POV by BOBBY
"Woiii, Abang kita kekmana kabarnya? Enak kali ya Bang, bentar lagi jadi Sarjana?" Adli junior gw
"Gw mau ke administrasi, lengkapi syarat-syarat Wisuda"
"Bang, abis itu ikut kita ya Bang ke Stadion mini. Tekhnik main nih Bang. Lawan Pertanian"
"Ok, tungguin gw!"Stadion Mini adalah sebuah stadion di kampus gw yang dikhususkan untuk olahraga antar kampus. Hari ini Fakultas gw ketemu saingan terberat, Fakultas Pertanian. Setiap tahun kedua Fakultas ini secara bergantian memegang Piala Bergengsi di kampus ini.
Bisa dibayangkan jika ini adalah Saingan, maka akan seperti apa jalannya pertandingan, saling bertukar ejekan dan berlomba untuk menyemangati.
Di sela - sela keriuhan Stadion, tiba - tiba hening beberapa saat, ketika suara Teriakan melengking dari tribun.
"ARSA!!!!"
Bisa dipastikan, bahwa bukan cuma gw yang penasaran Siapa sih orang yang berteriak dari Tribun. Gw bisa melihatnya...
Sebelum akhirnya gw fokus untuk menonton pertandingan.Pertandingan berakhir dengan skor imbang. Baik Tekhnik ataupun Pertanian sama - sama hebat, masih ada harapan untuk Tekhnik menjadi Juara, karena pertandingan baru memasuki babak penyisihan grup.
"ARSA!"
yang dipanggil Adli mendatangi sumber suara. Tak berapa lama ia bergabung di antara kami. Arsa, gw baru tau namanya. Karena wajahnya gw kenal. Dia junior gw, dia juga pernah ambil mata kuliah yang gw asistenin. Hanya saja begitu banyak mahasiswa, tentu saja dia bukan sosok istimewa buat gw, secara gw adalah lelaki tulen.
"Banyak juga fans kau Sa, sampe merembet - rembet ke Pertanian"
Yang diajak bicara hanya melempar senyuman
"Kau kenalkanlah aku sama kawan - kawannya?"
"Temen SMU"
"Dari Jakarta?"
"Yup"
"Eh,,, Sa, ini Bang Bobby"
"Bang, bentar lagi wisuda ya bang?"
Ternyata gw lumayan terkenal juga, hahahaha...
"Inshaallah, gw balik duluan ya, semoga next game Tekhnik ngalahin Pertanian"
"Termasuk hati para bidadarinya!"
"Aamiin, terima kasih bang. Semoga perjalanan menuju wisuda lancar"
"Aamiin"
"Aamiin"Part-nya pendek Sob😊
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Romance"Gw baru tau kegiatan lu setiap hari. Lu berlindung di balik sikap tak peduli sama orang lain agar kedok lu tetap tak terbuka! Masih kurang bayaran lu, sampe lu juga menjual diri lu. Murahan banget lu!" Gw ga pernah menyangka kata - kata merendahka...