___|||___
"Jungkook, kau sudah sadar?"
Suara lembut seorang wanita paruh baya memasukki indra pendengarnya. Lenguhan Jungkook terdengar, ia meringis ketika merasakan sakit dibagian kepalanya yang terbentur cukup keras. Tapi untungnya ia tidak mengalami amnesia.
"I-ibu?"
"Ya, sayang? Kau butuh apa?" Sang Ibu mendekat, mengusap punggung tangan Jungkook dengan lembut dan perhatian. "Oh, iya, dokter bilang istrimu itu koma. Dia terluka cukup parah dibeberapa bagian tubuhnya." Nyonya Jeon berkata tanpa beban, dia memang tidak terlalu menyukai Aerin sebenarnya. Entah kenapa wanita itu merasa kalau Aerin itu kekanakkan, dan hanya ingin merasakan kemewahan saja.
Dirumah sering sekali Aerin mengabaikan anak-anaknya. Dia selalu meminta pada pengasuh untuk mengurus anak-anaknya sedangkan dia sendiri sibuk menghabiskan uang Jungkook.
Ya, walau kenyataannya uang Jungkook tidak akan pernah habis. Di umurnya yang baru menginjak usia duapuluh empat tahun itu, Jungkook sudah punya segalanya. Dia menjadi pemimpin perusahaan yang memiliki cabang dibeberapa negara.
Dan karena pekerjaannya sebagai seorang CEO itulah membuat Jungkook hampir tidak memiliki waktu sama sekali bahkan hanya sekedar untuk menjenguk anak-anaknya.
Oke, kembali ke cerita.
Mata Jungkook membelalak, seolah tak percaya dengan apa yang ibunya itu katakan. "Aerin koma?" Ulangnya.
"Ya, dia koma. Biarkan saja, kau harus istiharahat sekarang, jangan pikirkan wanita itu."
"T-tapiㅡ"
"Jungkook!"
Dengan terpaksa Jungkook menurut. Semarah-marahnya ia pada Aerin kemarin, wanita itu tetap istrinya. Ia panik dan cemas saat ibunya bilang kalau Aerin koma. Jungkook ingin melihatnya, tapi kondisi tubuhnya saat ini juga sedang tidak baik-baik saja.
___|||___
Sudah tiga bulan berlalu sejak kejadian itu. Kejadian dimana Jungkook dan Aerin kecelakaan lalu esoknya terbangun di rumah sakit.
Jungkook sudah diperbolehkan pulang seminggu kemudian. Pria itu tidak mendapat luka yang begitu serius. Dokter juga hanya memberinya beberapa obat seperti vitamin dan obat pereda nyeri.
Tapi sayang, disaat Jungkook sudah sadar dan diperbolehkan beraktivitas lagi, maka Aerin sebaliknya. Ini sudah tiga bulan tapi wanita itu masih enggan membuka matanya. Padahal kalau dilihat detak jantungnya masih berdetak, kondisinya juga sudah tidak separah sebelumnya, hanya matanya saja yang enggan terbuka.
"Aerin, kumohon cepatlah sadar. Aku minta maaf, sungguh." Jungkook mengusap punggung tangan sang istri, lalu menundukkan kepalanya.
Kedua anaknya sering menanyakan tentang Aerin. Kemana ibu mereka? Apa yang terjadi? Kenapa dia tidak ikut pulang bersama Jungkook? Itu yang mereka tanyakan, dan Jungkook sudah berkata jujur kalau ibu mereka tengah dirawat di rumah sakit.
Awalnya kedua anak Jungkook terkejut. Mereka memaksa ingin ikut ke rumah sakit untuk melihat kondisi ibu mereka, tapi sayangnya usia mereka masih belum diperbolehkan untuk masuk. Maka dari itu kedua anak Jungkook hanya bisa menitip doa semoga ibu merek sadar.
Oh, Ahn Aerin, betapa beruntungnya kau memiliki anak seperti mereka. Walaupun kau sudah sering mengabaikan mereka, tapi mereka tetap saja menyayangimu tanpa merasa kesal akan tingkahmu.
Kepala Jungkook kembali terangkat, menatap sedih tubuh istrinya yang dipenuhi banyak selang. Tubuhnya membungkuk untuk mengecup singkat dahi Aerin, "Semoga kau cepat sadar." Katanya sebelum pergi meninggalkan kamar rawat inap Aerin.
___|||___
Maaf klo aneh :D
Pendek pula, hehehehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Desire ✔
Fanfiction[Tamat] ft. sinkook Ditengah-tengah penantiannya menunggu sang istri yang tidak kunjung sadar dari komanya, Jeon Jungkook bertemu dengan Hwang Eunbi. Gadis cantik yang bekerja sebagai pengasuh anaknya itu diam-diam menarik perhatian Jungkook. Lalu...