Chapter 8

3.6K 116 3
                                    


"Ini ada apa ribut-ribut?!" Mas Hendra dateng dan marah. "Security!!!!"

"Pak, tolong usir aja orang itu. Dia yang bikin onar duluan." Kata Andri ke security. Dan bener aja orang yang menjadi lawan Andri tadi dibawa satpam keluar.

Kerusuhan berakhir. Semuanya masuk lagi ke studio kecuali gue, Geby, dan Indira. Ini bener-bener brutal parah sih. Yang bene raja coy mobil gue kacanya ilang setengah. Astaga. Service terus:')

"Lo gak ngobatin luka Andri tadi apa?" Tanya Geby pas kita menuju studio.

"Ada Tia." Kata gue pasrah.

"Eh gue penasaran, yang itu tadi siapa sih? Kok Andri sampe berantem gitu?" Indira kepo.

"Gue juga gak tau." Jawab gue.

"Sssttt." Kata Geby yang merupakan sebuah kode karena Tia lewat di depan kita. Mata kita tertuju ke Tia.

Tapi sayangnya kepala gue yang udah muter 185 derajat itu harus balik lagi karena Andri nelfon. Kocak, jarak beberapa meter aja nelfon. Gue reject, dan dia ngechat.

Andri

Tolong bantuin pasang plester dong

Gue memutarkan mata gue ala-ala emoji rolling eyes.

"Guys, gue ke dalem sebentar." Kata gue ke Geby dan Indira.

"Kemana?" Tanya Geby.

"Andri." Jawab gue cepet.

"Alhamdulillah." Kata Indira.

"Kok Alhamdulillah?" Tanya Geby lagi.

"Pendekatan."

"Ohh I know."

Gue ke tempat Andri duduk. Iya gue bantuin plesterin. Nampaknya sekarang gue udah gak terlalu canggung.

"Pelan-pelan." Kata Andri ngeringis.

"Iya bawel ah."

"Lo bawel." Kata Andri pake nada tinggi. Gue gak berani ngomong lagi.

Kayaknya Andri bener-bener berada di puncak keemosian yang paling tinggi. Gue gak pernah liat dia semarah ini. Bener-bener baru kali ini gue liat dia dengan amarahnya yang gue rasa udah overload.

"Ayo, semua. Kita kumpul briefing." Teriak Mas Hendra.

Kevin tiba-tiba bilang, "Mas. Mbak Tia gak ada di ruang make up."

"Loh kemana?" Tanya Mas Hendra.

"Kata Satpam tadi Mbak Tia pergi naik mobil gitu."

"Waduh. Gimana ini?" Mas Hendra bingung. "Indira."

"Iya, mas." Jawab Indira cepet.

"Tanyain kantor, talent siapa yang available hari ini. Ini gimana sih? Siapa yang bertanggung jawab sama model hari ini?!" Gawat. Mas Hendra mulai murka. "Malu-maluin. Klien ada disini lagi."

Geby sama Indira berusaha nelfonin orang-orang kantor buat nyariin model baru. Sedangkan gue masih nolongin Andri bersihin lukanya. Gue kaget Andri bangun dan dia marah halus ke Mas Hendra. Ih! Gue lebih benci situasi ini daripada situasi ini daripada kemarin pas makan bertiga.

"Kalo emang gak ada talent, ditunda aja shootingnya, Pak Hendra. Saya juga agak badmood." Kata Andri yang lebih mirip anak smp patah hati.

"Saya minta maaf, Pak." Kata Mas Hendra.

"Mas, talent gak ada yang available." Lapor Geby.

"Yaudah, Pak Hendra. Tunda saja shootingnya. Saya permisi dulu ya." Andri pamit. Perasaan gue kok gak enak ya........

Gue ngejar Andri ke parkiran berniat untuk introgasi. Berharap bisa ngehibur dia juga. Tapi ternyata...

"Andri!" Kata gue. "Andri!!!!!!"

"Apa lagi sih?!" Andri marah-marah. Suasana jadi memanas. Gue keikut emosi. "Gue lagi gak mau diganggu."

"Ya sebentar kek. Gue mau ngomong."

"Aduh! Lo bawel banget sih. Nyebelin banget asli. Tau gini gue gak ngeiyain kata mama untuk dijodohin sama lo." Kata Andri pake nada tinggi.

Gue bener-bener gak bisa nahan lagi, "Lo pikir gue mau?! Enggak! Gue emang udah suka sama lo dari empat tahun yang lalu. Tapi gue gak mau kalo hati lo masih ada buat orang lain." Air mata gue mulai keluar.

Andri diem sejenak. Gak lama dia buka suara, "Sorry. Gue mau nenangin pikiran gue dulu." Dia masuk mobil dan pergi begitu aja. Gue nangis.

Geby sama Indira dateng.

"Tan, kenapa?" Tanya Geby.

"Gapapa. Gue melakukan apa yang harusnya gue lakukan aja." Kata gue.

"Andri?" Indira ikutan nanya.

"Udah pergi tuh." Kata gue lirih.

Fadil tiba-tiba nimbrung, "Ada apaan nih?"

"Gak, kepo aja lo." Geby emosi. Kita bertiga masuk lagi ke studio. Fadil ngekor.

Di dalem studio, Mas Hendra ngumpulin kita semua, termasuk camper dan crew lainnya. Suasananya tegang banget. Gue yang kemaren udah sempet gak galau mendadak galau lagi gara-gara omongan Andri tadi.

"Oke, semuanya. Sorry tadi gue sempet agak kesel dan marah. Ini karena model kita hari ini gak jelas kemana perginya dan klien kita juga lagi ada masalah, terpaksa kita tunda dulu shootingnya. Waktu kita cuma seminggu lagi. Gue harap kita bener-bener nemuin siapa modelnya yang cocok. Kalo bisa dari kantor aja supaya gak terjadi hal-hal yang gak akan kita duga kayak gini." Jelas Mas Hendra Panjang lebar.

"Siap, mas." Semuanya ngerespon omongan Mas Hendra.

Dari studio gue langsung ke bengkel, ngebenerin kaca mobil. Untung sehari bisa selesai. Apes banget hidup hari ini. Parah apesnya. Thanks Andri dan lawannya udah bikin mobil gue nambah pengalaman di bengkel.

Andri & Tania [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang