06

3.2K 232 3
                                    




"Ga , makan malam dulu yuk, udah bunda siapin" Arga noleh ke belakang terlihat bunda nya berada di depan pintu kamarnya yang juga tengah memandanginya.

"Nanti aja bunda, tinggal dikit lagi ini " Jawab Arga dengan jari-jari tangan yang  mengetik sesuatu dilaptop nya. Kini Arga tengah membuat daftar acara sekolah yang akan dilaksanakan satu sampai dua bulan kedepan.

"Yaudah, tapi jangan sampai lupa makan" Ujar bunda Arga dan kembali menutup pintu kamar Arga.

Hampir setengah jam Arga dengan laptopnya. Akhirnya selesai, laptop tertutup sempurna. Tangannya bergerak menarik laci meja belajarnya dan mengambil sesuatu yang selama ini ia simpan, yakni sebuah foto anak kecil tengah tersenyum kearah kamera.

Tatapannya begitu tajam, ekspresinya berubah ketika melihat foto tersebut. Raut wajah Amarah bercampur sedih yang ditunjukkan Arga saat ini.

"Aggghhhh" Foto itu ia letakkan kembali kedalam laci dan mendorong laci tersebut sangat keras hingga menimbulkan suara.

-o0o-

Ceklekkk

pintu terbuka sempurna .

Terdapat sosok perempuan terduduk di kursi roda sedang memandang kearah jendela dengan earphone yang berada di telinganya. Wajahnya sangat cantik dan tenang, rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai.

"Kak?" Perempuan itu menoleh, ia tersenyum kearah seseorang yang memanggilnya.

"Makan yuk"Lanjutnya.
Perempuan itu menggeleng.

"Kalau kakak nggak makan, Arga juga nggak makan" 

Ya itu adalah Arga, ia yang sedari tadi berada di kamar ini dan memanggil perempuan itu dengan sebutan kakak. Sosok perempuan itu adalah kakak Arga .

Ayah dan bunda Arga memiliki tiga anak yang pertama luna, kedua Arga, dan terakhir vino.

Sosok perempuan itu adalah luna. Ia sering mengurung diri dikamar semenjak kecelakaan yang menimpanya dan harus membuat tubuhnya terduduk dikursi roda.
Dulu luna tidak seperti sekarang, dulu ia dikenal sosok yang ceria, penyayang, sekarang ia lebih banyak diam dan hanya ingin keluar saat - saat tertentu.

Melihat reaksi luna yang seperti itu membuat hati Arga sakit. Ini bukan kakak nya, mana kakak nya yang dulu? kakanya yang selalu menjaganya dan selalu menyanginya, Arga ingin kakak nya yang dulu bukan seperti yang sekarang ini.

"Maaf kak" luna mendongakkan kepalanya, terlihat adiknya yang tertunduk lesu.

"Buat apa?" Arga menatap luna sesaat dan menjatuhkan kedua lututnya kelantai hingga tubuh mereka bersejajar.

"Gara-gara Arga kakak kayak gini, Arga harus berbuat apa supaya kakak kayak dulu lagi, Arga kangen sama kakak. Kakak nggak kangen sama Arga? Sama mama? Papa? Dan vino?  Kakak boleh marah sama Arga, kakak boleh pukul Arga sekarang. Tapi jangan diemin Arga kayak gini, jangan diemin bunda kak. Bukan hanya kakak yang sedih, Arga sama bunda juga sedih ngeliat kakak kaya gini. Arga kangen kak ... Arga kangen kakak yang dulu "

Dengan cepat luna meraih tubuh Arga kedalam dekapannya.

"Siapa bilang kakak nggak kangen sama kamu, hmm? Kakak kangen banget sama kamu. Maafin kakak ya, kakak nggak bermaksud buat nyakitin hati kalian, nggak tau kenapa kakak jadi lebih suka sendiri dan nggak ngelakuin banyak hal yang membuat kalian jadi repot "

"Keluar yuk kak, bunda udah nungguin dimeja makan" Ujar Arga mengalihkan pembicaraan, Arga tidak ingin percakapan dengan kakak nya semakin lama semakin menjadi dan itu membuat hati Arga hancur. Arga beranjak dari tempatnya dan mendorong kursi roda setelah melihat anggukan dari luna.


ARGA [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang