KLAUT 2
{[Agatha]}AGATHA TERPAKU DI tempatnya. Dia mendorong dirinya untuk berbalik dan menyisir setiap sudut untuk melihat siapa yang melepaskan peluru. Segerombolan orang yang terlihat samar-samar mendekat. Sebagian besar dari mereka adalah Rakyat Samar yang mengenakan jas ketat warna hitam, abu-abu, dan emas dengan pengaman kepala aluminium yang memperlihatkan wajah mereka. Beberapa dari mereka mengenakan pakaian mewah yang terkoyak-koyak di akibat kerusuhan di Kota Pusat.
Semakin banyak peluru terlontar dari seberang rawa, semakin banyak leostall yang jatuh. Di bukaan hutan, Emerald dan Nando berhenti dan memajukan diri untuk bertarung. Nando mengambil senjata nuklir dan mulai menembak Rakyat Samar dan warga kota yang jahat. Gelang logam Emerald menerapkan teknologi nano yang memanjang menjadi gelang di lengannya. Dia menggerakkan lengannya dan melemparkan semacam pedang tipis yang berbahan dasar badai dan itu menyetrum para Rakyat Samar.
Nando mengerahkan lesotall-nya menuju Agatha dan Estelle. Sesekali dia mengatasi rintangan. “Dik, keluar dari kekacauan ini!” Nando teriak memperingatkan.
Sensasi aneh lain merayap melalui tulang punggung Agatha. Seorang Penjaga Damai melemparkan granat asam ke Emerald. Emerald menghindar dan mempercepat kecepatannya untuk mendekati Nando. Granat asam korosif merusak pohon dan tanah di dekat mereka.
Nando membawa Estelle bersamanya dan Emerald membawa Agatha bersamanya. Mereka bergegas memasuki hutan.
“Mengapa mereka begitu marah?” Tanya Agatha.
Emerald melirik Agatha sedetik pun. “Kami melakukan hal yang benar,” jawabnya.
Peluru menghujani mereka. Nando dan Emerald mengendalikan leostall dan menghindari setiap kali peluru akan mengenai mereka. Rakyat Samar mulai marah karena tidak berhasil menyusahkan mereka, kemudian mulai menghujani mereka dengan granat asam.
Asam merusak pohon. Nando mengutuk dalam bahasa asing, meskipun Agatha bisa mengenali itu merupakan semacam bahasa kuno. “Mereka merusak hutan,” katanya, menatap ke mana-mana. “Kita harus keluar dari pohon-pohon ini.”
“Tidak!” Emerald berkerut. “Mereka menggertak. Apakah kau tidak mengerti? Mereka semua adalah Rakyat Samar. Mereka tidak akan merusak pohon habis-habisan.”
“Semoga kau tidak salah, kak,” kata Nando.
“Kau tidak akan lolos, Pemberontak tercela!” teriak salah seorang Rakyat Samar.
“Yang barusan itu kasar,” Emerald menyeringai dan terkekeh.
Splas! Sedetik kemudian Emerald dan Agatha jatuh dari leostall yang mereka tunggangi.
Kali ketiga sensasi aneh yang merayap di sekujur tubuhnya bertepatan dengan aroma kuat yang ia takuti. Leostall yang Agatha tunggangi runtuh di sisinya, meraung pahit. Agatha bisa merasakan penderitaannya setiap detik yang berlalu dengan napasnya, setiap detik berlalu dengan aliran cairan noda merah mengucur dari tubuhnya. Agatha terkulai lemas di samping leostall sementara para Rakyat Samar selangkah di belakang mereka.
Leostall itu diam. Dia telah melepaskan napas terakhirnya.
Nando dan Estelle berbalik dan berjalan ke arah mereka. Keduanya turun dari leostall yang mereka tunggangi dan duduk di samping Agatha. Estelle memeluk Agatha dan menangis dalam diam.
Rasa bersalah menyebar ke seluruh tubuh Agatha. “Tidak… Tidak… Tidak, tidak, tidak…” dia membelai leostall itu. “Apa yang sudah kulakukan?”
Emerald menyentuh wajah Agatha dan menghadapinya sendiri. “Kau sudah menyelamatkan kami,” kata Emerald kepada Agatha. “Sekarang kita akan melarikan diri atau dia akan mati sia-sia.”
Agatha mulai menangis. Dia mengangguk, tetapi dia tidak bisa memaafkan para Rakyat Samar dan warga-warga kota untuk leostall yang telah gugur. Rakyat Samar semakin dekat. Amarah Agatha berakar ke tanah.
“Dik, kita harus pergi,” desak Emerald.
Rumput tumbuh liar dan pohon-pohon tumbuh dua puluh kali lipat lebih cepat dari seharusnya. Bunga-bunga liar bermekaran di seluruh hamparan tanah dalam jarak beberapa kilometer sejauh yang bisa mereka lihat. Cabang-cabang dan ranting-ranting tumbuh dengan cepat dari hutan. Bunga mekar dengan cepat di pohon-pohon. Tanaman tumbuh dengan cara kuno yang belum pernah Agatha lihat sebelumnya. Seolah pertumbuhan itu semacam… sihir aneh.
Rakyat Samar berada di depan mata mereka. Tetapi secara tiba-tiba, akar-akar tumbuh keluar dari tanah. Akar-akar itu mengikat para Rakyat Samar dan warga kota dan mengangkutnya melintasi rerumputan liar yang terkadang ditumbuhi duri. Cabang-cabang tumbuh dan menyatu serta berpilin, membentuk rangkaian dinding ranting yang menghalau para Rakyat Samar. Dalam sedetik, Rakyat Samar yang cukup bodoh untuk melawan alam tumbang seketika.
Keempatnya saling melirik, kehabisan kata-kata. “Apakah itu… kau?” Emerald menatap Nando dengan bingung.
Nando mengerutkan kening. “Aku bukan Prodigi dan kita berdua tahu itu,” katanya. “Apakah kita diikuti oleh Prodigi yang jahat?”
“Aku bisa merasakan Klaut seorang Prodigi, ingat? Bahkan Halvyore atau Garmund,” Emerald mengingatkan-nya. “Dan tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh barusan menyulitkan para warga, tidak menyerang kita.”
Garmund? Bukankah ia adalah Prodigi terhebat zaman kini?
Nando mengangkat bahu dan menoleh untuk melihat Agatha dan Estelle. “Ayo, kita harus segera pergi,” dia bangkit dan Emerald dan Estelle mengikutinya.
Agatha tidak.
“Kita harus bergerak,” Emerald meraih tangan Agatha dengan lembut. Tapi dia berdiri diam.
“Aku tidak akan pergi,” dia menghadap ke bumi yang ia pijak. “Binatang-binatang ini banyakyang mati karena aku. Aku tidak bisa lari begitu saja. Aku perlu membantu kota ini menuju kebenaran.”
Nando kehabisan kata-kata. Emerald menatapnya dengan khawatir, “tapi mereka akan memburumu, dik,” katanya.
“Mereka membutuhkanku untuk mengurus leostall ini,” Agatha menjelaskan. “Karena tidak ada orang lain yang mau. Selain itu, mereka membutuhkan seseorang untuk mengurus kekacauan ini,” katanya, memberi isyarat kepada leostall yang sedang wara-wiri kesana kemari.
“Apa kau yakin?” Tanya Emerald. “Kau telah membantu kami, dan kami ingin membantumu sebagai balasannya.”
Agatha tersenyum. “Kau sudah membantuku,” dia mengangkat pergelangan tangan kirinya dan menunjukkan gelang lambang Pemberontak yang menunjukkan harapan. “Ini adalah sesuatu yang tidak akan kudapatkan dari orang biasa.”
Agatha menoleh ke Estelle. “Kau bisa pergi, Es,” katanya. “Kejar mimpimu, dapatkan hidup bahagia.”
Estelle mengerutkan kening. “Aku bersamamu.”
Emerald menatap Agatha dan Estelle bolak-balik. “Jaga satu sama lain, oke?” ia meletakkan tangannya di bahu Agatha. “Aturan nomor dua: Pemberontak selalu saling mejaga satu sama lain.”
Agatha dan Estelle mengangguk.
Nando dan Emerald tersenyum samar. Mereka mundur dan berbalik arah, dan mereka berlari. Berlari secepat mungkin. Sebagian besar Penjaga Damai terhalang oleh dinding ranting.
Agatha memegang tangan Estelle. Ia menatap salam hangat yang baru ia dapatkan setengah jam lalu. Dan sekarang berubah menjadi selamat tinggal. Meskipun hati terdalam Agatha berharap untuk pertemuan berikutnya.[]

KAMU SEDANG MEMBACA
PRODIGI dan Belati Kuno
Fantasy[1] : Belati Kuno Negeri Zourtanzi adalah negeri dimana Prodigi--orang-orang pemilik kekuatan--hidup. Adalah Agatha, seorang anak yang tidak mengetahui potensinya. Ketika ia menjadi murid di sekolah Akademi Irvifetha, ia dihadapkan pengalaman-pengal...