37

1.2K 85 6
                                    

Jangan lupa vote & comment

Happy reading

Awas typo!!!






Bayu dengan Maulin sudah menjalani kesehariannya masing-masing, mengetahui kebenaran dari Bayu membuat Maulin tersadar bahwa Bayu memang bukan untuknya. Orang tua mereka tentunya masih bersahabat dengan baik, tidak ada yang salah disini, demi kebaikan anak-anak mereka lakukan.

Mereka tidak saling berjauhan atau bermusuhan, Bayu dan Maulin memutuskan untuk berteman, tidak ada salahnya kan? Papa dan Mama Bayu memerintahkan Bayu agar selalu menjaga Maulin layaknya seorang adik. Walaupun ini sulit untuk Maulin, tapi ia harus menerima semuanya, kali ini ia tidak akan memikirkan hal yang namanya cinta.

Agar cepat menyingkirkan perasaan ini Maulin memutuskan mengajak Karin berjalan-jalan ke sebuah Mall, liburan ini harus digunakan sebaik mungkin terutama merefresh otak yang selalu digunakan untuk memikirkan banyak mata pelajaran. Sebenarnya ia juga hendak mengajak Kanya, tapi anak itu sangat sulit sekali dihubungi.

“Lin akhir-akhir ini kok Kanya susah dihubungi ya.” Maulin mengangguk membenarkan, tidak biasanya Kanya seperti ini.

“Iya, gue juga ngerasa gitu.”

“Gimana kalau kita kerumahnya? Perasaan gue tiba-tiba nggak enak.”





-o0o-






Ruangan yang digunakan untuk seorang pasien dengan keadaan yang membutuhkan pengawasan ketat dan untuk memulihkan kondisi pasien, apa lagi kalau bukan Ruang ICU.

Disinilah ada sosok yang terbaring tak berdaya dengan alat bantu monitor, ventilator serta sebuah selang infus yang menjalar di pergelangan tangannya. Sebuah peluru yang telah berhasil menembus perutnya beberapa saat lalu membuatnya harus berbaring disini.

Sedangkan ada sosok lain yang duduk disampingnya sembari terisak menangisinya, berharap sosok yang tengah terbaring ini membuka matanya. Ia terus mengucapkan kata maaf pada sosok tersebut walaupun ia tau bahwa mungkin kata maafnya tak akan didengar olehnya.

Sosok yang terbaring lemas tersebut adalah Bara. Ya, Bara yang tertembak… Bukan Kanya. Memang peluru itu diarahkan tepat pada Kanya, tapi perkiraan melesat karena Bara begitu gesit untuk menyelamatkan sang adik, ia berlari dan berdiri didepan Kanya demi melindunginya, Tak apa jika Bara yang tertembak, tak apa jika ia harus merasakan sakit jika itu membuatnya dimaafkan oleh Kanya, hingga saat peluru itu menembus tepat perutnya Bara mengatakan…

‘Maafin Kakak Kanya, Kakak sayang banget sama kamu’

Tubuh Bara ambruk dengan sendirinya lalu perlahan matanya tertutup.

Sedangkan Kanya hanya mematung ditempat, ia masih belum menyadari apa yang telah ia saksikan didepannya. Sosok Kakak yang ia banggakan, yang ia sayangi, yang ia cintai, tergeletak mengenaskan didepannya.

Luna sang pelaku hanya menunjukkan ekspresi datar awalnya ia terkejut, tapi bukankah ini akan sangat menyenangkan?? Kanya kehilangan kedua orang tuanya dan ia juga akan kehilangan Kakaknya, melihatnya menangis dan menderita adalah hal yang menyenangkan dari pada melihat Kanya mati seketika tanpa merasakan sebuah penderitaan.

Arga sangat tidak menyangka pada Luna, setega itukah dirinya kepada Kanya? Ia tahu ini bukan salah Kanya, melainkan dirinya, andai saja ia lebih sabar menunggu Luna waktu itu, andai saja ia tidak menjatuhkan mainannya, semuanya mungkin tidak akan terjadi seperti ini. ini jelas-jelas bukan salah Kanya, ini nyata sebuah kecelakaan dan juga sebuah takdir dari tuhan. Kanya juga sudah kehilangan kedua orang tuanya, Arga tidak bisa untuk membenci Kanya. Maka dari itu ia berlari kearah Bara yang tergeletak mengenaskan, mengangkatnya dan membawanya ke rumah sakit.

Saat itu juga Reyhan dan Kevin datang membawa Polisi untuk menangkap Luna atas kasus penculikan Kanya waktu itu, saat Arga pergi waktu itu Reyhan han Kevin mengintrogasi habis-habisan terhadap Viona dan Viona menceritakan semuanya. Hal yang membuat Luna yakin bahwa Kanya adalah anak dari orang tuanya yang membuat ia lumpuh adalah pada saat Viona mengeluh kepada Luna lewat sambungan telepon bahwa ia cemburu dengan sosok perempuan yang sedang mendekati adiknya, Viona melakukanya agar ia mendapat simpati dari Luna, lalu Luna menceritakan asal-usul Kanya.

Dan pada saat Kanya meginap dirumahnya waktu itu, pada saat Kanya memasuki kamar Arga untuk meminjam Buku, Kanya meninggalkan ponselnya di ruang tamu, Luna berniat mengambil ponsel tersebut yang entah milik siapa saat melihat foto wallpaper yang ada diponel tersebut tiba-tiba Luna tercekat, tubuhnya bergetar. Kanya menjadikan foto semasa kecilnya menjadi wallpaper pada ponselnya. Saat Luna kecil terbangun dari rumah sakit, ia selalu melihat Kanya kecil yang bermain ditaman melewati jendela ruangannya dan detik itu juga Arga mengatakan bahwa Kanya adalah anak dari seseorang yang menabraknya, dari situlah Luna mengahafalkan bentuk wajah Kanya dan menyimpan dendam terhadapnya.

Reyhan dan Kevin terkejut dengan apa yang tengah terjadi disini dan kenapa mereka bisa disini? Itu semua juga karena Viona yang mengatakan bahwa Luna lagi-lagi ingin mencelakakan Kanya dan pasti Luna akan mendatangi Kanya.

Poliisi membawa Luna disusul Burhan dan Maya yang menemani. Reyhan dan Kevin membawa Bara ke rumah sakit dan Arga membawa tubuh lemah Kanya ke dalam mobil reyhan dan ia yang mengemudi menyusul Mobilnya yang dibawa Reyhan bersama Kevin da juga Reyhan.

Sesampainya disana, setelah Bara dipindahkan ke ruang ICU oleh dokter. Arga selalu berada di sisi Kanya, memeluknya erat guna memberikannya sedikit kekuatan.

Kanya merasa bersalah, ia tidak seharusnya berkata sedemikian kepada Bara. Bagaimana pun juga Bara tetap Kakaknya, yang selalu ada untuknya.

“Lo ngapain masih disini??” Lirih Kanya merasa ada pergerakan yang masuk mengisi ruangan tersebut yang diyakininya adalah Arga. Sejak ia tahu Arga adalah anak kecil yang waktu itu, anak yang menangisi Kakaknya bersimpah darah ditengah jalan, terdapat rasa benci dan kecewa timbul dalam dirinya.

“Karena lo… gue harus kehilangan orang tua gue, karena kakak lo… Kak Bara terluka.” Ujar Kanya tanpa menatap Arga yang menatapnya sendu.

Arga bisa meliihat semuanya, ia melihat rasa marah, benci, kecewa, sedih dalam sorot mata Kanya. Arga tidak bisa, ia tidak bisa melihat gadinya menangis.

“Jangan mendekat. Gue tahu, selama ini lo deketin gue Cuma mau bunuh gue, lo mau balas dendam.”

“Kanya”

“Iyakan??”

“Gue benci sama lo!”

Hati Arga terluka mendengarnya, sesakit ini rasanya mendengar kata ‘benci’ terucap dari mulut sang kekasih, bukankah Kanya masih menjadi kekasihnya? Belum ada kata putus diantara mereka.

“Maafin gue, gue mohon maafin gue”

“Tentu” jawab Kanya dan menatap mata Arga.

“Dengan lo pergi dari hidup gue, jangan pernah tunjukin muka lo dihadapan gue” ucap Kanya Final dan pergi meninggalkan ruangan tersebut. Kanya pergi mencari Taxi.

“Pak? Antar saya ke Bandung sekarang juga”

“Baik”

“Pak apa saya boleh pinjam hp Bapak?”

Sopir tersebut memberikanya.

“Halo Nek? Kanya pengen ketemu sama Nenek”

Kanya ingin mengetahui semuanya... termasuk dimana makam kedua orang tuanya.















Bersambung…


Hai semua!!!

Agak malam juga ya ini aku abdetnya, hehe. Tapi gimana?? Semoga suka ya
Jangan lupa Vote and comment

See you!!!

ARGA [END] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang