Chapter 18

3.4K 106 1
                                    


[ cerita versi Tania ]

Kembali ke kantor. Gue langsung ngerjain editan supaya bisa ngedistract pikiran gue. Tapi nyatanya enggak. Enggak sama sekali. Masih kerasa jelas banget suara Andri waktu ngomong sama Tia soal tadi. Arghhhh.

Gue sampe pasang earphone dan pasang lagu supaya orang gak ganggu gue ngedit. Dan sekali lagi gue bilang, ini supaya bisa ngedistract pikiran gue.

Geby menyadari ke "uring-uringan" gue ini. "Lo kenapa?"

"Gapapa." Gue gak mau orang tau apa yang terjadi tadi.

"Yok semangat yok. Mau pesen kopi gak buat lembur?"

"Boleh. Extra shot ya." Kata gue. Gila. Minum kopi extra shot bisa bikin lambung gue kumat.

"Lo yang bener?"

"Iya biar gak ngantuk." Jelas banget gue lagi ngelantur.

"Tan?"

"Kenapa?"

"Asli lo mau extra shot? Lo lagi kenapa sih?" Tanya Geby. Sial ketauan apa kalo gue lagi ada masalah.

"Gapapa." Kata gue. "Pusing aja sama kerjaan."

"Yaudah gue tanya yang lain dulu." Kata Geby. Gue tetep focus sama editan di depan gue.

Gak lama kopinya dateng, gue langsung minum tapi mata gue masih berkutat di laptop. Asli gue kayak orang lagi gak punya akal. Lambung gue aja lemahnya kayak apa tau. Gue rasa ya ini otak sama lambung sama-sama stress. Gue juga gak mikirin apa yang bakal terjadi sama lambung gue dalam beberapa jam lagi. I feel like bodo amat.

Kantor, 8.00 PM.

Seharusnya kita semua udah pulang. Tapi ada yang membuat kita semua masih tertahan di kantor. Huft. Banyak banget masalah yang dateng hari ini.

Fadil nyamperin ke meja kerja gue.

"Tan, lo punya back up photoshoot gak?"

"Gue sih gak megang. Emang kenapa?" Jawab gue.

"Filenya corrupt semua."

"Hah?! Seriusan?!" gue bener-bener shock.

"Gue udah coba di beberapa laptop dan pc juga gak ada yang bisa."

"Ya Tuhan....." Kata gue pasrah. "Harus photo ulang dong ini?"

"Mau gak mau." Kata Fadil ikut pasrah.

Kevin dateng. Gue yakin dia membawa kabar buruk juga.

"Tan, gua boleh cuti gak besok sampe lusa?"

"Kenapa?" Tanya gue.

"Pakde gue meninggal di Surabaya." Iya ini kabar buruk.

"Innalillahi."

"Gue mau kesana for only 2 days. Lusa siang gue balik." Kata Kevin.

"I..yaudah boleh."

"Thanks, tan." Kata Kevin tetiba mukanya lega.

Gue gak mungkin ngelarang Kevin buat gak kesana. Gimanapun juga itu keluarga dia. Walaupun ini urusan editan iklan harus gue pegang. Huft. Yaudah yuk semangat.

Setelah Kevin pulang, gue lanjut bahas file corrupt sama Fadil.

"Oke, Dil. Besok lo hubungin talent untuk pemotretan ulang. Tanyain bisa apa engga untuk lusa. Ini udah mepet banget soalnya. Lo rayu-rayu abis deh talentnya. Jam berapapun hajar." Kata gue yang hampir putus asa.

"Siap, Tan."

Gue merasa nanggung untuk gak ngerjain editan ini. Editan yang gue pegang itu buat iklan di media cetak gitu. Kalo Kevin megang iklan buat di tv. Kebayang gak gimana sekarang rasanya otak gue mau pecah karena semua ini?!

Kita semua masih lembur. Kopi dengan extrashot ini bikin gue sedikit pusing. Lambung gue pun udah mulai kerasa gak enak. Mamps. Gue gak tau apa yang akan terjadi nanti. Gue cuma focus sama editan aja. Ya lagi dan lagi, biar gue bisa ngedistract pikiran gue dari kejadian tadi siang.

"Lo masih mau ngedit?" Tanya Geby. Gue jawab ngangguk. "Udah deh, Tan. Berhenti dulu. Lanjut besok. Mata lo udah sayu. Mana tadi lo minum extra shot."

"Nanggung." Jawab gue. Geby cuma geleng-geleng kepala.

Kalo kalian bingung Indira dimana, dia aman kok. Tenang. Dia juga ngerjain design buat merchandise. Gak ada tuh yang pusing kayak kita.

9.15 PM

Sesungguhnya gue udah bener-bener gak sanggup ngedit. Tapi gue harus kejar tayang. Aaaa kacau pikiran gue. Kenapa sih?!

Tiba-tiba kepala gue udah bener-bener sakit. Terus gue jatoh dari kursi dan... DAMN! Gelap semua.

...

Rumah sakit, 7 AM.

Entah berapa lama gue tidur dan gak sadar diri. Yang gue liat pertama kali adalah nyokap, bokap, dan Tisya. Gila ini kenapa pada ngerumunin gue.

"Alhamdulillah." Kata mama.

"Kak, lo tau gue siapa kan?" Tanya Tisya.

"Euugghh..." Gue rasa nyawa gue belum kekumpul.

"Papa telfon Andri kok gak diangkat-angkat ya?" Kata papa sambil nelfonin Andri. Gue nginget-nginget kejadian sebelumnya.

"Gak usah kasih tau Andri, pa." Kata gue.

"Loh kenapa sayang?" Mama nanya. Untung gak curiga.

"Gapapa. Biar dia gak khawatir."

"Ye dimana-mana kan orang butuh pacar kalo sakit." Kata Tisya. Hm, tapi sekarang sih enggak. Gue gak respon.

Akhirnya gue diperbolehkan pulang dengan syarat harus bedrest. Baiklah. Diatas Kasur juga bisa ngerjain editan. Memang saya ini pekerja keras.

Kamar gue, 9 AM.

"Kalo butuh apa-apa panggil mama atau Tisya ya." Kata mama gue. Gue cuma ngangguk aja. "By the way, kamu lagi gak ada masalah sama Andri kan?" Tiba-tiba mama nanya begitu. Gak mungkin gue jujur. Belum tepat aja.

"Enggak, ma. Andri lagi sibuk." Kata gue. Ngasal-ngarang.

"Ya ampun, udah h-segini masih sibuk. Kamu juga nih. Banyak-banyak istirahat."

"Iya, ma."

"Mama keluar dulu."

Nyokap keluar kamar. Gue buka hp dan banyak notif yang masuk. Salah satunya dari Geby.

Geby

Tan, gue sama Indira ambil alih kerjaan lo ya.

Lo gak usah pikirin deadline.

Gue, Fadil, Indira usahain semuanya selesai besok.

Btw, tadi talent mau photoshoot nanti sore.

Fadil yang motoin aja katanya.

Oke gais, get well soon ye brokkkk.

Lagi hectic, pikiran kacau, dan sakit begini masih ada orang baik disekeliling gue. Gue harus selalu bersyukur karena hal ini.


To be continued.

Don't forget to vote!

Andri & Tania [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang