"Jadi, selama ini, Sihyun Eonni yang merawat Nami?" tanya Jaein pada suaminya. Namjoon pun mengangguk, mengiyakan pertanyaan sang istri.
Air muka Jaein menjadi tidak senang. Jelas ia tidak suka jika Namjoon kembali berhubungan dengan wanita yang seharusnya tetap berada di masa lalunya. Gadis itu takut jika Namjoon kembali menanam rasa pada Sihyun. Sepertinya, ia sedikit terlambat mengirim Seokjin untuk merawat putrinya.
"Kenapa kau biarkan Sihyun Eonni melakukannya? Bukankah aku sudah menghubungi Dokter Kim untuk mengobati Nami."
Namjoon memicingkan mata heran melihat reaksi sang istri yang nampak tidak menyukai Sihyun. Tidak butuh otak genius untuk membaca mimik mukanya. "Jaein-ah, coba pikirkan lagi, jika tidak ada Sihyun, Nami juga tidak akan sembuh dengan cepat seperti ini."
"Omong kosong!" Sangkal Jaein. "Masih ada Dokter Kim yang bisa merawatnya," komentarnya tidak terima dengan pendapat Namjoon.
"Tapi, yang dibutuhkan Nami lebih dari itu. Kasih sayang seorang ibu. Di mana dirimu saat Nami membutuhkan? Apa ada di sisinya? Entah kebetulan atau tidak, Sihyun bisa memberikan apa yang Nami butuhkan."
Boom!
Ucapan Namjoon membungkam Jaein. Gadis itu diam tak berkutik, tidak mampu menyangkal apa yang baru saja suaminya tuduhkan. Pada kenyataannya, gadis itu tidak berada di samping Nami saat putrinya sedang membutuhkan.
Memang dasar Jaein keras kepala, ia tetap berkilah, "Bukankah kau tahu sendiri, pekerjaanku benar-benar tidak bisa ditinggal, Oppa."
"Iya, aku tahu. Bukankah kau selalu seperti itu, Park Jaein?"
Jaein terbelalak. Ia tahu, ini bukan pertanda yang bagus saat Namjoon telah menyebutkan nama lengkapnya. Bisa disimpulkan jika suaminya saat ini sedang marah padanya. Sangat marah. Namun, ia tidak mau meladeni perkataan Namjoon dan memilih melenggang meninggalkan suaminya yang masih berdiri di tempatnya. Ia hanya ingin merebahkan tubuhnya di kasur setelah perjalanan jauh.
"Andai saja aku tidak membutuhkan hartamu, sudah sejak lama aku meninggalkanmu, Kim Namjoon," gumamnya.
...
"Eomma!" Hyunsoo antusias menyambut ibunya ketika hendak mencari neneknya dan malah menemukan sang ibu berkutat dengan peralatan memasak di dapur. Ia pun menuruni tangga dengan terburu-buru. Membuat jantung Sihyun merasa nyeri, takut jika putranya terjatuh nanti.
"Astaga! Pelan-pelan, Hyunsoo Sayang," tegur Sihyun yang sama sekali tidak dihiraukan oleh bocah lima tahun itu.
Hyunsoo mempercepat langkahya agar segera dapat memeluk ibunya. Begitu sampai, ia pun langsung menghamburkan tubuh mungilnya ke pelukan sang ibu. Agaknya, bocah itu benar-benar merindukan Sihyun setelah hampir seminggu berpisah.
"Hyunsoo rindu eomma," ujarnya seraya semakin mengeratkan tangan mungilnya untuk memeluk Sihyun.
Sihyun tersenyum mendengar pengakuan sang putra. Detik berikutnya, ia segera berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Hyunsoo. Diciumnya wajah beruang kecil yang juga sangat ia rindukan itu. "Eomma juga sangat rindu Hyunsoo. Ah, Hyunsoo tidak nakal selama tidak ada eomma, kan?"
Hyunsoo pun mengangguk. "Tentu saja tidak, tanya saja pada halmeoni dan Bibi Raemi."
"Aigoo... baiklah eomma percaya. Lagipula Hyunsoo tidak pernah berbohong," tukasnya seraya mencium kembali wajah Hyunsoo.
"Tidak nakal apanya?" potong Raemi yang tahu-tahu sudah berada di belakang mereka.
Hyunsoo memberikan tatapan tajam ke bibinya. Jelas saja, bocah itu tidak ingin rahasia besarnya terbongkar di hadapan sang ibu. Ia tidak ingin dimarahi oleh Sihyun. Raemi yang ditatap begitu oleh Hyunsoo tidak gentar sama sekali. Ia mengendikkan bahu sambil tersenyum jail. Dengan santai, ia meneguk jus jeruk yang diambil dari lemari pendingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Decision ✓
FanfictionSquel of Our Marriage - So please read Our Marriage first Semenjak memiliki Hyunsoo di hidupnya, Sihyun tak pernah sekalipun terpuruk. Bahkan setelah perceraiannya dengan Kim Namjoon 5 tahun yang lalu, sama sekali tak ada penyesalan di hatinya. Keha...