part 20

3.6K 325 4
                                    

Emily dan ghina makan di sebuah restoran cepat saji yang tidak jauh dari apartement emily. Ghina menatap emily yang makan dengan sangat lahap.

"Kau lapar atau suka?" Tanya ghina.

"Aku lapar" ucap emily.

"Emm... apa kau tidak salah membelahku seperti tadi?" Tanya ghina.

"Whats wrong?" Tanya emily.

"Aku merasa seperti perusak persahabatanmu dengan william" ucap ghina.

"Ghin, aku tidak suka dengan cara william merendahkanmu seperti itu. Dia memiliki segalanya tapi bukan berarti dia bisa merendahkan orang lain seenaknya" ucap emily.

Mendengar ucapan emily membuat hati ghina kembali berbunga bunga semakin lama ghina semakin jatuh cinta dengan emily.

"aku akan mengantarmu pulang setelah ini" ucap emily.

"Hmm... em bisakah aku menginap di apartementmu malam ini?" Tanya ghina.

Emily sedikit terkejut mendengar ucapan ghina. "Why? Kau sedang ada masalah?" Tanya emily.

"Sebenarnya aku sudah lelah menghadapi tingkah ibuku. Dia selalu memarahiku jika aku pulang tidak membawa uang" ucap ghina.

"Wait, kau tidak bilang pada ibumu jika kau sudah tidak bekerja?" Tanya emily.

"Aku tak berani em. Aku tulang punggung keluarga. Aku memiliki ibu dan seorang orang adik yang harus aku rawat" ucap ghina.

"Kau wanita tangguh tentu saja aku akan membantumu. Apapun yang kau butuhkan kau bisa mengatakannya padaku" ucap emily sambil tersenyum.

"Maafkan aku. Aku menjadi beban untukmu" ucap ghina.

"Noo. Kau tak perlu minta maaf" ucap emily.

Selesai makan emily dan ghina bergegas untuk kembali ke apartement. Sesampainya di apartement, emily langsung membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan piyama.

Berbeda dengan ghina yang terlihat sibuk menata sofa agar nyaman untuk tempat ia tidur.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya emily sambil berdiri diambang pintu kamarnya.

"Ohhh aku sedang menyiapkan tempat tidur untukku" ucap ghina.

"Kau mau tidur disini? Why?" Tanya emily.

"Jika aku tidak tidur disini lalu aku harus tidur dimana? Disini hanya ada satu kamar" ucap ghina.

"Tentu saja kau akan tidur di kamarku. Bersamaku" ucap emily.

Ghina membulatkan matanya tak percaya mendengar ucapan emily. "Be..bersamamu?" Tanya ghina dengan sedikit gugup.

"Yes. Aku tidak mungkin membiarkanmu tidur disini. Lagi pula apa salahnya jika kita tidur berdua?" Ucap emily.

"Tidak ada salahnya. Hanya saja aku takut kau merasa tidak nyaman" ucap ghina.

"Don't be like that. Sekarang ganti bajumu jika kau mau kau bisa memakai piyamaku. Kau bisa cari di lemari. Aku sangat lelah, aku mau tidur dulu" ucap emily.

"Baiklah. Good night" ucap ghina.

Ghina masuk kedalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Sedangkan emily duduk bersandar kepala tempat tidur sambil menatap ke layar ponselnya. Emily melihat laporan panggilan tidak terjawab dari william dan regina.

Emily memutuskan untuk mematikan ponselnya lalu meletakkannya di atas nakas.

"Apa william menelponmu?" Tanya ghina tiba tiba.

"Ohh iya. Dia dan cece menelponku beberapa kali" ucap emily.

"Really? Lalu kenapa kau tidak menerima panggilan mereka?" Tanya ghina.

"Aku lelah ghin. Sebaiknya kita tidak membahas ini" ucap emily.

"Ohhh maaf. Kalau begitu tidurlah" ucap ghina.

Emily mulai memejamkan mata sedangkan ghina menatap emily dengan tatapan gugup. Padahal ghina sudah pernah tidur bersama emily tapi bedanya kali ini ia merasa sangat gugup bahkan ketika ia tidak melakukan apa apa. Ia hanya menatap wajah emily hingga ia tertidur dengan sendirinya.

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ghina sudah sibuk di dapur ketika emily masih tenggelam dalam mimpinya. Ghina sengaja bangun lebih pagi untuk membuatkan sarapan emily. Ghina sedang memasak nasi goreng special pakai telur untuk emily.

Saat sibuk memasak tiba tiba saja ghina di kejutkan dengan kedatangan margareth dan juga michael. Ghina menatap margaret dan michael bergantian begitu pun margareth dan michael yang menatap ghina dari ujung kepala hingha ujung kaki.

"Who are you?" Tanya margaret.

"Perkenalkan namaku ghina. Jika boleh aku tau bagaimana anda bisa masuk kesini?" Tanya ghina.

"Aku margareth. Ibu emily dan ini michael adik emily" ucap margareth.

Mendengar margaret menyebut bahwa dirinya adalah ibu emily membuat ghina semakin gugup dan merasa tak enak karena mentambut margareth dengan cara yang kurang pantas.

"Maafkan aku tante. Aku tak tau jika anda ibu emily" ucap ghina dengan gugup.

"Mommy.. aku ingin bertemu kakak. Aku merindukannya" ucap michael.

"Ghina... dimana emily?" Tanya margareth.

"Dia masih tidur tante" ucap ghina.

"Michael... temui kakakmu di kamarnya" ucap margareth.

"Okey mommy" ucap anak berusia lima tahun itu lalu berlari menuju kamar emily.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya margareth.

"Membuat nasi goreng untuk emily. Apa tante mau?" Tanya ghina.

"Boleh. Tante dan michael memang sengaja datang untuk mengajak emily sarapan" ucap margareth.

"Tante tunggu saja. Ghina akan menyiapkan semuanya" ucap ghina dengan penuh percaya diri.

Margareth hanya tersenyum melihat tingkah ghina. Ia bisa melihat cara ghina memasak dengan penuh semangat dan penuh cinta.

"Kau suka pada emily?" Tanya margareth tiba tiba.

Ghina diam mematung mendengar ucapat margareth. Sedangkan margareth malah tertawa melihat ekspresi wajah ghina.

"Kau bisa jujur pada tante. Tante tidak akan marah padamh jika memang itu benar" ucap margareth.

"Iya tante. Ghina suka emily" ucap ghina dengan sedikit gugup.

"Lalu bagaimana hubungan kalian? Emily juga menyukaimu?" Tanya margareth.

"Kami hanya berteman tante" ucap ghina.

"Why?emily tidak tau perasaanmu?" Tanya margareth.

"Dia tau tante. Tapi sepertinya dia masih menyukai orang lain" ucap ghina.

"Kau tau orangnya?" Tanya margareth.

"Tau tante" ucap ghina.

"Regina?" Tanya margareth.

Ghina terkejut mendengar nama regina keluar dari bibir margaret.

"Bagimana tante bisa tau?" Tanya ghina.

"Ghina, tante ini seorang ibu. Seorang ibu pasti tau tentang perasaan putrinya sendiri. Jadi kau akan tetap menyukai emily meskipun kau tau dia menyukai regina?" Tanya margareth.

Ghina mengangguk lirih. Ia malu mengakui perasaanya di depan margareth tapi ia juga merasa sedikit lega setelah berbicara tentang perasaannya pada margareth.

"tante tak tau harus bilang apa padamu. Karena ini masalah perasaan emily. Tapi tante juga tak melarangmu jika kau mau menyukai emily" ucap margaret sambil tersenyum.

"Terimakasih tante atas pengertiannya" ucap ghina sambil tersenyum.

Ghina kembali memasak sedangkan margareth berkeliling melihat detiap sudut apartement emily.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang