"Hyunsoo-ya..." panggil Hoseok pada bocah yang sedang duduk di sampingnya.
"Iya, Paman," jawab Hyunsoo sembari menolehkan kepalanya untuk menatap paman dokternya yang hampir lima hari ini selalu mengantar jemput menggantikan Sihyun.
"Boleh paman bertanya?"
Hyunsoo mengangguk.
"Menurut Hyunsoo, paman orang yang seperti apa? Ah, maksudnya, apa paman orang yang baik?" tanya Hoseok kikuk. Terdengar salah tingkah saat menanyakan hal seperti itu pada bocah di sebelahnya.
"Tentu saja, paman orang yang baik. Buktinya, paman mau menjemputku setiap hari saat eomma tidak ada. Paman juga sering menemani Hyunsoo." Jawaban itu sudah diprediksi oleh Hoseok. Tapi, tidak dapat dipungkiri, pria bermarga Jung tersebut tetap senang ketika Hyunsoo mengatakannya.
Bukan tanpa alasan Hoseok menanyakan hal seperti itu pada Hyunsoo. Dokter muda itu hanya ingin mencari tahu pendapat Hyunsoo, jika suatu saat ia akan menjadi ayah Hyunsoo. Iya, suatu saat nanti. Itu pun jika Sihyun menerima lamarannya. Jika tidak, maka pria itu harus melenyapkan pikirannya sejauh mungkin untuk menjadi ayah Hyunsoo.
"Memangnya, kenapa paman bertanya seperti itu? Apakah ada yang bilang bahwa paman itu jahat?"
Sontak saja Hoseok terkekeh karena ucapan polos Hyunsoo. Sebelah tangannya terulur, mengacak gemas rambut bocah itu. "Ahaha tentu saja tidak ada, Bocah. Paman hanya ingin tahu, apakah paman pantas, jika suatu saat nanti menjadi ayah Hyunsoo."
Mendengar ucapan Hoseok, lagi-lagi membuat Hyunsoo bertanya padanya. "Kenapa paman mau jadi ayah Hyunsoo? Aku kan sudah punya ayah, Paman."
Senyum menghilang dari wajah Hoseok. Ucapan Hyunsoo membuat bibirnya bungkam. Tentu saja, Hyunsoo pasti juga akan bereaksi seperti itu. Bocah sekecil Hyunsoo tidak tahu permasalahan apa yang dialami oleh kedua orang tuanya. Bocah itu tidak tahu-menahu tentang perpisahan Namjoon dan Sihyun.
"Ah, lupakan saja. Paman hanya bertanya."
Hyunsoo mengangguk patuh. Sebaiknya, ia merahasiakannya dulu, biarkan saja Sihyun yang akan menjelaskan padanya nanti. Mungkin, Hyunsoo akan mengerti, jika Sihyun yang memberi pengertian pada putranya.
...
Satu minggu berlalu semenjak Sihyun berada di kediaman Kim Jungwoo untuk merawat Nami. Wanita itu merasa sedang bernostalgia dengan kedua mantan mertuanya yang sampai saat ini pun masih menganggapnya sebagai menantu mereka.
Walaupun sudah lima tahun Namjoon dan Sihyun berpisah, entah mengapa, Jungwoo dan Yo Won masih belum benar-benar bisa menerima Jaein di tengah keluarga mereka. Terlebih Yo Won, yang kerap kali menganggap Jaein perusak hubungan Sihyun dengan putranya. Meskipun begitu, mereka berdua tidak bisa menunjukkannya pada Jaein.
Keadaan Nami saat ini pun sudah lebih baik, meskipun banyak bekas cacar yang muncul menghiasi kulitnya. Tidak parah, memang. Dokter Kim pun berkata, Nami merupakan salah satu pasiennya yang sembuh sangat cepat dari pasien cacar lainnya. Mungkin, hal itu karena Seokjin mengerahkan seluruh waktu dan tenaganya dengan sepenuh hati agar sang putri tidak merasakan rasa sakit yang berlarut-larut. Gadis kecil itu kini sudah bisa ikut duduk di ruang makan bersama ayah dan kakeknya. Setelah beberapa hari ini hanya bisa makan di atas ranjang.
Selama itu pula Sihyun dengan tulus merawat Nami. Mengompres lukanya, mengoleskan lotion setelah selesai mandi dan saat akan tidur, menyuapi Nami, membantunya mandi, dan melakukan semua yang dibutuhkan oleh Nami.
"Bibi, bagaimana jika bekasnya tidak mau hilang? Aku tidak akan cantik lagi," gerutu Nami yang tengah melihat pantulan wajahnya di cermin bergambar Doraemon miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Decision ✓
FanfictionSquel of Our Marriage - So please read Our Marriage first Semenjak memiliki Hyunsoo di hidupnya, Sihyun tak pernah sekalipun terpuruk. Bahkan setelah perceraiannya dengan Kim Namjoon 5 tahun yang lalu, sama sekali tak ada penyesalan di hatinya. Keha...