Dua.

284 42 1
                                    

Gerbang ditutup oleh satpam persis ketika Ducati Lana memasuki halaman sekolah. Ia memarkirkan motornya itu di tempat yang sudah di sediakan. Murid lain terlihat terburu-buru untuk mencapai kelas mereka, takut guru sudah sampai duluan timbang mereka. Berbeda dengan Lana yang dengan santai melepas helmnya dan menggantungnya di motor, berjalan bersama iringan murid yang berlarian. Ia mengalihkan pandangannya ke jendela lantai dua merasa ada yang memperhatikannya.

Itu Yan, yang menontonnya dari jendela kelasnya. Menggeleng melihatnya selalu datang tepat pukul setengah delapan berbarengan dengan ditutupnya gerbang sekolah. Lana hanya membalasnya dengan memberinya ciuman jauh, membuat Yan mengerling jengah. Susah-susah ia menghindari terciptanya rumor baru, Lana malah membuatnya dengan bangga. Yan benar-benar tak habis pikir akan apa yang ada di otak kakak kelasnya itu.

Seketika bisik-bisik terdengar dari murid yang menyaksikan adegan pagi itu, bahkan Lana bisa mendengar beberapa siswi yang menjerit tertahan yang tak kuasa membuat sudut bibirnya terangkat sekilas.

Setelah menyapa mesra sahabatnya, Lana mempercepat langkah bergegas menuju kelas mengabaikan beberapa pasang mata yang sempat curi pandang ke arahnya. Ketika tahun pertamanya di SMA Aksara, hal-hal seperti rumor aneh atau apapun itu akan cukup mengganggunya, membuatnya berpikir bagaimana cara membuktikan bahwa rumor yang beredar bukanlah hal yang benar. Tapi ini sudah tahun ketiganya, ia sudah tak acuh. Bahkan rasanya ia ingin terus bermain-main dengan rumor yang mengelilinginya.

Kelas sudah ramai ketika Lana memasukinya, tapi belum ada guru yang mengisi. Ia berjalan ke arah bangkunya yang berada di pojok kelas dekat jendela, meletakkan tasnya dan menata diri untuk mengistirahatkan matanya yang sangat berat. Tapi kegiatannya diinterupsi oleh ketukan di mejanya oleh seseorang yang duduk di bangku depannya.

"Ini untukmu," gadis di depannya mengulurkan sebotol kopi dingin, "Dia bilang untuk mencegahmu tidur di kelas," kalimatnya membuat Lana lantas mendengus dan menerima pemberiannya.

Itu Mala, teman sekelasnya sekaligus primadona SMA Aksara. Sesungguhnya Lana terbuka untuk berteman dengan siapa saja, tapi memang tidak banyak yang menghampirinya duluan menawarkan pertemanan. Mala adalah satu dari beberapa orang yang berani melakukannya, karena memang Mala sendiri adalah seseorang yang punya kepercayaan diri cukup tinggi dan tentu rendah hati. Dia punya karakter yang banyak disenangi orang-orang, membuatnya punya cukup banyak teman di berbagai kelas.

Tentu Lana menyambut baik pertemanan itu yang malah disalah artikan oleh banyak oknum di SMA Aksara yang haus akan rumor, mengatakan mereka tengah dekat atau menjalin sebuah hubungan. Jelas faktanya bukan demikian. Lana memang dekat dengan Mala sebagai teman, tapi jadi makin dekat ketika ternyata Mala dan Yan tengah mencoba membangun sesuatu di antara mereka. Lana sepenuhnya jadi perantara mereka berdua, seperti sekarang ini.

Mala pasti sudah dapat kabar dari Yan bahwa mereka belajar bersama semalam suntuk, dan menitipkan kopi untuk Lana. Pertukaran kabar antara mereka bertiga sudah sering terjadi sejak seminggu lalu, hanya saja interaksi yang terlihat di permukaan baru antara Lana dan Mala yang makin membuat publik menyebarkan banyak desas desus.

"Bilang padanya nggak usah sok baik," balas Lana yang kemudian menenggak botol kopinya, tetap sangsi hal itu bisa mencegahnya untuk tidur di kelas. Mala hanya terkekeh ringan sebagai balasan dan kembali menghadap ke depan menyadari guru telah masuk ke ruang kelas.

Benar saja, baru sepuluh menit guru di depan menjelaskan mengenai proses metabolisme tubuh, Lana sudah menguap lebar. Ia melipat tangannya di meja dan menyandarkan kepalanya. Masalah metabolisme ini, biar nanti ia pelajari sendiri di rumah. Ia selalu bersyukur atas kemampuan otaknya yang bisa ia andalkan dan memberikannya kesempatan untuk tidur beberapa saat ketika dibutuhkan.

Kecerdasan Lana sudah dikenal oleh seantero SMA Aksara. Selama dua tahun terakhir, ia mampu menyabet beberapa medali di kejuaraan ilmiah dalam maupun luar negeri membuatnya diakui. Tapi sebagai bayaran otak encer tersebut, Tuhan memberikan padanya wajah yang tidak ramah. Bukannya tidak rupawan, tapi fitur wajahnya cukup tajam seperti rubah pasir. Terutama pandangan matanya yang seakan menusuk ke jiwa terdalam, menelisik sisi terburukmu. Lana punya masalah serius dengan resting bitch face-nya yang membuat banyak orang salah paham padanya.

Lana ingat betul dengan rumor pertamanya ketika ia menjadi murid baru di SMA Aksara. Entah datang dari siapa, tiba-tiba saja murid-murid banyak yang mencapnya sebagai perisak. Hal tersebut sempat membuatnya stres selama beberapa saat, sampai ia sadar bahwa banyak cewek-cewek SMA Aksara yang mengaguminya di luar rumor perisaknya yang sama sekali tidak pernah terbukti. Perlahan, Lana mulai bisa menghadapi rumor-rumor tak berdasar yang disebabkan oleh wajah culasnya. Ia juga tidak punya cukup tenaga untuk membuktikan satu per satu rumor yang beredar dan mencoba hidup bersandingan bersama desas desus tentangnya.

Innocently Evil || Side Story [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang