30

1.4K 90 8
                                    

Jangan lupa vote and comment 🧐

Happy reading 🤗

Awas typo bertebaran!

Sudah beberapa hari tanpa Arga membuat Vino menjadi rindu, selera makanya pun menjadi berkurang, yang biasa berlima  bersama-sama menyantap makanan, kini hanya dirinya dengan Maya. Ayahnya yang belum pulang sedangkan Luna yang lebih menyendiri di dalam kamar.

Vino berjalan menuju kamarnya, langkahnya berhenti melihat pintu kamar Kakaknya terbuka, Bukan Luna melainkan kamar Kakaknya Arga. Vino mengernyitkan keningnya tampak berpikir. Apakah Kakaknya pulang? Jika ia, mengapa ia tidak menyadari seseorang yang datang kerumah ini.

Dengan rasa amat penasaran, ia membuka pintu tersebut agar semakin lebar. Vino tiba-tiba menjadi takut setelah mengetahuinya.

"kak Lu-Luna?”.

Vino justru melangkah mundur, apa yang dilakukan Kakak perempuan nya disini, bukanya ia tidak suka dengan Arga? Itu berarti dia juga tidak suka apa yang berhubungan dengan Arga, lalu mengapa ia disini.

“Vino…” lirih Luna, ia memerintahkan Vino untuk menutup pintu dan mendekatinya yang tengah duduk di kursi roda seraya menatap kearah kaca jendela. Vino mematung, suara rendah kakaknya semakin membuatnya ketakutan.

“Jangan takut”

Vino mengangguk ragu, lalu menutup pintu dan melangkah mendekati Luna.

"Apa yang Kakak lakuin disini?, ini bukan kamar Kakak. Kamar Kak Luna disebe__”.

“Itu si-siapa??”. Vino kembali bertanya saat Luna menunjukkan sebuah foto anak kecil perempuan, tentu saja Vino tidak mengetahuinya. Jelas sekali itu bukan Foto Luna waktu kecil, sangat berbeda Vino memastikan itu.

“Kau tidak kenal?” Vino menggeleng mantap.

“Kakak nemuin foto ini dil aci Kakakmu Arga”

“Vino nggak tahu, kenapa nggak nanya langsung aja sama Kak Arga” Ujar Vino.

Mendapat tatapan membunuh dari Kakaknya, Vino menunduk, mengepalkan kedua telapak tangannya, matanya berkaca-kaca, ia menggigit bibirnya kuat-kuat agar tak menimbulkan suara isakkan. Rasanya sungguh menyesal masuk kesini tadi.

“Vino sayang kan sama Kakak?” Tanya luna dibalas anggukan Vino.

“jangan nangis...” lanjutnya sambil mengusap lelahan air mata yang berada di pipi  Vino.

Luna merentangkan tanganya, menyuruh adiknya untuk memelukmu. Setelah mendekap Vino, ia menepuk pelan punggung Vino bermaksud agar tangisan Vino reda.

“Anak yang difoto ini yang buat Kakak nggak bisa jalan”

Vino melepaskan pelukan tersebut, tidak…tidak mungkin, ini tidak mungkin pikir Vino. Mana mungkin anak kecil seperti ini bisa membuat Kakakya tidak berjalan, apa yang dilakukan Anak ini pada kaki kakaknya. Ayolah Vino masih kecil, ia belum bisa memahami semua ini.

Dan Luna mengerti akan hal itu “Anak ini yang membuat Kakak Kecelakaan sampai tidak bisa berjalan”.

“Berarti sekarang dia sudah besar??” Luna Mangangguk.

“Kakak nggak ngerti kenapa Kakakmu menyimpan Foto ini, Jika Vino ketemu sama dia, Jangan pernah coba mendekatinya, jangan pernah memaafkanya, Karena Kakak sangat membencinya, Mengerti???”.

“Vino?!!dari tadi Bunda Cari__ Luna?! Kamu ngapain disini”.

Maya datang menghentikan obrolan seorang Kakak dan sang Adik, Vino berlari keluar Kamar tersebut.

ARGA [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang