Lima.

152 35 0
                                    

Belakangan Lana diliputi emosi yang rancu dan bisa dibilang cukup negatif. Kadang ia bisa tiba-tiba merasa marah, iri hingga khawatir. Anehnya lagi, emosi itu selalu saja dipicu oleh segala perilaku Yan. Lana akan sangat marah jika ia mengetahui Yan sedikit saja diperlakukan tidak adil, ia bisa mengkhawatirkan hal-hal remeh tentang Yan bahkan merasa iri ketika Yan bersenang-senang dengan teman selain dirinya. Dengan segala emosi rancu yang bercokol di hatinya, Lana berubah menjadi seseorang yang overprotektif terhadap Yan tanpa disadarinya.

Setiap hari ketika bertemu Yan, Lana bisa menanyakan banyak hal dari mulai hal trivial hingga sesuatu yang sangat pribadi. Ia merasa harus menjadi yang paling tau tentang Yan, sehingga ia bisa menjadi yang pertama melakukan sesuatu bila diperlukan. Diam-diam Yan sebenarnya menyadari perubahan sahabatnya itu yang tadinya ia abaikan, tapi kian lama Lana kian membuatnya muak. Sampai pada suatu hari, mereka saling adu mulut karena Lana sudah kelewat ikut campur.

🐰🐰🐰

Terik matahari siang itu menyengat tiap orang yang tengah berada di luar ruangan tanpa ampun. Kantin tetap sibuk seperti biasa meski diterpa gerah yang mengganggu. Sementara itu, Lana memijat kepalanya yang berdenyut tanpa ampun tampak baru keluar dari UKS. Sehari lalu ia terserang flu yang ia pikir akan segera sembuh esok harinya, tapi yang ada hari ini kepalanya pening bukan main dan suhu tubuhnya naik, memaksanya meminta izin untuk beristirahat di UKS sejak memasuki jam mata pelajaran ke tiga.

Saat bel istirahat makan siang, ia memutuskan untuk keluar dari UKS menuju kantin membeli sesuatu untuk dimakan. Tadi petugas UKS memberikannya paracetamol dan menganjurkannya untuk meminumnya setelah makan. Dengan cukup tertatih ia berjalan menuju kantin, mengernyit ketika merasakan panasnya terik hari itu yang samasekali tidak membantunya merasa lebih baik.

Dalam perjalanannya, perhatiannya teralihkan pada beberapa orang yang baru keluar dari ruang BK. Lana mengerjap meyakinkan diri ketika melihat Yan adalah salah satu dari gerombolan itu. Ia takut tengah berhalusinasi karena demam, sehingga membuatnya mengucek mata memastikan kebenaran yang dilihat oleh matanya. Tapi itu benar Yan, ia tidak sedang berhalusinasi. Wajahnya terlihat tegang ketika salah seorang dari gerombolan itu mengisyaratkan untuk mengikutinya. Menuruti rasa penasarannya, Lana membatalkan rencananya menuju kantin dan malah mengikuti gerombolan itu.

Gerombolan yang terdiri dari tiga orang dan Yan itu berhenti di belakang gudang sekolah, tempat terbengkalai yang sudah jarang sekali digunakan. Setelah memperhatikan mereka, Lana merasa cemas menyadari siapa sejatinya tiga orang lainnya, yang merupakan siswa tahun ke tiga yang terkenal sebagai perisak nomor satu di SMA Aksara.

Apa yang Yan perbuat hingga terlibat dengan gerombolan itu?

Lana masih mengawasi sambil bersembunyi di balik tumpukan bangku usang, masih menahan pusing yang diperparah oleh sengatan matahari. Mereka tampak bicara serius kepada Yan yang tampak tak gentar, siswa yang tampak seperti pentolan dari gerombolan itu tersenyum sengak dan mulai menyandak kerah baju Yan. Spontan Lana melangkah keluar dari persembunyiannya, menginterupsi percakapan mereka.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" ujarnya dingin. Yan terkesiap mendapati siapa yang tiba-tiba datang mengacau pertemuannya.

Perhatian si pentolan teralihkan dan malah tertawa melihat kehadiran Lana, "Astaga, apa rumor itu beneran?" dua lainnya turut terkekeh memahami ucapan si pentolan.

"Lan, aku cuma lagi ngobrol sama mereka, nggak ada yang serius. Kamu bisa pergi," pinta Yan yang menyadari gelagat Lana. Ia hendak menghampiri Lana untuk menyuruhnya pergi, yang dicekal oleh si pentolan.

"Hei anak baru, urusan kita belum selesai ya, jangan coba-coba kabur," Yan tidak bisa menahan keterkejutannya akan betapa kuatnya tarikan si pentolan.

Kepala Lana makin berdenyut menyakitkan, isi kepalanya berkabut disertai suara-suara aneh yang berkelebat di benaknya, mengisikan gagasan-gagasan untuk dilakukan. Yang dapat Lana pahami saat itu hanyalah bahwa ia tidak suka Yan diperlakukan demikian, dan dia harus melakukan sesuatu.

Yan hendak mengempaskan tangannya, ketika menyadari Lana sudah menerjang duluan ke arah si pentolan dan melepaskan bogem mentahnya tepat di wajah. Dua anak lainnya yang menyaksikan segera bertindak meringkus Lana yang terhuyung setelah melancarkan satu serangannya.

"Ck, dasar anak-anak kurang ajar!" si pentolan tampak terhina dan marah. Ia melepaskan genggamannya pada tangan Yan dan mengusap wajah tepat di mana Lana meninjunya sambil tersenyum bengis.

Yan menyadari apa yang hendak dilakukan si pentolan dan mencoba menghalanginya. Tapi si pentolan terlalu kuat untuknya, ia hanya dihempaskan begitu saja dan langsung melayangkan tinju tepat di ulu hati Lana yang tengah dipegangi dua anteknya. Tak kuasa, Lana terbatuk dan jatuh tersungkur.

Selanjutnya yang terjadi adalah pecahnya suara melengking dari seseorang yang mengundang murid lain menghampiri. Mereka datang berkerumun dan berusaha mencerna apa yang terjadi. Setelah paham akan situasi, murid lain dibantu oleh guru-guru yang mulai berdatangan mencoba mengendalikan situasi dengan menjauhkan si pentolan dan antek-anteknya dari Lana yang masih telungkup di tanah dengan punggung yang sedikit berguncang. Tidak lama setelahnya guncangannya berhenti dan tubuhnya terkulai lemah, Lana kehilang kesadarannya.

Innocently Evil || Side Story [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang