"Kothot na Ai'Saint~ tunggulah sebentar saja..."
.
.
.
Dulu, saat Saint dihianati oleh Zee dengan begitu kejamnya, pria dengan tubuh kurus itu selalu berusaha melukai dirinya sendiri. Bahkan tak jarang Saint selalu berniat untuk mengakhiri hidupnya. Dia sudah tak sanggup lagi jika terus saja dihina Gay oleh teman-temannya sendiri di usianya yang terbilang masih sangat muda. Rasa malu itu terus membuatnya ketakutan dan hampir membuatnya mengalami trauma berat. Dia bahkan sudah di tahap yang akan langsung berteriak ketakutan saat disentuh oleh orang-orang luar kecuali kedua orangtuanya. Semua cacian dan pikiran negatif memenuhi pikirannya tiap-tiap hari. Dia benar-benar kacau dan tersiksa saat itu. Apalagi rasa sepi yang selalu menghantuinya.
Untungnya Saint segera ditangani oleh yang ahlinya dan dibantu juga oleh kepolosan yang dimiliki anak dari dokter yang merawatnya. Selain itu kasih sayang dan kehangatan keluarga mampu membuatnya pulih lebih cepat dari yang dibayangkan dokter yang sudah menanganinya selama setahun penuh.
Namun semua pengobatan itu sia-sia kini. Saint yang kembali mendapati rasa takutnya yang berlebihan, membuat kepalanya dipenuhi pemikiran negatif. Menjadikannya berteriak histeris tak terkendali seperti orang yang kerasukan. Apalagi kini dia dapat melihat dua orang pria dengan tubuh sedikit lebih besar darinya mencoba melepas semua pakaian yang dikenakannya dan menciumi tubuhnya.
"Sial! Jalang ini benar-benar tidak bisa tenang!" maki salah satu diantara mereka yang melihat Saint terus berteriak dengan memeluk tubuhnya erat di ujung ranjang. Sesekali dia juga menendang. Mata besarnya yang bergerak liar begitu ketakutan membuat kedua pria bejat itu tak bernafsu lagi kini.
"Kau tak seharusnya membuka ikatan tangannya tadi sialan!" maki yang satunya menyalahkan temannya yang menggerutu kesal tadi.
"Ck! Aku hanya ingin dia bergerak bebas juga saat kita gagahi bersama," belanya pada diri sendiri dan langsung melayangkan tatapan kesal kearah Saint yang masih tak henti-hentinya berteriak. Padahal mereka sudah tidak lagi menyentuhnya seujung jari pun.
"Cepat tenangkan dia dan ikat kembali!" perintahnya kemudian.
Saint yang mendengar itu kembali berteriak menolak. Melindungi dirinya dengan mencoba menjauh. Namun pria yang badannya lebih besar dari yang satunya bergerak cepat menangkap sebelah kaki Saint. Saint yang semakin ketakutan tanpa sadar langsung melayangkan satu buah tendangan bebas kearah wajah pria tersebut.
"AKHH!" teriak pria itu kesakitan dan begitu terkejut saat darah segar mulai keluar begitu deras dari kedua hidungnya. Hal itu pun sukses membuat kepalanya terasa pening seketika.
"Sial! Jalang kemari kau!" Pria yang satunya tampak lebih marah saat melihat temannya dilukai seperti itu. Kali ini dia menarik kuat tangan Saint dan langsung melayangkan satu pukulan telak kearah perut Saint.
"AKHH!" gantian Saint yang mengaduh sakit menahan gejolak perih yang menyakitkan pada perutnya. Kesempatan itu digunakan pria tadi untuk mencoba mengikat kedua tangan Saint, namun-
Bugh!
Saint lebih cepat sedikit, disundulkannya kepalanya mengenai wajah pria itu. Kondisi pria itu pun kini sama dengan temannya tadi. Melihat peluang itu Saint langsung bergerak cepat menuruni kasur dan berlari sekuat yang dia bisa kearah pintu satu-satunya yang ada di ruangan ini.
Prak!
Saint yang menyadari Pria yang hidungnya dia tendang tadi juga bergerak ingin mengejarnya, maka dilemparnya satu buah pot yang terbuat dari keramik kearah pria tersebut dan entah bagaimana lemparan itu tidak meleset. Saint benar-benar bersyukur atas hal tersebut apalagi pintu yang ada di hadapannya tak terkunci rupanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
4.[END] Why I Don't Get Your Love (PinSon)
Romance"Aku sudah pernah mengalaminya membuatku tak ingin merasakan perasaan yang sama itu kembali. Apakah aku dapat menolaknya?" -Saint "Kamu adalah sosok menawan yang kucintai dalam diam." -Daily "Dia sahabat terbaikku, Saint. Dan orang yang sangat kusuk...