"Anda benar-benar orang yang baik dokter Kim."
Mendengar pujian perawat Jeon membuat Seokjin hanya bisa tersenyum simpul. Jika saja wanita yang tengah mengekor di belakangnya itu tahu kelakuan Seokjin di masa lalu, mungkin ia akan langsung menarik ucapannya saat ini juga.
"Aku tidak sebaik itu suster Jeon," ucap Seokjin merendah.
"Tidak-tidak, anda dokter terbaik yang pernah saya temui. Jarang sekali ada dokter yang mau mendonorkan darahnya pada pasien."
Seokjin terkekeh geli karena pembelaan perawat tersebut. "Itu sudah menjadi tugasku sebagai dokter, suster Jeon. Ngomong-ngomong apa yang terjadi pada pasien tersebut sampai membutuhkan donor?"
"Entahlah dokter, menurut dokter Park karena benturan keras. Kasihan sekali padahal gadis itu masih kecil."
Seokjin lantas menoleh. Pada dasarnya pria itu memiliki sifat tidak tegaan pada anak-anak. "Semoga pasien itu baik-baik saja," ucap Seokjin seraya mempercepat langkahnya menuju ruangan yang di maksud. Tak ingin membuang-buang waktu untuk menyelamatkan pasiennya.
"Nami tergelincir dari lantai dua."
Seokjin seketika menghentikan langkah saat melihat Namjoon dan Jaein di depan ruangan yang ditujunya. Bukan karena mereka berdua, tapi karena apa yang baru saja Jaein ucapkan.
Pria itu yakin tidak salah dengar saat Jaein mengucapkan kalimat Nami tergelincir dari lantai dua. Jika ternyata benar, berarti pasien yang sedari tadi di maksud suster Jeon adalah Nami-nya, putri kandungnya.
Seketika saja tubuh Seokjin terasa lemas. Ia berharap jika telinganya salah menangkap ucapan Jaein yang tengah menangis di pelukan Namjoon.
"Maafkan kami karena harus memberitahukan kabar ini. Ia kehilangan terlalu banyak darah yang membuat kondisinya semakin kritis. Karena stok darah yang langka, mungkin salah satu di antara kalian ada yang memiliki golongan darah sama? Karena kita harus segera menemukan pendonor untuknya."
Deg!
Dugaannya tidak salah. Yang ada di dalam ruangan tersebut benar-benar putrinya, dan dalam keadaan sangat kritis. Ia tidak bisa diam saja. Seokjin harus bertindak demi menyelamatkan putrinya.
Ia pun kembali melangkahkan kakinya mendekati dua manusia yang tengah berbicara dengan dokter.
"Milikku A, dan istriku B dok."
"Tidak ada yang memiliki darah O negatif di antara kalian?"
Tentu saja tidak akan ada karena Nami mewarisi darah ayahnya, Kim Seokjin.
"Mwo? O negatif?"
Langkah Seokjin kembali terhenti tepat di belakang mereka berdua. Ia bisa melihat perubahan raut wajah Jaein. Agaknya wanita itu takut jika kebohongannya terbongkar. Namun menurut Seokjin itu memang konsekuensi yang harus Jaein dapatkan karena nekat membohongi Namjoon.
"Aku yang akan menjadi pendonor untuk Nami." Pada akhirnya Seokjin memberanikan diri membuka suara.
Namjoon dan Jaein pun menoleh. Wajah Jaein semakin terkejut saat mendapati Seokjin telah berada di sana. Sedangkan Namjoon masih terdiam. Agaknya pria itu masih mencoba mencerna semua yang tengah terjadi.
"Kebetulan golongan darahku juga O negatif," sambungnya.
Tidak. Seokjin tidak akan tega membongkar kebohongan Jaein di sini. Toh tanpa ia bongkar pun Namjoon juga pasti akan mengetahuinya. Dan lagi, ia tidak ingin menghancurkan perasaan Namjoon, karena pria itu telah sangat menyayangi putrinya. Biarkan saja semua berjalan mengikuti alurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Decision ✓
FanfictionSquel of Our Marriage - So please read Our Marriage first Semenjak memiliki Hyunsoo di hidupnya, Sihyun tak pernah sekalipun terpuruk. Bahkan setelah perceraiannya dengan Kim Namjoon 5 tahun yang lalu, sama sekali tak ada penyesalan di hatinya. Keha...