Selamat menikmati kisah Agatha, Finnick, serta Al dan Ann.
_____
KLAUT 16
{[Agatha]}PAGI INI ADALAH sarapan terbaik Agatha setelah tujuh tahun lamanya. Ia disajikan piring berisi telur ceplok serta kentang, dan ada roti dengan selai. Ia duduk di meja persegi panjang Bersama Al dan Ann. Kali ini ada dua teman sekamar Al yang bergabung; Hamish dan Damian.
“Kita sekelas?” tanya Agatha kepada empat orang yang duduk bersamanya. Keempatnya mengangguk.
“Bisakah kita melewati sejarah?” tanya Damian malas ketika ia sudah menghabisi santapan di piringnya.
“Dimana Fiam?” tanya Agatha.
“Fiam sudah tahun kedua, jadi jadwal masuknya lebih cepat tiga puluh menit dari kita,” jawab Al.“Sistem seleksinya itu seperti apa?” tanya Agatha.
Al dan Ann mengangkat bahu tidak tahu, namun mata biru-hijau samudera mereka berdua mengatakan hal yang sebaliknya. “Tidak ada yang tahu…” kata Al, menggantung kalimatnya. “Kecuali anak-anak spesial.” Mereka mengatakan spesial seakan-akan makna kata itu adalah gila, gesrek, dan nekat. Yah, spesial kegilaan mungkin maksudnya.“Ayo masuk kelas,” kata Agatha yang langsung bangkit dari kursinya.
Teman-temannya menatap bingung. “Kau sesemangat itu belajar Sejarah, Agatha?”Agatha tersenyum miring. Ia ingin bilang bahwa ia adalah anak kurang berkecukupan yang tidak punya alat untuk mengorek informasi menganai negerinya sendiri. “Aku selalu penasaran sejarah-sejarah Zourtanzi,” akhirnya hanya itu yang ia katakan.
Agatha tidak menunggu teman-temannya untuk rapi-rapi, karena kalau ia menunggu pasti akan lebih lama. Ia berjalan seraya teman-temannya terburu-buru merapikan tasnya. Kalau si kembar Selcouth sih, tidak perlu rapi-rapi. Yang ada di tasnya hanya… yah, tidak ada apa-apa.
“Ayolah, kalian jalan lama sekali,” kata Agatha sambil tertawa. Ia menoleh ke belakang untuk melihat Hamish dan Damian mengejar Agatha dan Al dan Ann. “Ayo Hamish, Damian—” seseorang menubruknya. Tidak perlu berpikir keras siapa pelakunya, kan?
Agatha yang terhuyung menguatkan diri untuk membentak. “Pasti itu kau, Finnick Angl—"
Ternyata bukan Finnick.
“Finnick banyak bercerita tentangmu,” kata Malum. Dia tinggi, berotot untuk ukuran anak empat bela tahun, dan kulitnya putih sedikit cokelat. “Salah satunya tentang kau yang tidak tahu posisi. Kalau Finnick saja tidak cukup untuk mengajarimu, sepertinya aku akan membantunya. Cewek lusuh sepertimu hanya mengotori sekolah ini. Untung saja kau tidak cacat apa-apa sampai memalukan nama Prodigi.”Finnick mengawasinya sambil menyilangkan tangannya tersenyum miring. Finnick berlagak seperti bos saja, seakan-akan ia menyuruh Malum agar mengejek Agatha tadi. Tapi entah mengapa Agatha berpikir bahwa Malum akan lebih kejam.
Tawa si kembar membuncah. Anehnya, tawa itu seakan membuktikan bahwa Malum payah. “Hey, Malum. Agatha itu cacat, tahu,” kata Al yang mengundang pelototan Agatha. “Coba bedah dada kita semua, kita cuma punya satu jantung. Agatha itu cacat, dia punya dua jantung.”
Al dan Ann menunjukkan seringaian khas mereka. “Setidaknya hati nurani Agatha lebih banyak karena jantungnya saja ada dua.”
Malum mengernyit. “Kalian bergurau? Karena yang barusan sama sekali tidak lucu.”
Al dan Ann malah tertawa terbahak-bahak, entah apa yang lucu. Tapi tawa itu mujarab membuat Malum bingung. “Ayo, Agatha, kita belajar sejarah,” kata si kembar yang kemudian merangkul Agatha di sisi kiri dan kanan. Mereka berjalan menuju tangga.“Kalian tadi berbuat apa?” desak Agatha tidak terima. “Dia pasti akan menandai kalian nanti.”
Tatapan Al dan Ann bertubrukan, memancarkan kilau sombong. “Kami pernah melawan binatang-binatang yang lebih berbahaya dari mereka. Jadi tidak perlu takut.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PRODIGI dan Belati Kuno
Fantasía[1] : Belati Kuno Negeri Zourtanzi adalah negeri dimana Prodigi--orang-orang pemilik kekuatan--hidup. Adalah Agatha, seorang anak yang tidak mengetahui potensinya. Ketika ia menjadi murid di sekolah Akademi Irvifetha, ia dihadapkan pengalaman-pengal...