part 13

3.5K 320 6
                                    

Cahaya pagi menyinari dua wanita yang masih terlelap dalam posisi berpelukan. Ghina terbangun terlebih dahulu karena sinar matahari mulai menyiksa matanya dan memaksanya harus terbuka.

Ia tersenyum saat menatap wajah emily. Senyum ghina menghilang ketika emily terbangun secara tiba tiba.

Emily langsung duduk dan menatap ghina dengan tatapan tajam. "Kenapa kau disini?" Tanya emily.

"Kau mabuk semalam. william menyuruhku menjagamu" ucap ghina.

"Ohh.. lalu apa kita melakukan sesuatu semalam?" Tanya emily.

"Kau tidak mengingatnya?" Tanya ghina.

"What? Kita melakukannya? Katakan padaku?" Ucap emily dengan sedikit panik.

"Kenapa kau panik?" tanya ghina.

"Kenapa kau terus bertanya? Jawab pertanyaanku kita tidak bercinta kan?" Ucap emily dengan sedikit meninggikan nada bicaranya membuat ghina terkejut.

"Astaga... aku memang pekerja malam. Tapi aku tidak serendah itu" ucap ghina.

Emily merasa lega mendengar ucapan ghina yang menerangkan bahwa dirinya dan ghina tidak melakukannya.

"Maafkan aku. Aku sedikit kasar padamu" ucap emily.

"Kau tau em... kau wanita yang paling sopan yang pernah ku temui. Aku nyaman saat bersamamu. Kurasa aku menyukaimu" ucap ghina.

"Jangan" ucap emily.

"Kenapa?" Tanya ghina.

"Jangan menyukaiku. Karena aku tak ingin menyakitimu" ucap emily.

"Menyakitiku? Apa maksudmu?" Tanya ghina.

" kau cantik dan baik tapi sayangnya aku sudah memiliki wanita yang aku sukai. Aku tak ingin menyakitimu karena tak bisa membalas perasaanmu karena itu tegaskan sejak awal. Aku tau bagaimana sakitnya mencintai tapi tak dicintai jadi aku tak mau kau menjadi sepertiku" ucap emily.

"Menjadi sepertimu? Apa kau mencintai wanita yang tak mencintaimu?" Tanya ghina.

Emily hanya tersenyum dari senyuman emily. Ghina beranggapan bahwa wanita yang dicintai emily ternyata tak mencintai emily.

"Kenapa kau masih mencintainya jika kau tau dia tidak menncintaimu" tanya ghina

"Siapapun yang ada di hatinya, aku tetap menyukainya" ucap emily.

Ghina hanya terdiam memaku mendengar ucapan emily. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya melihat betapa besarnya rasa cinta emily pada wanita itu.

"Mandilah. Aku akan mengantarmu pulang. Karena aku juga harus pergi ke kampus" ucap emily.

-
-
-
-
-
-
-
-

William berdiri di depan pintu lobby kampus sambil tersenyum menyambut kedatangan emily.

"Ada apa dengan senyumanmu itu?" Tanya emily.

"Apa yang terjadi denganmu dan ghina semalam? Kau menikmatinya?" goda william.

"Menikmatinya? Apa maksudmu?" Tanya emily 

"Aissshhh... kau benar benar tidak mengerti atau pura pura tidak mengerti huh... apa kau bercinta dengannya?" ucap william.

Emily membulatkan matanya tak percaya. Ia langsung menarik telinga william hingga william meringis kesakitan dan meminta maaf padanya 

"Kau pikir dia wanita murahan huh. Jaga bicaramu" ucap emily kesal.

"Bukankah semua wanita malam itu memang murahan" ucap william.

"Jadi dia bukan temanmu?" Tanya emily.

William menggeleng "dia bukan temanku em... aku membayarnya untuk menemanimu" ucap william.

"Why? Kenapa kau melakukannya?" Tanya emily.

"Karena aku tak ingin kau bersedih. Aku hanya ingin menghiburmu" ucap william.

"Will, kita memang memiliki banyak uang. Tapi bukan berarti kita bisa membeli harga diri seseorang" ucap emily.

"Kau ini mengomel seperti orang tua saja. Sudahlah ayo masuk kelas" ucap william lalu berjalan meninggalkan emily. Sedangkan emily hanya mendengus kesal mengikuti william.

Tanpa william dan emily sadari bahwa sedari tadi ada sepasang telinga yang mendengar semua percakapan mereka. Sepasang telingah itu adalah milik regina. Regina yang sedari tadi berdiri di dekat mereka dapat mendengar jelas ucapan emily dan william.

"Aku semakin yakin bahwa emily seorang lesbian" gerutu regina.

-
-
-
-
-
-
-
-
-

Selesai perkuliahan regina bergegas pergi ke kelas emily. Ia menunggu emily untuk memastikan rasa penasarannya. Hampir sepuluh menit menunggu, akhirnya emily dan william keluar dari kelas. Emily nampak sedikit terkejut melihat regina berdiri di depan kelasnya.

"Cece, ada apa?" Tanya william.

"Em, bisa kita bicara berdua sebentar?" Tanya regina.

"Kenapa harus berdua? Kau bisa bicara disini" ucap william.

"Ini urusan wanita will dan kau bukan wanita" ucap regina.

"Will, kau pulang saja dulu. Aku akan bicara dengan cece" ucap emily.

"Baiklah. See you guys" ucap william lalu pergi meninggalkan emily dan regina.

"Mau bicara dimana?" Tanya emily.

"Taman belakang saja. Lets go" ucap regina.

emily dan regina pergi ke taman yang ada di belakang. Mereka memelih duduk di sebuah kursi kayu panjang. Emily sedikit gugup dengan apa yang hendak dikatakan regina. Ia memiliki firasat yang tidak begitu enak mengenai pembicaraan ini.

"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya emily.

"Aku ingin bertanya sesuatu. Tapi berjanjilah kau harus menjawabnya dengan jujur" ucap regina.

"Kelihatannya kau serius sekali. Baiklah aku berjanji" ucao emily sambil tersenyum.

"Kau seorang lesbian?" Tanya regina tiba tiba.

Senyum emily luntur seketika mendengar pertanyaan regina "mungkin ini saatnya menyatakan perasaanku padanya" ucap emily dalam hati.

"Em... aku bertanya padamu. Apa kau seorang lesbian" ucap regina.

"Jika memang iya. Kenapa?" ucap emily.

"Jadi firasatku benar selama ini. Aku curiga padamu semenjak aku melihat fotomu dengan seorang wanita" ucap regina.

"Wanita yang kau lihat itu mantan kekasihku. Sekarang kau sudah tau tentangku. Semua kembali lagi padamu ce. Jika kau tidak ingin berteman denganku tidak apa apa" ucap emily.

"Bukan seperti itu em. Aku hanya penasaran tentangmu. Kau masih mencintai mantan kekasihmu?" Tanya regina.

"Tidak. Semenjak aku melihatmu aku menjadi suka padamu ce" ucap emily.

Deg

Regina terdiam seketika. Rahangnya mengeras tangannya mengepal. "Itulah faktanya sekarang. Aku tudak bisa menyembunyikannya lagi. Aku menyukaimu" ucap emily.

Emily sangat terkejut ketika tiba tiba regina pergi meninggalkannya begitu saja. Emily hanya tersenyum menatap kepergian regina "aku tau ini akan terjadi" ucap emily.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang