part 31

3K 273 6
                                    

Emily duduk di sofa, ia masih memikirkan ucapan alex tentang regina. Ucapan yang membuat emily benar benar terpukul.

Ghina duduk di samping emily dan perlahan membelai tangan emily. "Are you okey?" Tanya ghina.

"Dengan apa yang ku dengar apa aku terlihat baik baik saja?" Tanya emily.

"Dia mempermainkanku ghina... bagaimana bisa dia menjalin hubungan denganku disaat dia sedang hamil?" Ucap emily.

"ini semua memang sangat menyakitkan untukmu. Tapi aku disini bersamamu em" ucap ghina.

"Ghina, aku butuh waktu sendiri bisakah kau meninggalkanku?" Tanya emily.

"Baiklah aku akan pulang. Besok pagi aku akan datang lagi" ucap ghina. Ghina mengecup pipi emily sambil tersenyum.

Ketika ghina hendak pergi, emily menahan tangannya dan memberikan ghina kunci mobilnya. "Aku tidak bisa mengantarmu jadi kau pakai mobilku" ucap emily.

"Tak perlu, aku bisa naik taksi" ucap ghina.

"Tidak. Aku tidak akan membiarkan kekasihku menggunakan angkutan umum. Pakai mobilku" ucap emily.

"Really? Kupikir kau lupa pada kekasihmu ini" ucap ghina.

"aku tidak mungkin lupa. Hanya saja aku memerlukan sedikit waktu. Maafkan aku" ucap emily.

"Kau tak perlu minta maaf. Aku bisa mengerti. Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu" ucap ghina. Emily mengantar ghina ke parkiran mobil, ia melambaikan tangan pada ghina sebelum ghina pergi menjauh darinya.

Emily menghela nafas lalu berjalan kembali ke apartementnya. Emily masuk kedalam lift dan ketika luft hendak menutup sebuah tangan menahan pintu lift agar tidak tertutup.

Emily sangat terkejut ketika melihat regina yang menahan pintu liftnya. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanya emily.

"Aku ingin bicara padamu" ucap regina.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan. Lebih baik pergilah" ucap emily

"Tidak em. Kita harus bicara dan aku harus menjelaskan padamu. Bisakah kita bicara di apartementmu?" Tanya regina.

"No, you can't. Aku tidak akan membiarkanmu menginjakkan kakimu di apartementku. Ikut aku" ucap emily. Emily keluar dari lift lalu berjalan ke lobby apartement.

mereka duduk di sebuah sofa yang ada di dekat lobby. "aku beri waktu 5 menit" ucap emily tanpa melihat regina.

"Em... aku benar benar mencintaimu" ucap regina.

"Berhentilah bicara omong kosong ce.  Aku tak akan percaya pada ucapanmu" ucap emily.

"Aku berkata yang sesungguhnya. Aku juga baru tau beberapa hari yang lalu jika aku hamil" ucap regina.

"aku merasa terkhianati ce. Sudahlah, lanjutkan hidupmu bersama alex dan aku akan melanjutkan hidupku bersama ghina" ucap emily.

Emily beranjak pergi tapinregina kembali menahan tangan emily "apa semudah itu untukmu melupakanku?" Tanya regina.

"Yes. Semudah kau melukai perasaanku. Pergilah, aku tak mau bicara apapun denganmu" ucap emily.

Tiba tiba regina memeluk emily sambil mengucap kata maaf. Emily mencoba melepaskan pelukan regina tapi ia sangat erat memeluk emily.

Hingga sebuah suara membuat pelukan emily dan regina terlepas. Emily terkejut ketika melihat ghina berdiri menatapnya.

"Ghina... " ucap emily.

Ghina berjalan menghampiri emily dan regina.

PLAK

Sebuah tamparan keras mendarat mulus di pipi kanan regina. "Berhentilah menggoda kekasihku dasar perempuan tak tau malu" bentak ghina.

Regina meringis kesakitan sambil memegangi pipi kanannya. Ketika ghina hendak kembali menampar regina, emily menahan tangan ghina.

"Kau tak perlu mengotori tanganmu. Sebentar lagi dia akan pergi. Apa yang membuatmu kembali?" Tanya emily sambil membelai pipi ghina.

"Aku rasa aku tidak bisa meninggalkanmu malam ini" ucap ghina.

"Really? Kalau begitu mari kita habiskan malam ini berdua" ucap emily.

Emily melingkarkan tangannya di pinggang ghina. Sedikit menarik tubuh ghina merapat dengan tubuhnya dan perlahan berjalan meninggalkan regina.

Ghina dan emily masuk kedalam apartement. Yang dilakukan emily pertama kalia dalah meminum segelas air.

"Apa yang dia bicarakan padamu?" Tanya ghina.

"Dia bilang dia mencintaiku dan dia juga baru tau jika dia sedang hamil" ucap emily.

"Lalu apa tanggapanmu?" Tanya ghina.

"Itu tidak merubah apapun. Dia akan tetap menikah dengan alex dan aku akan tetap bersamamu" ucap emily.

Emily mengangkat tubuh ghina dan mendudukkan ghina di atas meja dapur. " jadi apa yang akan kita lakukan semalaman?" Tanya emily.

Ghina melingkarkan tangannya di leher emily "apapun yang kau inginkan" ucap ghina.

Emily tersenyum lalu perlahan melumat bibir ghina. Ghina pun membalas lumatan bibir emily. Ciuman mereka berdua semakin lama semakin memanas, tangan emily pun mulai meremas buah dada ghina.

Ting tong
Ting tong

Penyatuan bibir mereka terhenti ketika mendengar bel pintu apartement emily berbunyi.

"Ckk... siapa yang mengganggu" ucap emily.

"Kita lanjutkan nanti" ucap ghina.

Dengan rasa kesal emily bergegas membuka pintu. Ia terkejut melihat margareth yang ada di depannya.

"Mom.." ucap emily.

"Mommy ingin bicara denganmu ini penting" ucap margareth.

Margareth masuk kedalam apartement emily dan ia tersenyum ketika melihat ghina. "Hello princess" ucap margareth.

"Apa yang ingin mommy bicarakan?" Tanya emily.

"Em... daddy di pindah tugaskan kembali ke amerika" ucap margareth.

Emily dan ghina sangat terkejut mendengar kabar yang di ucapkan margareth.

"Apa mommy akan kembali ke amerika?" Tanya ghina.

"Yes. Besok pagi kami berangkat" ucap margareth.

"What??? Kenapa mommy baru memberitahuku jika besok kita harus kembali ke amerika" ucap emily.

"Kau akan tetap tinggal disini hingga masa studymu selesai. Itu keputusan daddy" ucap margareth.

Emily terkejut mendengar ucapan margareth. "Emily mengerti. Daddy memang tak pernah bangga memiliki emily. Lebih baik seperti ini, setidaknya jika emily disini itu tak membuat daddy malu memiliki anak seperti emily" ucap emily.

"Em... bukan begitu maksud daddy" ucap margareth.

"Sudah jelas itu maksud daddy. Bahkan daddy tidak pernah datang menjengukku. Oh jangankan menjenguk, menelponku saja tak pernah. Bahkan ketika ada hal semacam ini terjadi mommy yang datang dan memberitahuku sesangkan daddy? Aku merasa seperti anak yang tidak di inginkan" ucap emily.

"Emm... jangan bicara seperti itu" ucap margareth.

"Aku lelah mom. Jika mommy ingin pergi, pergi saja. Aku memang tidak berarti bagi daddy" ucap emily lalu pergi ke dalam kamar.

Margareth mencoba bicara dengan emily tapi emily mengunci pintu kamarnya.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang