klaut 18

4 3 0
                                    

Selamat menikmati kisah Agatha, Finnick, serta Al dan Ann.

_____

KLAUT 18
{[Kembar Selcouth]}

AL DAN ANN terbangun tanpa ingatan apa-apa. Mereka melihat sekeliling mereka dan banyak sekali siswa-siswi yang sudah terjaga. Kemudian keduanya melihat di layar proyektor hologram di depan, yang telah diketikkan oleh Profesor Raymond: Jika sadar jangan coba lagi.

Ketika Al dan Ann melihat sekitar, semuanya sudah terbangun. Yang tersisa hanya Agatha.

Kita kedua dari terakhir? Tanya Al.

Ann menoleh ke arahnya dan mengangguk mantap.

“Tadi kita melakukan apa, ya?” tanya Ann kebingungan, tak bisa mengingat kejadian di alam bawah sadarnya. Hanya ada potongan-potongan kejadian.

Al menggeleng. “Hanya kilas-kilas… kita seperti jatuh dari tebing lalu tertangkap semacam api perak kehijauan lalu kita bangun.”

Keduanya saling bertatapan. “Ada yang aneh,” kata Al. “Ada sesuatu yang hilang,” Ann menambahkan.

Mereka menunggu sedikit lama sampai Agatha bangun—tujuh menit?
“Hey, Agatha… Kau ngapain saja disana?” tanya Al penasaran, karena Agatha yang terakhir bangun dari alam bawah sadarnya.

Agatha menggeleng, sepertinya karena terkejut dengan apa yang sudah ia laksanakan barusan. “Hanya ada kilas-kilas… tapi jelas aku pergi ke berbagai tempat.”

“Kemana saja?”

Perilaku Agatha yang mendesah kentara sekali menunjukkan bahwa dirinya gelisah. “Ke Kota Pusat… ada Finnick juga, tapi dia seperti semacam halusinasi, bukan Finnick yang asli datang ke alam bawah sadarku. Lalu seperti ada jembatan ruang dan waktu yang setiap melihat sisinya seperti… Aduh, susah dijelaskan.”

Al dan Ann malah semakin bersemangat mendengar cerita Agatha. “Ya sudah, jelaskan sebisamu.”

“Jadi jembatan itu seperti terowongan ruang dan waktu… Alam, langit, samudera, kerusakan… berputar jadi satu. Kemudian tiba-tiba aku ingat ada di ruangan gelap. Lalu ada ruangan kristal, seperti terbuat dari cermin abstrak yang memantulkan diriku. Aku hanya ingat kilas-kilas itu,” jelas Agatha. Ia menopang dagunya karena bingung memikirkan hal-hal yang ia lalui di pikirannya.

Memang rasanya aneh sekali. Seperti telah melakukan berbagai aitivitas kemudian pingsan lalu JEBRET! ingatanmu dihapus sebagian besar.

“Agatha, ya?” tanya Profesor Raymond ketika melihat Agatha yang terakhir kali sadar dari alam bawah sadarnya.

Agatha hanya mengangguk ragu.

Professor Raymond kemudian menyeringai senang melihat ekspresi-ekspresi muridnya yang bervariasi sehabis melewati pengalaman aneh.

“Bagaimana perasaan kalian?” tanya Profesor Raymond.

“Aneh, Prof,” celetuk Hamish.
“Kami tidak ingat tapa-apa,” kata seorang berambut hitam dengan mata cokelat terang, Jeane.

“Tidak terlalu ingat, tapi masih terasa serunya,” ucap Damian.

Di pojok ruangan Malum berdecak. “Yang barusan itu payah,” katanya dengan angkuh. Finnick tertawa menanggapinya. “Kenapa kita tidak langsung simulasi fisik atau semacamnya? Daripada menghabiskan waktu dengan mesin bodoh ini,” timpal Finnick.

“Haduh, harus sekali bertanya ya?” Ann menghembuskan napasnya seakan-akan ia mendengar pertanyaan bodoh dari orang terbodoh di Zourtanzi. “Kalau kau langsung simulasi fisik, kau tak akan bertahan lebih dari lima menit, anak manja,” lanjut Al.

PRODIGI dan Belati KunoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang