Chapter 21

3.6K 116 1
                                    

Gue nangis. Sepanjang jalan menuju luar rumah sakit gue diliatin orang-orang. Revan masih ngejar gue sampe ke lobby.

"Tan, tunggu."

"Apalagi sih?! Lo liat kan Andri gimana. Dia lebih percaya Tia daripada gue, Van!" Kata gue sambil menangis tersedu-sedu. Huhu sedih.

"Nanti gue ngomong sama Andri."

"Percuma."

"Kalian sebentar lagi mau nikah loh. Undangan udah disebar. Persiapan semuanya udah mateng. Terus mau di-"

"Gue gak mau, Van." Kata gue nangis makin makin. "Tapi gimana?! Lo liat kan tadi?"

Revan diem. "Lo sabar ya. Kepala Andri lagi kusut. Dia akan berfikir pendek kalo lagi kayak tadi. Gue yakin dia gak kayak gitu kok. Mendingan sekarang lo pulang dulu, tenangin pikiran, kalo semuanya udah mendingan ajak Andri ketemuan. Obrolin semuanya baik-baik."

Gue pulang naik taksi. Revan balik ke kamarnya Tia.

Rumah gue, 7 PM.

Sedari nyampe rumah sampe sekarang gue gak keluar kamar. Bahkan untuk makan malam pun enggak. Gue sibuk ngegalau dan cerita ke Geby dan Indira via group call. Dengan kejadian ini gak bikin gue pengen batalin pernikahan. Gue justru lebih pengen baikan sama Andri. Tapi gak sekarang. Rasa kecewa gue sama Andri belum ilang.

Siapa sih yang suka diginin? Pasti gak ada kan? Gue pun bingung harus apa. Mau ngechat Andri aja gengsi. Bahkan terhitung dari gue sakit, gue sama sekali gak contact-contactan sama Andri. Kita kayak pasangan yang sibuk sama dunia masing-masing.

Geby dan Indira cuma bilang harus ada yang bisa ngelawan ego masing-masing. Tapi gue bukan tipe orang yang mohon-mohon minta maaf terus spam chat gitu. Gue nunggu Andri nelfon. Dan sampe tengah malam pun dia sama sekali gak ada ngehubungin gue.

Ya Tuhan.... apa ini cuma ujian sebelum pernikahan?

...

Kantor, 11 AM.

Kerjaan gue di kantor cuma bengong. Galau berat. Mungkin orang-orang kantor bingung kali ngeliat gue kayak gini. Huft. Gimana donggggggggggg.......

Drrrtttt drrrttt

Nyokapnya Andri nelfon.

"Halo, tante?" Sapa gue duluan.

"Tania, kamu bisa ke rumah sakit?"

"Siapa yang sakit, tante?

"Om masuk rumah sakit dan lagi transfusi darah."

"Tania ke sana sekarang."

"Tante tunggu ya."

"Iya, tante."

Tanpa basa-basi gue langsung ambil tas dan menuju rumah sakit.

Rumah sakit, 11.40 AM.

Gue masuk ke ruangan tempat Om Heru dirawat. Ada Tante Linda yang jagain. Loh Andri kemana? Gatel banget mau nanyain.

Kebetulan om Heru lagi gak tidur, jadi gue ngobrol gitu.

"Om, sakit apa?" Tanya gue.

"Ini biasa, kecapekan aja."

"Ya ampun, om. Jangan capek-capek. Kesehatan kan penting."

"Kamu belum jadi istrinya Andri aja udah perhatian gini, gimana nanti kalo kalian udah sah ya." Hm........... om.

"Tania emang menantu idaman, pa." Kata mamanya Andri.

"Andri beruntung, ma."

Gue cuma senyum aja. Gak tau tuh kan dalem hati pengen nangis.

Andri & Tania [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang