Bagian 24

717 89 80
                                    

Kau tidak bisa melawan takdir, sama seperti saat kau tidak bisa melawan orangtuamu. Melawannya sama dengan mendatangkan hal buruk dan penderitaan padamu. Itu sangat mengerikan, lalu kenapa tidak ikuti saja takdir yang ada?

Seperti Perth, setelah kesadarannya sebulan yang lalu, dia mulai menjalani harinya. Hari-hari tanpa seorang Saint Suppapong dalam hidupnya. Perth pikir dia memang tidak ditakdirkan bersama dengan sosok manis itu jadi untuk apa dia bersikeras untuk melawan takdir mereka. Itu hanya akan menyiksa sosok yang dicintainya tersebut bukan.

"Aku masih berani merindukan senyum mu... tapi aku tidak memilik satu pun foto yang bisa mengobati rasa ini...maaf kan aku na Saint..."

Ya, kalian benar. Perth sudah meninggalkan semua kenangan dia bersama sosok itu dibelakangnya. Tapi Perth masih saja tidak bisa menggantikan sosok Saint di hati dan hidupnya. Tiap waktu, hari, minggu dan bahkan sebulan telah berlalu dia masih saja memikirkan sosok itu sehingga sangat menyiksa hati juga tubuhnya. Dia jelas merindukan sosok dengan senyum lucu nan menggemaskan, khas seorang Saint Suppapong. Ingin memeluk dan mengatakan betapa dia sangat mencintai sosok manisnya itu. Hanya dia dan tidak ada yang lain. Mau itu Daily, Phi Plai atau bahkan gadis mana pun yang berani mendekatinya. Begitu juga dengan pria Uke lainnya, tak ada yang bisa membuat Perth berpaling.

Namun yang dilakukan Perth hanyalah diam. Menjalani harinya dengan topeng yang mengatakan dirinya sedang baik-baik saja. Berbohong pada semua orang tentang dirinya yang tidak memikirkan Saint lagi dan mencoba untuk tidak mencari tahu dimana sosok itu berada saat ini.

Hingga akhirnya Perth pun lulus dan meninggalkan sekolah juga kamar asrama miliknya yang berisikan banyak kenangan mereka di sana. Memulai hidupnya dengan menyibukkan diri pada perkuliahan Bisnis Ekonomi yang diambilnya. Namun sebuah kabar membuat dia berubah haluan, meninggalkan segala topeng lama demi wajah baru yang sudah lama dia rindukan kehadirannya.

.

.

.

Zee. Baginya takdir tidak dapat diubah tapi kenyataan dapat dia ubah. Bukankah itu sama saja? kenyataan adalah takdir yang berjalan. Entahlah, yang penting kini dia mendapatkan kenyataan bahwasannya Saint tidak ada hubungan lagi dengan Perth. Saint hanya akan menjadi miliknya sampai kapan pun itu. Dia sudah melakukan banyak hal untuk membiarkan Saint berjalan sendiri dan kembali kedalam pelukannya.

"Wah...selamat sobat, kau mendapatkannya pada akhirnya." Jimmi, teman dekat dari Zee memberi selamat untuk kesekian kalinya dengan menjabat tangan Zee heboh lalu tertawa bersama.

"Tentu saja aku harus mendapatkannya." Zee tersenyum miring sambil berpangku tangan menatap sobat di depannya.

"Aku masih tidak menyangka kau segila ini," ucap Jimmi kembali setelah meminum dua teguk jus pesanannya di sebuah Cafe pinggiran kota Bangkok siang ini. Masih saja dilayangkannya tatapan kagum kearah sahabatnya yang sibuk berkirim pesan dengan kekasihnya. Tentu saja itu Saint Suppapong.

"Aku hanya meluruskan takdir yang sudah terbentuk diantara kami, Ai'Jim..."

"Chai, kau mungkin betul. Tapi setiap aku mengingat apa yang sudah kau lakukan membuatku merinding dan ingin menceritakannya berulang-ulang..." Zee tertawa senang menanggapi ucapan Jimmi barusan.

"Bercerita lah..." Zee menyuruh sambil meletakkan ponselnya di atas meja di depan mereka. Memilih untuk fokus kembali dengan cerita yang akan Sobatnya ini ulang kembali. Sebenarnya dia juga sama saja, masih tidak bosan mendengar kembali cerita yang dia karang, oh lebih tepatnya siasat yang selama ini dia lakukan.

"Hem...kau datang tiba-tiba seakan kau ingin berbaikan dengannya. Saint mu. Ya, memang kau ingin berbaikan dengannya sehingga kau pindah ke sekolah kami. Hanya saja setelah kau tahu Saint mu itu sudah tidak menyukaimu lagi...dan kau tidak memiliki harapan besar lagi saat tahu dia menyukai Nong Perth-"

4.[END] Why I Don't Get Your Love (PinSon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang