Chapter 14

1.1K 164 67
                                    

"Kau sudah bangun?" sapa Hoseok pada Sihyun saat wanita itu tersadar dari pingsannya.

Sihyun bangun dan menyandarkan tubuhnya yang masih terasa lemah. "Aku kenapa?"

"Kau tidak ingat? Kau kelelahan dan pingsan di depan ruangan Hyunsoo," jelas Hoseok seraya mencoba memeriksa kondisi Sihyun.

Wanita itu mengerutkan kening, mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya. Seingatnya, ia tadi melarikan diri, meninggalkan Hoseok dan Raemi, berniat menenangkan dirinya di atap rumah sakit. Namun, saat di depan ruangan Hyunsoo, ia malah menabrak salah seorang pengunjung, dan...

"Oh, astaga!" pekiknya tiba-tiba.

Hoseok sampai menoleh saking terkejutnya dengan reaksi Sihyun. "Wae? Ada apa, Sihyun-ah?"

Wanita itu teringat bahwa sosok yang tadi bertabrakan dengannya adalah Namjoon. Jelas sekali terekam wajah khawatir Namjoon sebelum akhirnya ia jatuh pingsan.

"Hei, kenapa kau diam saja?"

"Hoseok-ah, di mana Namjoon?" tanya Sihyun.

Mendengar pertanyaan Sihyun, entah mengapa membuat rasa pesimis dalam hatinya hadir kembali. Mimik wajah Sihyun beberapa waktu yang lalu memperlihatkan bahwa masih ada cinta di mata wanita itu. Tidak menutup kemungkinan, jika suatu saat nanti mereka berdua akan kembali bersama. Jika itu terjadi, maka, takkan ada celah lagi bagi Hoseok untuk mendapatkan tempat di hati Sihyun.

"Namjoon sedang menjalani pemeriksaan."

"Pemeriksaan untuk apa?"

Hoseok mendudukkan dirinya di kursi sebelah Sihyun. Dengan senyum simpul di bibirnya, ia menggenggam hangat sebelah tangan wanita itu. "Malaikat Hyunsoo sudah datang. Setelah ini ku harap kau tidak akan terpuruk lagi Sihyun-ah, karena Namjoon akan mendonorkan salah satu ginjalnya untuk Hyunsoo."

Wanita itu terdiam setelah mendengar penjelasan dari Hoseok. Air matanya kembali menetes membasahi pipi. Terdapat kelegaan, juga rasa haru, karena akhirnya Hyunsoo tidak akan merasakan sakit lagi. Namun, di sisi lain, ia merasa tidak enak hati pada Namjoon.

Sihyun terkesiap saat merasakan tangan hangat milik Jung Hoseok tiba-tiba mengusap pipinya, menghapus air mata yang berlinang di sana. Ditatapnya wajah pria yang pernah menyatakan perasaan kepadanya itu.

Seulas senyum terbentuk di bibir pria yang balas menatap bola mata berwarna hazel milik Sihyun. "Berjanjilah padaku, ini air mata terakhir yang menetes di pipimu, Choi Sihyun."

...

Seperti ucapan Hoseok, Sihyun tak ingin lagi menunjukkan kesedihannya. Menahan kesedihannya, lebih tepatnya. Sudah cukup air mata yang telah ia keluarkan selama ini. Tak ada alasan lagi untuknya menangis, Tuhan sudah mengirimkan malaikatnya untuk Hyunsoo. Seolah mimpinya menjadi nyata, saat mengetahui Namjoon akan menjadi pendonor bagi putranya. Malaikat Tuhan datang dalam bentuk Kim Namjoon.

Sihyun tersenyum penuh arti saat melihat Hyunsoo yang kini tengah melahap makanannya. Diusapnya dengan lembut puncak kepala bocah kecil duplikat Kim Namjoon tersebut. Setelah ini, putranya akan kembali hidup dengan normal lagi. Hyunsoo tidak akan merasakan sakit lagi. Putranya akan segera sembuh.

"Eomma, aaa..."

Sihyun berhenti melamun ketika mendengar rengekan putranya yang minta disuapi. "Ah, maafkan eomma, Sayang." Sihyun mengisi sendok di tangannya dengan makanan untuk diberikan pada Hyunsoo. "Putra eomma makannya lahap sekali, hm?"

"Twentu caja. Paman Hoseok bwilang, aku harus bwanyak makan bwiar cepat cembuh!" oceh Hyunsoo dengan mulut penuh nasi. Sihyun tergelak karena ulah menggemaskan putranya.

Decision ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang