41 [ END ]

2.7K 125 6
                                    

Happy reading 🤗



Bara mendapat pelukan dari Neneknya saat dirinya telah sampai, tapi tidak dengan Kanya yang sepertinya sedikit terkejut atas kehadiran Kakaknya. Kanya lebih mengalihkan perhatiannya pada teman-temannya. Ada sedikit rasa lega Bara telah membaik dan Kanya masih tetap diam jika berhubungan dengan Bara, entah kenapa saat melihat Bara terbaring di rumah sakit kemarin hatinya sakit, ia ingin sekali meminta maaf pada Bara saat Bara sadar nanti, kenyataanya tidak ada satu kata yang keluar dari mulut Kanya.

Keterdiaman Kanya membuta Bara mengira apakah Kanya tidak senang dirinya telah membaik? Bara tersenyum, setidaknya ia tak melihat kilatan marah di kedua mata Kanya. Perlahan-lahan Kanya mulai menerima.

“Untung Nenek masak banyak, Bara kenapa nggak bilang kalau bawa temen-temen Kanya”

Bara hanya menaikkan kedua bahunya. Mereka begitu menikmati makanan yang telah tersaji di meja makan.

“Kanya ke kamar dulu” Ujar Kanya tiba-tiba setelah makanan yang ada di piringnya habis.

“Teman mu pada datang kok kamu malah pergi” Kanya menghentikan langkahnya saat mendengar perkataan Bara.

“Kalian bisa nyusul ke kamar” jawab Kanya, tentunya itu mengarah pada Karin dan Maulin bukan Bara.

“Tadi pagi-pagi sekali ada yang datang kesini, dia bilang temennya Kanya. Tapi waktu udah ketemu sama Kanya, Kanya malah histeris dan ketakutan”

“Siapa Nek??” Tanya Bara.

“Nenek nggak tahu siapa sebenarnya anak itu, tapi Nenek tahu namanya dan namanya Arga”

Kedua tangan Bara mengepal dengan sendirinya, ia menggerakkan giginya, rahangnya keras, napasnya juga mulai tak beraturan.

“Apa yang Arga katakan Nek?” Bara bertanya dengan suara yang begitu mencekat dan mengancam.

“Nenek tidak tahu, waktu Nenek datang Kanya sudah berteriak histeris. Kau mengenalnya?” jelas sang Nenek.

“Dia adik korban yang Papa tabrak waktu itu” Bara lalu  pergi meninggalkan Neneknya, Reyhan, Kevin, Maulin dan juga Karin.

Sang Nenek pun menganga, ia terkejut, mulai memegangi dadanya yang kurang mendapat pasokan oksigen, terasa sulit untuk bernafas. Maulin mendekat untuk menenangkan sang Nenek. Dirasa sudah tenang, Kevin dkk, berniat pamit, mereka ingin mencari villa dekat sini. Tapi ditolak oleh Nenek.

“Kalian disini saja, ada satu kamar kosong disini dulunya kamar orang tua Kanya bisa buat Kevin sama Reyhan, dan yang cewek bisa nemenin Kanya karena Kasur Kanya tidak muat buat berdua. Jadi salah satu dari Kalian harus tidur sama Nenek”

“Aku aja yang tidur sama Nenek” Ujar Maulin.

....

Kaki Bara berjalan menuju Kamar Kanya. Didalam kamar Kanya mendengar suara ketukan pintu. Kanya yang awalnya sedang melamun langsung membaringkan diri dan berpura-pura tidur, ia sudah tahu siapa yang ingin memasuki kamarnya, tidak hanya ketukan saja Bara juga memnaggil nama Kanya, hal itu membuat Kanya tahu.

Bara tak mendapat respon, diputar knop pintu, ternyata tidak kunci, ia memasuki ruangan tersebut dan menemukan Kanya yang tengah tertidur. Bara mendekat membenarkan selimut adiknya hingga sebatas dada.

Cup

Dikecuplah kening Kanya.

“Sweet Dream”

Kanya membuka matanya setelah merasa Bara telah pergi, senyumnya melengkung kebawah, mulai menangis. Jujur ia begitu merindukan Bara, rasanya ia ingin memeluknya dan menangis sekencang-kencangnya.

ARGA [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang