klaut 9

10 6 0
                                    

Selamat menikmati kisah Agatha, Finnick, serta Al dan Ann.

_____

KLAUT 9
{[Agatha]}

PERGI ATAU TINGGAL? Agatha seperti memiliki dilema selama tiga hari terakhir ini sejak orang asing bernama Pak Garmund dan Hestia datang ke rumahnya tanpa diundang. Tawarannya menarik, tapi... bagaimana dengan Estelle?

Dia belum berbicara dengan Estelle tentang hal itu, dan dia 100% yakin Estelle menunggunya untuk membahas masalah itu. Satu-satunya hal yang paling mengganggunya adalah imajinasinya akan reaksi Estelle. Dia takut Estelle akan marah padanya karena bertanya tentang hal itu, seperti Hei, aku akan meninggalkanmu ke sekolah yang penuh barang keren dan kau akan berada di sini mengurus leostall dan menghadapi warga kota yang jahat. Jika Agatha adalah Estelle, dia mungkin akan mendengarnya seperti itu.

Tapi dia benar-benar perlu bicara.

Agatha sedang mencuci piring ketika Estelle datang untuk mencuci tangannya. Ia menatap Agatha dengan intens. Agatha mengabaikannya dan mungkin itu mengganggu Estelle.

"Apakah kau akan berbicara denganku tentang hal itu atau bagaimana?" Dia bertanya.

"Tentang apa?" Agatha tidak siap untuk ini.

"Mengenai sekolah itu," jawabnya polos.

Agatha menghela nafas. "Mari kita bicara di luar."

Estelle menggiring Agatha keluar, tak bisa menunggu lagi untuk membicarakan perkara sekolah Prodigi ini. "Jadi kau sama sekali tidak ingin membicarakannya denganku? Kau akan pergi begitu saja?" tanya Estelle murung.

Agatha menunduk, merasa bersalah. "Tidak, tidak begitu," kata Agatha cepat-cepat, takut Estelle menganggap yang tidak-tidak. "Aku takut kau marah jika aku memutuskan untuk pergi..."

"Tentu saja aku tak akan marah," katanya. "Masa iya aku menahanmu di sini, padahal ada hal-hal baik yang sudah menunggu dirimu di sana? Aku mau kau sukses, walau aku tidak terlalu banyak bertemu denganmu. Aku sangat ingin kau pergi."

Perasaan yang semula tak menentu berubah drastis. Agatha terpaku atas ucapan Estelle yang masih berusia 13 tahun itu. "Kau sungguh tidak marah?"

"Aku kesal, sih, karena kau bisa menjalani hidup yang baik tanpaku," katanya polos. "Tapi aku akan menjadi teman yang jahat kalau aku menahanmu. Lagipula jika kau tetap di sini... Bagaimana jika kau lepas kendali dan meledakkan kendang leostall di sini. Itu kan sangat merepotkan."

Rasa-rasanya Agatha ingin jungkir balik keliling kota. Ia senang bukan kepalang karena Estelle tidak marah. Setidaknya ia masih memiliki sedikit keraguan untuk menerima sekolah tersebut. Terlebih tidak bisa membayarnya. Namun kemarin Hestia mengatakan pergilah ke Bank Corona dan cek tabungan atas nama Jericho Zan.

"Kau benar-benar tidak marah?"

Estelle menghela napas Lelah. "Lalu daritadi aku bilang apa..."

Agatha memeluk Estelle erat-erat, seakan sudah tak mau semakin-tahun dan akan segera kembali. "Kau adalah teman terbaik selama-lamanya."

Sesak karena tenaga Agatha meningkat saat memeluknya, Estelle melepaskan pelukan Agatha. "Tapi satu syarat."

Agatha mengerutkan keningnya heran. "Apa itu?" Ia bertanya seakan persyaratan yang akan diberi Estelle seperti membangun rumah elit dua lantai untuk Estelle.

"Telfonnlah aku dua kali seminggu," jelasnya.

"Jadi kau ini temanku atau ibu tiriku, sih?" tanya Agatha bercanda.

PRODIGI dan Belati KunoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang