Chapter 10

1.2K 180 43
                                    

Namjoon menatap lekat pada amplop di tangannya yang bertuliskan Divorce Agreement di depannya. Iya, surat cerainya dengan Jaein benar-benar sudah rampung. Hanya tinggal menyerahkannya pada wanita itu untuk di tanda tangani, dan mereka pun akan resmi bercerai.

Pria itu tidak menyangka jika ia akan kembali memegang sebuah surat perceraian. Bukan sebagai pihak penerima seperti saat bercerai dengan Sihyun, kali ini ia berperan sebagai pihak yang akan menggugat Park Jaein.

Ia menghela napas berat, merenungi kisah hidupnya yang benar-benar kacau dan keluar jalur. Padahal dulu sekali ia bermimpi akan menjalani hidupnya sampai tua bersama Sihyun dan anak-anak mereka kelak. Namun agaknya ia harus menelan pil pahit akibat perbuatannya sendiri. Impian indahnya pun tidak berjalan seperti semestinya yang ia inginkan.

Dan yang harus pria itu tahu, karma itu akan selalu ada.

"Appa!"

Namjoon pun seketika menoleh saat mendengar lengkingan suara putrinya, yang ternyata kini sudah berada di belakangnya dengan berkacak pinggang seolah sedang marah padanya.

"Hai princess, ada apa?" tanya Namjoon setelah meletakkan kembali amplopnya di atas meja kerja. Lantas segera membawa sang putri ke dalam gendongannya.

Tak kunjung menjawab, Nami kini sudah mengerucutkan bibirnya, tanda jika ia sedang sebal pada Namjoon. "Nami marah pada appa?"

"Iya. Aku memanggil appa dari tadi, tapi appa tidak dengar."

Namjoon pun terkekeh mendengar aduan putrinya. Pria itu pun segera menciumi pipi gembil Nami sebagai permintaan maafnya. "Aigoo, maafkan appa. Appa benar-benar tidak tahu kalau Nami memanggil. Memangnya ada apa mencari appa?"

Nami pun lantas mengalungkan lengannya ke leher sang ayah. Sesuatu yang Namjoon ketahui saat putrinya sedang menginginkan sesuatu darinya.

"Apa Nami menginginkan sesuatu?"

"Kapan eomma pulang appa? Aku rindu eomma. Aku ingin jalan-jalan dengan eomma dan appa." Namjoon trenyuh seketika saat menatap wajah murung Nami yang tengah merindukan ibunya.

Sebenarnya Jaein tidak kemana-mana, wanita itu ada di rumah. Hanya saja sudah hampir dua minggu ini Namjoon membawa Nami ke rumah besar Kim, dan beralasan pada putrinya jika Jaein sedang pergi ke luar negeri.

Pria itu enggan bertatap muka dengan istrinya, maka dari itu ia memboyong Nami ke rumah orang tuanya. Namun jika melihat wajah murung Nami, ia menjadi tidak tega. Hanya berpisah dua minggu saja putrinya sudah tidak bersemangat seperti ini, apalagi jika nanti mereka benar-benar berpisah. Namjoon tidak bisa membayangkannya.

"Nami sangat rindu eomma?" Nami mengangguk lemah. Membuat Namjoon semakin bimbang dengan keputusannya menggugat cerai Jaein. "Baiklah, kalau begitu kita pulang. Siapa tahu eomma sudah ada di rumah."

"Benarkah appa?" seru Nami antusias.

Namjoon pun tersenyum melihat ekspresi putrinya. Melihat senyum di bibir Nami merupakan kebahagiaan tersendiri untuknya. Apapun akan pria itu lakukan demi Nami. Termasuk jika harus membatalkan perceraiannya.

Kebahagiaan Nami lebih penting. Toh ia bisa membicarakan masalah ini lagi dengan Jaein secara baik-baik. Demi putri mereka.

...

Jaein membanting tubuhnya ke atas ranjang setelah melempar tas miliknya secara sembarangan. Wanita itu sedang geram pada agency-nya yang mendadak ingin menghentikan kontrak Jaein dengan alasan scandal yang sedang menimpanya akhir-akhir ini.

Decision ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang