klaut 8

16 5 0
                                    

Selamat menikmati kisah Agatha, Finnick, serta Al dan Ann.

_____

KLAUT 8
{[Finnick]}

OKE, SEKARANG FINNICK mengerti masalahnya. Apalagi jika bukan dua orang nyentrik duduk di pojok ruangannya. Kentara sekali mereka sedang menunggu kedatangan Finnick secepatnya.

“Akhirnya kau datang,” kata si pria tua itu. Mendadadak Finnick merasa seperti tamu di rumahnya sendiri. Ia sudah merasa keliyengan dengan keanehan ini. Ia pula bingung harus menanggapi kejadian ini dengan sikap yang bagaimana.

“Maaf kalau aku lancang masuk ke kamarmu,” ucap si pria tua. “Kau bisa memanggilku Pak Garmund… Dan ini adalah Hestia,” katanya memperkenalkan diri. Tapi kalau saja Finnick sedang tidak dalam keadaan bingung, ia pasti akan langsung bicara jujur bahwa ia tidak peduli siapa pria tua itu dan wanita muda di sebelahnya.

“Ada apa ini?” tanya Finnick akhirnya.

“Kau bisa duduk dahulu,” kata Pak Garmund. Ia menoleh ke arah Hestia dan mengisyaratkan kepadanya sesuatu. Hestia menangkap isyarat tersebut dan ia mengeluarkan balok logam dan meletakkannya di dapan sofa. Ia mengetik kode-kode yang sepertinya Finnick tahu untuk mengaktifkann sesuatu. Sebuah kursi lipat pun terbentuk dari teknologi nano yang bersumber dari balok logam tersebut.

Mau tak mau Finnick duduk secara ogah-ogahan. “Ada keperluan apa?”
Pak Garmund melirik kedua orang tua Finnick dengan tatapan tidak nyaman. “Aku minta maaf atas kelancanganku, tapi bisakah kalian tingggalkan kami bertiga untuk membahas perkara ini?”

Ayah Finnick berniat untuk meninggalkan mereka bertiga saja namun ibunya menahan tangannya. Wajahnya mengeras dalam ketidak-setujuan. “Apa pun yang akan kalian bicarakan, kami harus tahu,” katanya, berusaha untuk mengintimidasi Pak Garmund.

Pak Garmund tidak merasa terintimidasi. Malahan ia merasa kasihan dengan tatapan wajah ibunya. Jujur saja Finnick tiba-tiba ingin memeluk ibunya karena ia tak pernah seperti itu. Ibunya berwatak keras dan tak pernah menunjukkan emosinya. “Baiklah… Tapi aku berharap Anda tidak melakukan apa pun selain mendegarkan pembicaraan kami. Biarkan Finnick yang berbicara dan memutuskan.” Ibunya mengangguk setuju, sedangkan ayahnnya hanya diam.

“Kami di sini dari Akademi Irvifetha, sekolah untuk para Prodigi," kata Pak Garmund. Hestia mengeluarkan kepingan logam yang dia ketuk dua kali. Dari sana muncul hologram 3D yang memancarkan bangunan futuristik dengan teknologi tinggi. Sekolah itu terletak di tebing tepi danau yang amat luas.

“Prodigi?” Finnick menatap Pak Garmund dengan marah dan bingung. “Aku bukan Prodigi!” ia membentak. Finnick bisa merasakan aura dingin ayahnya yang terpancar, seolah-olah Finnick sungguh memalukan. Dia memang sudah memalukan karena memiliki kekuatan terlarang seperti itu. Finnick tidak pernah yakin apakah orang tuanya adalah Rakyat Samar atau tidak, tapi dia yakin mereka adalah Pembenci. Kebanyakan orang di kota itu juga demikian.

“Aku tahu ini terlalu sulit untuk diterima, tetapi memang begitu,” sahut Pak Garmund. “Aku tidak mendatangi rumah sembarang remaja.”

“Tapi bukankah setiap murid harus mengirim data-data untuk pendaftaran? Aku tidak melakukan itu,” bantahnya. “Dan aku bahkan bukan neofit.”

“Kau mungkin tidak menyadari kekuatanmu sendiri yang berada di dalam tubuhmu,” jawab Pak Garmund dengan tenang.

“Apa buktimu?” Finnick tidak tahan. Ia menantang orang tua itu.

Pak Garmund menghela napas, seolah-olah dia bosan menerima komentar itu. “Kaulah yang meminta cara yang sulit,” katanya dengan enggan. “Pertama-tama, aku benar-benar minta maaf karena melakukan ini.”

PRODIGI dan Belati KunoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang