xiii

1.2K 173 15
                                    

___|||___

Hari ini niatnya Jungkook ingin menjenguk Eunbi seperti biasa untuk melihat keadaannya. Lelaki itu berjalan sembari menenteng beberapa kantung plastik yang berisi makanan untuk Eunbi sembari menggandeng lengan Haejin dan Heejin.

Kedua bocah kembar itu akhirnya setuju ketika Jungkook mengajaknya menjenguk Eunbi. Awalnya Haejin sempat ragu sedangkan Heejin menolak keras-keras, tapi setelah Jungkook menjelaskan serta memberi pengertian pada kedua anaknya barulah mereka setuju.

"Daddy, apakah Momma akan marah?" si kecil Heejin tiba-tiba saja bertanya.

"Marah kenapa?"

"Karena aku dan Kakak 'kan sempat menjahati Momma waktu itu. J-jadi kupikir mungkin saja dia akan marah,"

Mendengar itu membuat sebuah senyuman terbit menghiasi wajah lelaki bermarga Jeon ini. Tubuhnya ia rendahkan supaya dapat menyamai tinggi kedua anaknya.

"Dengar, Momma kalian itu baik, dia tidak akan marah jika kalian menjahati ataupun berbuat buruk padanya. Mungkin dia hanya akan merasa sedih dan kecewa, maka dari itu Daddy mengajak kalian untuk meminta maaf pada Momma." kata Jungkook seraya mengusap lembut surai duo H. "Janji setelah ini tidak akan menjahati Momma lagi?" ia mengulurkan dua jari kelingkingnya yang langsung disambut baik oleh kedua bocah itu.

"Janji!"

Kemudian Jungkook bangkit hendak meneruskan langkah sebelum Haejin tiba-tiba bicara. "Tapi, Dad, kami tidak punya sesuatu untuk Momma. Kami ingin memberikan sesuatu juga pada Momma sebagai tanda permintaan maaf,"

"Baiklah, ayo kita beli sesuatu untuk Momma!"

ㅡ|||ㅡ

Saat ini Eunbi tengah berbaring dengan tenang diranjangnya sambil menatap dokter yang tengah memeriksa keadaannya. Setelah merasa semua normal-normal saja sang dokterpun menyuruh susternya untuk menyuntikan semacam antibiotik pada infus Eunbi.

"Hai, Nona Eunbi," suster itu menyapa basa-basi sambil tangannya menyuntik infus Eunbi.

"Hai juga, Suster," balas Eunbi, tersenyum manis pada sang suster. Meski tertutup masker tapi Eunbi yakin suster itu juga tersenyum ketika menyapanya. "Terimakasih." katanya usai si suster selesai.

"Ya, semoga lekasㅡmati, Nona." ucapannya lirih sekali sampai nyaris tak terdengar. Ia segera pergi meninggalkan kamar rawat Eunbi setelah itu.

Lama-kelamaan entah mengapa kepala Eunbi semakin terasa berat seperti tengah dihantam oleh sesuatu. Rasanya pusing sekali hingga membuat apapun yang dilihatnya terasa berputar-putar.

"Akh," tepat setelah itu kesadarannya menghilang.

Tak lama usai Eunbi pingsan, suster yang bertugas menyuntiknya tadi kembali masuk kedalam kamarnya. Masker yang menutupi wajahnya ia turunkan sehingga dapat memperlihatkan seringaian penuh kemenangan yang kini tercetak diwajahnya.

"Wah cepat juga reaksinya," Aerin terkekeh pelan sebelum mencabut paksa infus yang tertancap dilengan Eunbi hingga berdarah. Wanita itu kemudian mendorong ranjang Eunbi setelah menutupi seluruh tubuh sampai wajahnya dengan selimut.

Supaya orang-orang mengiranya ia sedang membawa mayat.

Aerin menaikkan maskernya tinggi-tinggi ketika sampai di depan pintu lift. Dan saat pintu lift terbuka ia terkejut melihat Jungkook serta kedua anaknya keluar dari sana sambil menenteng sebuah kantung plastik.

Tapi untungnya mereka bertiga tidak menyadari, apalagi tadi Jungkook sempat memberi jalan padanya supaya bisa lewat.

"Oh! Haejin, Heejin, minggir sebentar. Ada suster yang mau lewat." lelaki itu buru-buru membawa kedua anaknya. "Silahkan, Sus,"

Forbidden Desire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang