Innocently Evil || Side Story [FIN]

Epilogue.

!!!WARNING!!!
BROMANCE INTENSIFIED

"Acara selanjutnya adalah pengumuman Best Couple Of The Year!" riuh penonton yang bersorak akan pembawa acara di atas panggung begitu meriah.

Saat ini sedang dilaksanakan Prom Night untuk perpisahan murid-murid kelas tiga yang sudah melewatkan kelulusan. Auditorium luas SMA Aksara disulap sedemikian rupa menjadi ruang pesta dengan panggung lebar, cemilan dan minuman prasmanan beserta hiasan meriah ditata di sana sini. Mereka yang hadir adalah mirid-murid kelas tiga yang tentu diperbolehkan mengajak satu orang spesial.

"Pertama mari kita mulai dengan Favourite Couple yang dipilih atas popularitas mereka, siapa kira-kira pemenangnya?" suara drum mulai bergemuruh, membangun suasana menegangkan ketika pembawa acara mengarahkan mic-nya pada para penonton yang riuh meneriakkan nama-nama.

"Ya, selamat kepada Kelana Raya dan Yanuar Aditama!!!" riuh tepuk tangan bercampur dengan bisik-bisik beberapa murid yang tampak tidak paham apa yang sedang terjadi, "Kepada saudara Lana dan Yan dipersilakan untuk naik ke atas panggung!"

Ketika tepuk tangan mulai mereda, tapi tidak ada tanda-tanda para pemilik nama itu muncul ke atas panggung, bisik-bisik makin gencar terdengar. Pembawa acara mulai kelabakan dan mengode ke penanggung jawab acara untuk mencari si empu nama tersebut.

"Ya, sambil menunggu Favourite Couple kita, saya jelaskan lagi Favourite Couple terpilih atas poling yang sudah diadakan sebelum Prom Night..." pembawa acara masih sibuk berbicara banyak hal untuk mengisi kekosongan yang terjadi.

"Lana! Di situ kamu rupanya!" seru seseorang ketika mendapati Lana baru keluar dari toilet. Lana sendiri hanya bisa kaget seperti maling yang terpergok padahal ia tidak habis mencuri apapun.

"Wow wow, selow Ben, ada apa?" tanyanya menuntut penjelasan.

"Nggak bisa jelasin sekarang, penting kamu kudu naik panggung sekarang juga!" Jawab orang yang memergoki Lana yang dikenal dengan nama Beni. Ia adalah salah satu panitia devisi acara Prom Night malam itu. Dengan buru-buru ia mendorong Lana pergi menuju panggung.

Di lain tempat dekat gudang, Yan sedang sibuk mengangkat beberapa kursi plastik untuk dibawa ke auditorium. Di lehernya tergantung id card dengan keterangan volunteer. Yan yang mengajukan diri untuk jadi panitia tambahan di hari-H Prom Night dibuat sibuk menggotongi berbagai perlengkapan yang dibutuhkan ke auditorium. Salah satu alasan dia memilih jadi volunteer adalah sebagai dalih menghindari beberapa kakak kelas yang mengajaknya untuk datang bersama ke Prom. Yan merasa belum ingin menjalin apapun lagi setelah patah hatinya terakhir kali.

"Yan! Udah taruh aja kursinya, biar aku yang bawain," teriak suara cewek yang baru masuk ke gudang dengan terengah.

"Eh, aku aja Sha, ini berat banget," balas Yan pada Shania yang juga merupakan panitia volunteer.

"Udah taruh, kamu harus buruan ke panggung!" Yan meletakkan tumpukan kursi dan mengerutkan keningnya bingung, "Gabisa jelasin, pokonya kamu ke panggung sekarang!" tuntut Shania sambil mendorong Yan ke luar gudang.

Pembawa acara yang sudah berbicara panjang lebar akhirnya menghela napas lega ketika melihat kelebatan pemilik nama yang sudah ia sebutkan semenjak kurang lebih tujuh menit lalu.

"Ya, sekali lagi mari kita sambut Favorite Couple kita, Lana dan Yan!!!" tepuk tangan kembali riuh ketika keduanya naik ke atas panggung dari arah yang berbeda.

Visual keduanya membuat banyak siswi menjerit histeris. Lana datang ke Prom mengenakan setelan jas putihnya dengan rambut yang diwarnai menjadi biru gelap--perayaan kelulusan katanya. Wajah rupawannya yang bagai rubah pasir begitu menawan malam itu seakan mampu membuatnya menanggalkan sejenak label iblis yang selama ini disematkan padanya. Yan yang datang sebagai panitia volunteer pun tidak kalah rupawannya--karena panitia juga diwajibkan menggunakan pakaian formal. Malam itu, ia datang mengenakan turtle neck putih dan blazer hitam. Rambut hitamnya tampak berkilau dan jatuh membingkai wajah pucatnya mengundang untuk diacak.