berputar

1.2K 31 1
                                    

Happy reading ♥️

Gerimis masih menyelimuti pemakaman yang sedang berlangsung, banyak orang yang menangis dan Chelsy masih setia memeluk batu nisan yang bertuliskan nama 'Brent Klay Maxime' dengan Harry yang masih setia memayungi Chelsy dengan payung hitam.

Entahlah mengapa perasaan Chelsy bercampur aduk saat ini, sedih, sangat sedih. Tapi ini sudah takdir, Brent sudah terletak di dalam peti yang sudah terkubur di dalam tanah.

"Hiks,hiks .." tangis Chelsy dengan sesenggukan. Harry pun memegang pundak Chelsy lalu membantu istrinya itu berdiri dan merangkulnya "sudah, Brent sudah tenang di alam sana okey?" Chelsy yang masih sesenggukan hanya menganggukan kepalanya.

Brent memang hidup sebatang kara, setelah kematian kedua orang tuanya di umur Brent yang saat itu masih 15 tahun ia sudah bisa mengolah perusahaan peninggalan ayahnya dengan baik. Dan kedua orang tua Brent pun anak tunggal dan jadilah Brent yang tidak punya siapa siapa sampai ia bertemu dengan William sahabat SMA nya dulu lalu mereka jadi lebih akrab.

Brent yang sering berkunjung ke rumah William yang dulu masih tinggal dengan orang tuanya itu lebih sering bertemu Chelsy sehingga membuatnya menyukai adik dari sahabatnya itu. Sikap Brent yang di berikan untuk Chelsy pun Chelsy balas lalu mereka memiliki hubungan,bahkan keluarga Chelsy pun menyetujuinya apalagi Brent yang sudah bisa hidup mandiri dengan perusahaan yang berdiri kokoh di tangannya.

Namun hal yang tidak diinginkan terjadi untuk keduanya sehingga membuat Chelsy memilih pergi dari Brent yang masih enggan untuk melepaskan Chelsy walau ia tau ia salah.

Chelsy menatap batu nisan untuk kesekian kalinya sebelum ia pulang lalu berkata "Ka brent, semoga Kaka tenang disana. Semoga Kaka bisa bertemu dengan mamah dan papah Kaka, Kaka pernah cerita kan kalau Kaka pengin banget ketemu sama orang tua Kaka lalu bersama mereka selamanya?, Sekarang pasti Kaka udah bahagia karena udah ketemu sama mereka, trimakasih untuk semuanya ka, dan aku udah maafin Kaka" ucapnya walau air mata terus mengalir.

**

Sedari tadi papah Harry mondar mandir di depan pintu ruangan dimana seseorang tengah berjuang melahirkan buah hatinya, Harry pun duduk dengan gusar sesekali menengok ke lubang kaca yang berhubungan langsung dengan ruangan tempat melahirkan.

"Ayo Bu terus Bu tarik" ucap dokter kandungan yang tengah membantu seorang calon ibu untuk melahirkan.

"Eenghhhh aaaahkkk" teriak wanita yang sedang memperjuangkan kelahiran buah hati kecilnya itu dengan di bantu suaminya di sampingnya yang menggenggam erat tangan Feby.

"Ayo Bu, sedikit lagi" ucap dokter lagi
"Aaahkkkk" teriak sang ibu dengan diiringi suara bayi mungil yang keluar dari rahimnya...

"Ooweek oweek oweeek" tangis bayi itu , suaranya sangat keras sehingga membuat orang orang yang sedang menunggu di luar dapat merasakan ketenangan sekaligus bahagia.

Chelsy berjalan mendekati suaminya dengan senyum mengembangnya "selamat sayang, kamu akan jadi paman" ucap Chelsy sambil memangkukan wajah Harry di tangannya. Harry menganggukan kepalanya dengan senyum yang terpancar lalu memeluk Chelsy begitu erat.

Seorang dokter keluar dari ruangan dengan senyum mengembang. Papah Harry langsung bertanya pada dokter itu "bagaimana dengan anak dan cucu saya dok?" Tanyanya cemas.

Chelsy baru kali ini melihat papah Harry begitu cemas tapi itu memang wajar sih. "Anak dan cucu anda sehat, selamat cucu anda laki laki dan mereka sudah bisa di tengok, mari" jelas dokter itu lalu pergi menuju ruangannya.

Kami semua (papah&mamah Harry, Harry, Chelsy) masuk ke ruangan Feby dan nampak lah Feby yang memakai baju berwarna biru khas rumah sakit dengan bayi mungil di sebelahnya, sangat tampan mirip sekali dengan Vicky ayahnya batin Chelsy sambil sesekali menatap Vicky yang memang begitu mirip dengan bayinya.

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang