DICULIK

16 1 0
                                    

Hi... Terima kasih udah mau baca 😊

Pagi hari ini, seorang pria berwajah tampan tengah membuka kembali lemari yang telah lama ia kunci. Lemari itu sengaja dibuat untuk menyimpan segala benda milik kekasihnya yang sangat ia cintai. Segala tentang "RICA MAHARANI" nama wanita itu adalah sempurna bagi seorang "BOBBY MEGANTARA". Wanita yang ia pacari sejak duduk di kelas XII dan digilainya beberapa tahun sebelumnya. Wanita yang sangat menyukai petualangan, hangat, mandiri dan berjiwa sosial tinggi. Wanita yang pertama kali mengenalkan gunung gede padanya, dilanjutkan dengan gunung - gunung yang lain di Indonesia. Rica pula yang mengajarkannya menabung untuk kegiatan hobby mereka, sehingga tak perlu merepotkan orang tua. Mereka dibesarkan di lingkungan yang sama, bersekolah di tempat yang sama pula. Dari bangku Taman Kanak - Kanak hingga Sekolah Menengah Atas. Hanya dua kali mereka berpisah. Pertama ketika menginjak bangku kuliah. Bobby memilih Fakultas Tekhnik di salah satu Universitas bergengsi di Medan, sedangkan Rica memilih Fakultas Ekonomi di salah satu Universitas di Jakarta. Perpisahan yang kedua adalah ketika Rica akan menikmati awal liburan semesternya di Amsterdam. Pesawat yang ia tumpangi harus meledak di udara akibat dari kerusakan pada bagian mesinnya. Itu adalah perpisahan yang terakhir antara mereka karena setelah itu hanya jasad Rika yang tak utuh yang kembali untuk disemayamkan di tanah kelahirannya, Bandung.

Sejak saat itu, Bobby seolah menutup diri dari wanita yang sengaja ingin dekat Secara pribadi dengannya. Ia lebih memilih menghabiskan akhir pekannya berpetualang. Mendaki atau sekedar membuka tenda di lembah Sinabung. Baginya itu lebih baik daripada harus mulai membuka hati untuk wanita lain. Sebagai bentuk rasa cinta dan penghargaannya pada Rica, ia kemudian membuat channel YouTube khusus untuk petualangan. Dalam hati ia mempersembahkan setiap episode untuk Ricanya, membayangkan bahwa wanita itu selalu ada di setiap perjalanannya.

Sampai kemudian waktu seperti sengaja mempertemukannya dengan seorang wanita lainnya. Wanita itu seolah membangun tembok di sekelilingnya, tinggi dan berduri. Seakan ingin menegaskan bahwa tak sembarang orang bisa mendekat. Sikapnya seperti ia tak peduli pada hal lain, kecuali diri dan lingkungan di dalamnya. Ia bukan orang yang akan bertanya siapa namamu atau berbasa - basi tentang bagaimana harimu. Tapi itu hanya kamuflase! Sama seperti buku yang selalu memiliki sampul untuk membungkusnya. Kau bahkan tak berhak menghakimi isi buku tersebut hanya karena tampilan pembungkusnya, bukan? Begitupun dengan "ARVANYA GERALDIANA" nama yang indah bukan?

Bobby bahkan tak pernah membayangkan bahwa wanita itu akan menyita begitu banyak waktunya untuk memikirkan caranya memberikan rasa nyaman, cara membuat wanita itu tersenyum hingga memikirkan bagaimana cara agar wanita itu bisa memberi maaf untuknya. Berkali - kali menolak mengakui bahwa ia bahagia berada di dekat wanita itu sama seperti ia menolak perasaannya untuk wanita itu.

Wanita itu bukan tak bisa mencintai. Ia bahkan tau dengan baik bagaimana cara mencintai dengan sepenuh hati. Mencintai tanpa berhenti sekalipun tak kunjung mendapatkan balasannya. Wanita yang sabar menata hatinya untuk pria yang ia cintai. Balasan cinta baginya adalah buah dari sabarnya ia mencintai sepenuh hati. Bobby tau itu, tau tak perlu waktu bertahun - tahun. Ia merasa sangat mengenal wanita itu, padahal waktu masih dapat ia hitung. Ia paham, paham tak memandang seberapa dekat hubungan itu seperti terlihat. Bobby paham bahwa wanita itu tak menyukai hubungan yang dipaksakan padanya, ia lebih menyukai yang mengalir apa adanya. Bobby paham bahwa wanita itu sebenarnya wanita yang paling sederhana yang pernah ia kenal. Ia tak membutuhkan kesempurnaan. Ia lebih menyukai apa adanya dan menjadi diri sendiri.

Bobby POV

"Rica, maafin aku. Aku ga bermaksud menggantikan posisi kamu di hati aku. Kamu tetap pemiliknya. Aku juga minta izin ngajak dia buat jadi saksi betapa indah dunia ini, dunia yang ingin kita buat Ceritanya bersama. Aku tetap mengukirnya untuk kamu, tapi aku butuh dia buat ikut menuliskan ceritanya"

Gw membuka lemari Rica, membongkar isinya satu persatu. Gw akan memberikan perlengkapan adventure Rica buat Anya. Besok gw akan mengajaknya berpetualang bersama, mengenalkan dunia indah ini padanya.

Gw yakin, perasaan gw buat Anya bukan Cinta! Gw hanya merasa bahwa gadis itu perlu mengenal banyak hal. Gw juga berpikir bahwa dia akan ikut di Channel YouTube "Travelture". Gw mau memberikan kesempatan Anya buat jadi Co Host, memberikan pengalaman baru untuknya, hanya itu!

Gw udah diskusi dengan Daniel dan Rico mengenai hal ini, tentu mereka sangat setuju sebab udah lama banget mereka ingin di Channel ini ada Co Hostnya, tapi cewek biar lebih berwarna kata mereka saat itu. Setelah gw pikir, sekarang adalah saat yang tepat. Untuk yang satu ini, gw sengaja ga bilang ke Anya, gw mau menempatkannya di situasi dimana ia ga bisa menolaknya.

Gw menarik nafas perlahan sebelum gw menekan nomor yang mau gw hubungi.
"Assalamualaikum..."
Salamnya dari ujung sana
"Waalaikumsalam... Hey, Nya... Besok pagi jam 8 gw jemput lu ya. Bawa pakaian ganti, takut kalo lu pengen berenang"
"Emangnya lu mau ngajakin gw kemana? Latihan renang? Ga ah, gw ga mau bawa ganti segala"
"Gw mau nyulik lu... Gw mau bawa lu ke tempat yang jauh"
"Serem banget sih lu, kalo gitu gw ga mau ikut"
"Hahaha... Ywd, pokoknya jangan lupa bawa ganti. Gw jamin lu ga bakal nyesel ikut gw, sekarang lu istirahat, besok gw jemput pagi... Bye Anya, sweet dream"
"Bye..."
Gw tau saat ini ia sedang bingung kemana gw akan membawanya esok, sehingga sekarang ia bahkan masih belum menyatu dengan dirinya sendiri, sibuk bertanya - tanya.

"Hi...."
Gw menyapanya sesaat ia keluar dari pintu kontrakan. Ia tetap mengikuti kata gw untuk membawa ganti, setidaknya seperti yang terlihat saat ini, satu buah ransel bertengger di bahunya. Sepatu Converse hijau muda dipadukan dengan celana jeans dan t-shirt putih gradasi, Cantik!
"So.. lu mau nyulik gw kemana?" sambil terus memperhatikan mobil gw, ia bertanya lagi
"Tumben? Kenapa ga naik Vespa lu aja kan lebih seru"
"Si merah biar istirahat dulu di rumah"
Kemudian ia hanya tersenyum

"Kok kita ke Bandara Bob?"
Ia menghentikan langkahnya, pastilah saat ini bermacam hal terlintas di kepalanya. Cukup lama ia tak bergerak seolah beku karena rasa bingung dan penasaran, membuat gw akhirnya berbalik dan memegang tangannya. Tapi, kenapa gw nyaman memegang tangannya? Ada apa sebenarnya dengan gw? Oh, No... Gw yakin sekali Ini hanya terbawa perasaan karena gw udah hampir empat tahun sendiri.

"Kenalin Nya, ini teman gw"
Gw memperkenalkan Daniel dan Rico padanya. Gw juga menyadari perubahan pada tatapan sahabat - sahabat gw ini, tapi gw bertingkah seolah ga perduli akan itu sambil membiarkan mereka saling memperkenalkan diri masing - masing.
"Nice to meet you, Kak Anya"
Akhirnya....
"Emangnya kita mau kemana Co?
Ia masih tetap penasaran.
"Biar nanti kakak tau sendiri"
Akhirnya gw melihat ia menyerah bertanya kemana ia akan "diculik"

Penasaran kemana Bobby "Nyulik" Anya?

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang