Chapter 18

1.1K 174 55
                                    

Sihyun menatap kosong gelas kopi yang sudah tak lagi mengepulkan asapnya. Wanita itu tengah bertarung sendiri dengan pikirannya. Agaknya permintaan yang sering Hyunsoo ucapkan memberi pengaruh besar untuknya.

'Hyunsoo ingin seterusnya seperti ini.'

Wanita itu menghela napas begitu ucapan Hyunsoo kembali menghampiri pikirannya. Kini ia tengah sibuk memikirkan bagaimana caranya mengabulkan permintaan putranya. Haruskah ia mengesampingkan luka lamanya dan memilih kembali dengan Namjoon?

"Sihyun-ah."

Sihyun pun menoleh saat suara Namjoon berhasil menginterupsinya. "Ah, apa Nami sudah pulang?"

Namjoon mengangguk, lantas segera mendudukkan dirinya di samping Sihyun. "Sudah, aku menyuruh paman Lee untuk menjemputnya."

Mendengar jawaban Namjoon, membuat Sihyun hanya bisa mengangguk tanpa memberi komentar apapun. Sejujurnya ia sendiri tak tahu apa yang harus ia katakan pada Namjoon.

"Apa Hyunsoo sudah tidur?" tanya Namjoon memecah keheningan di antara mereka.

Sihyun kembali mengangguk. Wanita itu memang sengaja menunggu Namjoon di depan ruangan Hyunsoo. Niat awal ingin membicarakan tentang permintaan putranya. Namun ia terlalu gengsi untuk mengatakannya.

"Syukurlah. Semoga kita segera menemukan ginjal yang tepat untuk Hyunsoo," ucap Namjoon.

"Eum, ada yang ingin ku bicarakan." Sihyun menggigit bibirnya gugup.

Namjoon menoleh menatap Sihyun. "Apa itu?"

"Apa sebaiknya kita kembali bersama demi kebaikan Hyunsoo?" ujar Sihyun dengan wajah tertunduk tanpa berani menatap wajah sang lawan bicara.

Sedangkan Namjoon sontak terdiam karena pertanyaan Sihyun. Sama sekali tak menduga jika ia akan melayangkan pertanyaan seperti itu. Haruskah Namjoon merasa senang sekarang?

"Jika itu yang kau inginkan‒"

"Kim Namjoon!"

Sihyun dan Namjoon pun menoleh secara bersamaan saat mendengar panggilan Hoseok. Mereka bisa melihat pria itu tengah berlari ke arahnya.

"Sebaiknya kau ikut aku sekarang juga. Aku melihat istrimu‒"

...

"Selamat malam dokter Kim, maaf mengganggu waktu istirahat anda," ucap salah seorang perawat yang kini sudah berada di dalam ruangan Seokjin.

Seokjin yang baru saja melepas baju oka miliknya pun segera menoleh menghadap perawat tersebut. Pria itu memang baru saja menyelesaikan salah satu operasi pasiennya.

Pria itu pun tersenyum ramah. "Memangnya sejak kapan dokter bisa benar-benar bersantai suster Jeon? Ada perlu apa?"

"Apa kebetulan dokter memiliki golongan darah O negatif?"

Seokjin berpikir sejenak. Detik berikutnya ia segera bisa memahami kemana arah pembicaraan perawat bermarga Jeon tersebut. "Iya. Apa ada pasien yang memerlukan darah O negatif?"

"Ah syukurlah. Apa dokter tidak keberatan untuk menjadi pendonor?"

"Tentu saja tidak."

...

Jaein berlari mengikuti para petugas medis yang tengah mendorong brankar Nami. Wanita itu begitu ketakutan melihat putrinya sendiri terbaring dengan bersimbah darah di kepalanya. Bahkan air mata pun tak henti mengalir di pipinya. Ya, ia menyesal.

"Aku tadi menjenguk Hyunsoo eomma. Aku juga bermain bersama appa, Hyunsoo, dan bibi Sihyun. Dan besok appa akan mengajakku menemui‒"

"KIM NAMI DIAM!"

Decision ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang