xii

1.3K 183 20
                                    

___|||___

Suara lenguhan yang keluar dari mulut seseorang membuat kedua kelopak Jungkook terbuka lebar. Begitu ia mendongak, barulah ia sadar kalau Eunbi sudah membuka matanya.

"Eunbi? Hei,"

Lelaki Jeon itu tak berhenti mengucap rasa syukur sebab akhirnya penantiannya lagi-lagi terbayarkan. Rasanya sama seperti saat mengetahui kalau Aerin telah sadar dari komanya. Namun meskipun Eunbi koma tidak selama Aerin, tapi rasanya jauh lebih melegakan ketimbang saat tahu Aerin sadar waktu itu.

Terhitung sudah dua minggu lamanya gadis Hwang itu koma, membuat Jungkook terus diliputi rasa bersalah dan rindu yang mendalam.

"J-Jung?" mata Eunbi bergerak kesana-kemari mencari sosok yang dipanggilnya.

"Aku disini, Eunbi." kata Jungkook sembari mengusap lembut surai Eunbi. "Maafkan aku. Aku bodoh sekali. Seandainya aku bisa menjaga hatiku, seandainya aku tidak jatuh cinta padamu, pasti ini semua tidak akan terjadi." ia dengan penuh penyesalan mengakui kebodohan dan kesalahannya.

Sementara dihadapannya Eunbi hanya diam meski dalam hati ia juga turut menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimanapun disini ia juga bersalah. Tak seharusnya Eunbi memiliki perasaan serupa pada Jungkook, dan tak seharusnya pula ia diam saja ketika lelaki itu memberinya perhatian lebih.

Bodoh sekali memang saat mengingat dimana ia diam saja dan membiarkan lelaki Jeon itu masuk kedalam kehidupannya. Mengambil serta hatinya lalu disimpan untuk dirinya sendiri.

Tangannya yang masih lemah terangkat pelan guna mencoba menyentuh wajah Jungkook untuk ia tangkup.

"A-aku yang bersalah disini, Tuan," suaranya pelan, bahkan nyaris tak terdengar. Tapi untungnya Jungkook dapat menangkap apa maksud perkataan Eunbi. "Setelah iniㅡaku berjanji ti-tidak akan mengganggu kehidupanmu laㅡgi."

"Tidak Eunbi, kumohon jangan begiㅡ"

Mendadak tenggorokannya terasa tercekat ketika melihat wajah Eunbi tiba-tiba diliputi oleh rasa sakit. Gadis itu terus meringis tanpa suara sambil memegangi bagian perutnya, membuat Jungkook dengan sigap menekan bel disamping ranjang pasien untuk memanggil dokter.

...

Dengan langkah seperti terseret-seret ia berjalan memasukki rumah besarnya tanpa niat sedikitpun.

Setelah tadi dokter datang memeriksa Eunbi lalu menyatakan kalau gadis itu hanya kesakitan sebentar karena terlalu banyak bicara disaat kondisinya masih lemah tadi, Jungkook merasa lega sekaligus tenang. Tapi sedetik kemudian wajahnya langsung berubah masam ketika Eunbi menyuruhnya untuk pulangㅡlebih tepatnya memaksa.

Menurut Eunbi, Jungkook seharusnya lebih mementingkan keluarganya terutama anak-anaknya ketimbang dia yang notabene nya hanya pengasuh.

Maka dari itu, meskipun enggan Jungkook tetap patuh meninggalkan Eunbi sendirian dirumah sakit. Memang dasarnya bucin.

Suasana rumahnya terbilang sangat sepi sekali. Walaupun lampu-lampu menyala namun lelaki Jeon itu sama sekali tidak menemukan adanya tanda-tanda kehidupan disini.

Memilih untuk tak ambil pusing ia memutuskan untuk melangkah ke dapur. Perutnya terasa sangat kosong sebab menunggui Eunbi terus-menerus dirumah sakit tanpa beranjak sedikitpun.

"Daddy!"

Tangannya yang hendak mengambil piring mendadak terdiam menggantung begitu saja di udara. Kepalanya menoleh mendapati Jeon Haejin tengah bersidekap sembari menatapnya tajam.

Kenapa dengan anak ini, heh?

"Haejin, ada apa?" tanya Jungkook yang kini berjalan menghampiri si sulung. Ia hendak memeluk sebelum anaknya itu lebih dulu menjauh menolaknya.

Haejin balas menatap sang ayah dengan tatapan kesal dan tak suka. "Jadi Daddy lebih mementingkan pengasuh jelek itu daripada aku dan Heejin? Daddy sudah tidak peㅡ"

"Jeon Haejin."

Dua kata itu diucapkan Jungkook dengan penuh amarah serta penekanan. Membuat Haejin yang tadinya berani mendadak menciut. Tak pernah sebelumnya ia melihat ayahnya yang tampak sangat marah seperti ini.

"Siapa yang mengajarimu berkata begitu? Ibumu?"

"T-tidak ada. Mommy hanya bilang kalau Daddy sudah tidak sayang lagi padaku dan Heejin, dia bilang kalau Daddy sekarang lebih sayang pada Momma Eunbi." walaupun marah, tapi Haejin meneteskan airmatanya saat mengucapkan kalimat terakhir. Gadis mungil itu hanya takut kalau orang asing seperti Eunbi akan merengut ayahnya darinya.

Perlahan Jungkook melunak meski dalam hati ia terus mengucap sumpah serapah serta makian untuk istri sialannya itu. Helaan napasnya keluar, tubuhnya ia rendahkan supaya bisa sejajar dengan tinggi Haejin.

"Haejin, dengar, sampai kapanpun Daddy akan tetap sayang dan peduli padamu dan adikmu. Akhir-akhir ini Daddy memang sering menghabiskan waktu bersama Momma kalian, tapi itu bukan berarti Daddy mengabaikan kalian." jelasnya, lembut. "Momma kalian sedang sakit, makanya Daddy menjaganya supaya dia cepat sembuh dan bisa bermain lagi dengan kalian berdua."

"Tapi kata Mommyㅡ"

"Dengar, kalau Mommy kalian mengatakan sesuatu yang buruk tentang Momma jangan di dengarkan, oke? Lagipula, Momma sakit selama ini juga karena Mommy kalian."

Kontan mata Haejin membulat lucu, "K-kenapa? Apa salah Momma, Dad?"

"Tidak tahu, tuh," jawabnya seraya mengedikkan bahu acuh. "Jadi apa sekarang Haejin mau memaafkan Daddy dan Momma, hm?"

"Tidak!"

Tiba-tiba saja sebuah suara memotong pembicaraan mereka, membuat Jungkook yang saat itu sudah menolehkan kepalanya langsung menggeram marah.

Oh, dosakah ia jika meminta pada Tuhan untuk melenyapkan saja istrinya dari muka bumi ini?

"Haejin, Mommy 'kan sudah bilang kalau pengasuh kalian itu orang yang jahat, dia buruk sekali. Lagipula dia adalah orang asing, apa Haejin tidak takut kalau pengasuh itu melukaimu?"

"Ahn Aerin, berhenti menghasutnya!" peringat Jungkook dengan suara rendah. Lelaki itu tidak ingin kelepasan mengumpat serta mengeluarkan bentakkannya di depan Haejin.

Sedang yang diperingati justru tak merasa takut sama sekali. Buktinya Aerin hanya menatap Jungkook remeh dengan alis terangkat satu, ditambah kini bibirnya dihiasi oleh seringai tipis yang amat-sangat menyulut emosi Jungkook.

"Kenapa? Dia 'kan anakku,"

Malas memperdulikan makhluk asing di depannya, Jungkook kembali beralih pada Haejin yang sedari tadi hanya diam memperhatikan. Bocah itu mulai bingung harus mempercayai siapa sebab yang bicara adalah kedua orangtuanya, orang yang ia sayangi.

Tapi kalau boleh jujur, Haejin sebenarnya sangat tidak suka ketika sang ibu menjelek-jelekkan Eunbi yang padahal teramat baik padanya dan Heejin. Namun, saat itu ia merasa takut kalau Eunbi benar-benar akan merebut Jungkook darinya membuat Haejin dengan mudah terhasut.

Dan sekarang, siapa yang harus ia percaya? Harus berada dipihak siapa Haejin sebenarnya?

___|||___

hai? maaf bikin kalian nunggu, aku kehabisan ide soalnya hehe :D
dan ya, semoga chpt ini ga bosenin sama garing ya! ♡

ps. aku nulis chpt ini ditemenin sm lagunya txt - angel or devil (angelnya jungkook, devil nya aerin hehe :'D)

Forbidden Desire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang