ANYA POV
Setelah kejadian hari itu di Stadion, gw dan Arsa saling bertukar no Hp, sesekali ketemu di Perpustakaan, sengaja janjian makan siang atau makan Burger pinggir jalanan Kampus.
Singkatnya kami semakin dekat, sampai akhirnya khayalan gw yang beberapa tahun lalu itu menjelma menjadi nyata. Arsa meminta gw jadi kekasihnya! Gw adalah perempuan paling beruntung, kata gw dalam hati. Tidak ada penantian yang sia - sia!!! Jadi buat sobat di luar sana yang jatuh cinta sendirian, harus tetap semangat ya, karena esok adalah sebuah misteri.Arsa, Mahasiswa FakultasTekhnik Industri. Seperti yang gw tau, Mahasiswa Fakultas itu memiliki langkah yang sangat terbatas di luar mata kuliah, tidak terkecuali Arsa. Belum pernah dia nganterin gw balik ke kostan, ditambah kostan kami berbeda arah. Gw dan Arsa sama - sama sibuk dengan mata kuliah masing-masing. Jadwal Praktikum yang padat ditambahi bumbu - bumbu seperti Jurnal dan Laporan, manambah sulit berbagi waktu. Gw dan Arsa ketemu di sela - sela hari, biasanya di jam makan siang atau sesekali di perpustakaan.
Ritme itu terjaga dengan sangat baik hingga di semester 7.
"Gw harus balik Nya."
"Ada apa emangnya Sa, Mama dan Ayah baik - baik aja kan?"
"Gw balik buat seterusnya Nya"
"Maksudnya?"
"Ayah mau gw transfer kuliah ke Ausie, sebenarnya dari awal kuliah udah disuruh kuliah di sana cuma gw ga mau, tapi sekarang gw rasa itu terbaik buat masa depan gw Nya"
Gw masih ga tau harus ngomong apa. Ini sangat tiba-tiba. Masih berusaha menterjemahkan arti dari kata - kata Arsa barusan.
Ausie? Transfer kuliah? Terbaik?
Ini maksudnya apa, batin gw masih mencari - cari kepingan puzzle yang jadi jawabnya. Ini jelas ga pernah terlintas di otak gw, klo Arsa bakal pindah kampus, apalagi di luar negeri. Apa lagi ini?
"Nya, maafin gw"
Sentuhan tangannya membuat gw semakin susah mengatur nafas, seolah artinya bahwa Arsa ga bisa lagi bersama gw. Gw masih bisu, menahan perasaan gw yang lagi perang di dalam sana.
"Gw ga bisa berjanji apapun ke lu Nya dan ya... Sebelumnya gw minta maaf karena lebih milih masa depan gw ketimbang terus di sini sama - sama lu. Hm.... Gw....."
Spontan gw memilih memandangnya, tertarik dengan kelanjutan kata - katanya yang menggantung, menyiratkan berbagai hal yang kurang baik buat gw dengar, tapi itu jauh lebih baik sekarang ini. Karena, apapun itu Arsa akan tetap pergi.
"Gw apa..."
"Gw ga mau lu nungguin gw, gw ga mau lu nyia - nyiain waktu lu buat nungguin sesuatu yang ga pasti..."
"Maksud lu ga pasti?"
"Nya, maksud gw mungkin di sela - sela waktu kita nanti, kita ketemu sama orang yang bener - bener tepat..."
"Maksud lu, gw bukan orang yang tepat buat lu?"
"Anya, apa kita masih harus terus bertengkar? Bisa ga lu menyikapi ini dengan lebih dewasa? Ini tentang masa depan, dan lu juga pasti punya masa depan. Mungkin masa depan kita bukan untuk terus sama - sama. Kita juga ga tau kan apa yang akan terjadi di masa depan. Kalau emang kita ditakdirkan untuk sama - sama pasti ada jalannya. Tapi, untuk sekarang gw ga mau membebani perasaan gw buat hal - hal yang belum pasti!"
"Intinya..."
Tanya gw mengalah
"Lebih baik kita udahan aja, daripada masing-masing dari kita terbebani. Maaf gw bukan laki - laki yang tepat buat lu"
Sebenernya air mata gw udah memaksa untuk keluar, tapi gw tahan dengan sisa - sisa kekuatan gw.
"Ok...."
"Kapan lu berangkat?"
"Besok penerbangan pagi, hm... lu ga perlu nganterin gw, lu banyak jurnal dan laporan yang harus diselesaikan, jadi mending fokus aja"
"Ok"
"Gw anterin ke kostan lu"
"Ok"
Gw ga tau lagi harus gimana, karena apapun yang gw lakuin ga bisa buat Arsa tetap di sini. Gw ga punya daya lagi untuk mengeluarkan huruf demi huruf yang membentuk kata keluar dari mulut gw, gw terlalu luka.
Luka yang begitu dalam tertoreh di hati gw. Luka dari Arsa...Thanks for Reading!!
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Romance"Gw baru tau kegiatan lu setiap hari. Lu berlindung di balik sikap tak peduli sama orang lain agar kedok lu tetap tak terbuka! Masih kurang bayaran lu, sampe lu juga menjual diri lu. Murahan banget lu!" Gw ga pernah menyangka kata - kata merendahka...