Anya POV
Gw kenal Arsa lebih dulu ketimbang Arsa kenal gw. Gw diam - diam menyimpan rasa tertarik yang berlebihan padanya. Di SMU Al Islam, Jakarta. Belum pernah sekalipun kami berada di kelas yang sama, betapapun gw terus berdoa siang malam, tapi Allah belum mengabulkan doa gw.
Arsa, seperti tak terjangkau buat gw. Bayangkan selama sekolah di sekolah yang sama, belum pernah sekalipun baik Gw ataupun Arsa saling bertukar omongan.
Sampai akhirnya gw lulus SMU, dan gw diterima di Perguruan Tinggi Negeri di Medan. Tanah kelahiran gw. Seperti penjanjian Oppung gw dengan Ayah, bahwa gw harus kuliah di Medan. Maklum gw adalah cucu tertua dari keluarga Oppung gw.
Back to Arsa
Jadi ceritanya gw udah semester 4, di kampus gw sedang diadakan Kompetisi Sepak Bola. Waktu itu gw dan bestfriend gw, Isti, Juwi, Shasha, dan Uut jadi tim Hore buat tim Sepakbola kita. Hari itu Pertanian VS Tekhnik, huuuuu.... Seruuuu banget donk ya, secara Tekhnik peringkat pertama minim mahasiswa Cewe, Pertanian diurutan kedua. So, untuk point ini kita lebih unggul, secara lebih heboh.
Tiba - tiba di antara pemain Tim Tekhnik, gw seperti ngeliat Arsa. Gw pelototin aja tuh pemain buat mastiin klo gw ga salah liat.
Deg....
Dia beneran Arsa!
Si pangeran pemilik sepatu kaca yang tertinggal di hati gw beberapa tahun lalu (jangan muntah Sob)
"ARSA!!!!"
Gw seperti kehilangan akal sehat, pake acara teriak - teriak di tribun yang dipenuhi manusia - manusia kampus yang rata - rata dilanda depresi karena Laporan dan Jurnal yang terus aja ngikutin kayak hantu gentayangan. Semua ngeliatin gw, tapi ga dengan Arsa.
"Hi!!!" Sekalian malu batin gw, aslinya muka gw udah berasa ga nempel.
Tapi, sekali lagi...
Gw seperti hantu, tak kasat di matanya!Selama pertandingan, gw ga bisa mengalihkan mata gw dari "Prince Charming" Arsa.
"Nya, kau kenal sama anak tekhnik itu dimana?" Shasha bisik - bisik sambil dikepoin sama tiga lainnya.
Gw tarik nafas, memberikan jeda diantaranya sebelum gw bicara, ala - ala Drama Korea, hahaha....
"Si Anya, drama kali. Tinggal jawab aja sok - sok ditahan - tahan. Cepatlah, dimana kau kenal anak itu"
Juwi kesal sama gw, hahaha...
"Temen SMU gw"
"Hah!!!!" Kali ini seperti paduan suara, sok kompak.
"Betulnya itu?"
"Iya nih, Si Anya. Palak kali aku, suka kali dia buat orang penasaran"
"Ga bohong kau kan?"
"Udahlah woi, dengar dulu dia bicara, siapa tau betul" Uut menengahi.
"Iya, dia temen SMU gw,"
Selanjutnya 8 pasang mata sohib gw langsung ngeliat ke Arsa yang sedang berjuang membela timnya.
"Ganteng kali dia, Nya!" Sha genit
Isti dan Juwi berpandangan, menyiratkan sesuatu yang ga jelas.
"Tekhnik apa dia, Nya?"
"Gw ga tau Ut"
"Kok bisa kau ga tau? Jangan - jangan kau tipu kami" Juwi ngeselin!
Akhirnya gw nyerah dan terpaksa mendongeng tentang Pangeran Sepatu Kaca yang hidup di hati gw beberapa tahun lalu itu.
Beberapa menit berlalu, pertandingan kali ini tidak dimenangkan Tim manapun, alias Seri!
Suara riuh dari masing-masing pendukung tim terdengar samar di indera pendengaran gw. Gw sedang galau, antara tetap menjadikan Arsa sebagai masa lalu atau ada kemungkinan lain yang bisa aja terjadi. Mata gw mencari - cari keberadaan sosoknya, tapi ga ketemu.
"Woiiiiii!!! Ayo kita ke HN, masih ada jurnal yang belum siap. Dikumpulkan besok, Nya" Juwi mencoba menyadarkan gw, klo masih banyak yang lebih penting dari Arsa.
"Klo memang jodohnya Kelen, adanya jalannya" Uut yang bijaksana menentramkan hati gw yang galau."Anya? SMU Islam?"
Gw langsung berbalik ke arah suara yang manggil nama gw dengan merdu (versi gw) disusul degupan jantung yang tidak beraturan, menggetarkan hati gw...
Dia Arsa, dia kenal gw? Ingat gw? Gimana mungkin? sedang membaca saja saya sulit, eh salah... Maksud gw, mengingat semua hal di masa itu, ga ada satupun tanda - tanda dia Mengenal gw.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Romance"Gw baru tau kegiatan lu setiap hari. Lu berlindung di balik sikap tak peduli sama orang lain agar kedok lu tetap tak terbuka! Masih kurang bayaran lu, sampe lu juga menjual diri lu. Murahan banget lu!" Gw ga pernah menyangka kata - kata merendahka...