, jadi dia nyuruh gue. Kalau gue nggak jagain lo, dia bisa ngamuk terus nanti gue jadi samsak gratis. Kan ogah!"

"Makasih ya, Putra. Tapi Putra nggak usah ikutin omongan Argo, nanti Dalla yang jelasin ke dia."

"Udahlah nggak papa, gue tuh nanti berasa jahat kalau lihat lo diomongi kayak tadi gue malah diem aja. Kan gue kembaran Sehun yang baik hati."

Keduanya terkekeh geli, sampai tak terasa mereka sudah sampai di kantin. Keadaannya sudah tak terlalu ramai mungkin karena bel istirahat juga sudah lama berbunyi tadi, juga terlihat beberapa makanan dan minuman hampir habis.

"Lo mau beli apa? Gue beliin, lo duduk aja."

Dalla menggeleng sebagai tanda penolakan untuk cowok itu, lalu Dalla menuju ke salah satu penjual yang ada lemari es. Ia hanya ingin membeli air putih dan kebetulan di dalam lemari es itu tinggal hanya satu botol saja air putih. Mungkin ini keberuntungannya.

"Punya gue."

Atau keberuntungannya baru saja hilang.

Dalla memutar tubuh untuk melihat orang yang baru saja menerobos tangannya dan mengambil air minum itu, orang itu sudah duduk bergabung bersama teman-temannya dengan membawa sebotol air putih yang harusnya diambil Dalla.

Orang itu adalah Davi. Membuat Dalla tanpa sadar menghela nafas.

"Dalla yang lihat duluan."

"Gue udah bayar duluan."

"Kalau gitu kenapa nggak diambil dari tadi? Kenapa giliran Dalla mau beli malah Davi baru ambil? Davi sengaja, kan?"

"Salahin aja lo yang datangnya kebetulan pas gue mau ambil."

Dalla sudah mendekati meja milik Davi, cowok itu malah sibuk mengobrol lagi dengan beberapa pengurus OSIS. Tatapan Dalla tak lepas dari Davi dan juga Sisil yang enggan menatapnya balik.

DALLA || The Cheerful Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang